Apakah kita cocok?
Saat ini bulan 11 tahun 2002 kira-kira sudah hampir dua tahun lebih kami bersama, saatnya aku untuk mengenal lebih keluarga Eve, mereka tinggal di Jakarta aku sendiri kurang tahu banyak alamat rumahnya sedikit tak masuk akal tapi begitulah aku hanya mengetahui sebatas nomor telpon rumahnya saja dan itu juga aku pergunakan jika aku ingin menelpon dia waktu dia pulang ke jakarta waktu liburan
natal atau paskah.
"Besok libur sisipan kamu pulang eve?" tanyaku pada Eve
"Ya..knapa"
"Aku nganterin kamu ke pulang boleh ngak? aku pingin tahu rumahmu.dan keluargamu"
"boleh..knapa ngak.."
"kalo ortumu liat aku nti kaget gimana? aku kan bukan tenglang (red=cina)"
"ngak papa kok, ortuku juga kayak kamu mau menerima perbedaan"
"kalo gitu kita beli tiket kreta apinya sekarang yuk, sekalian kita pergi beli oleh-oleh lah ala kadarnya, mending kamu ganti baju n kita pergi sekarang"
"oke deh, kamu tunggu bentar ya"
Eve kemudian masuk kekamar kostnya dan berganti pakaian, saat itu memang masih pagi, yang namanya anak kost pasti masih pake baju tidur walau mereka udah mandi. yah begitulah kesukaan mereka kalo ngak ada aktifitas. setelah selesai berganti pakaian kita kestasiun Tugu untuk membeli tiket dan membeli oleh-oleh
"kita beliin oleh-oleh apa eve"
"mungkin ini saja..." Eve menunjuk bakpia yang masih hangat , kita memang pergi ke pabrik kuenya langsung buka ketokonya jadi masih terasa hangat, hum...pasti enak fresh from oven..
"minta di bungkus 2 lusin aja ya bu...aku rasa segini cukup kan han? " tanyaku pada Eve
"Cukup lah buat apa banyak-banyak nanti ngak kemakan lagi" keesokan harinya aku pergi ke kostnya Eve naik motor, motornya aku tinggal di kostnya Eve dan kemudian kami pergi naik Taksi untuk kestasiun, dalam perjalanan di kereta kami bercanda dan banyak bercerita, walau dalam hati aku deg..deg an..baru ini aku ketemu keluarga dan bergabung dalam sebuah keluarga cina, wah kayak apa ya bentuknya...
Ben apakah kamu mencitaiku?
"Ben.." tersentak aku kaget dari lamunanku karna hanny berkata sambi memukul lenganku,
"ngelamunin apa kamu, dipanggil dari tadi bengong aja"
"oh gak papa"
"gak usah boong, kamu kayaknya punya pikiran, kamu ceritain deh, daripada kamu simpen sendiri, nanti jadi batu tau rasa lo"
"hahaha jadi batu dimana, otak ini udah penuh karna mikirin kamu, mau ditaruh disebelah mana batunya nanti"
"ih..." aku dicubit oleh Eve di perutku uhh pedes juga, kayak makan sambel plus tabokan orang sekampung. hahaa terlalu hiperbola,
"aku bingung nanti aku harus gimana kalo dah ketemu keluargamu, koko kamu, n keluargamu yang lain"
“nanti kalo mereka nanya banyak-banyak ke aku mau jawab apa. trus mereka damprat aku, ih..sereem"
"ah kamu bisa aja ben, emang keluargaku tukang damprat orang, kamu harus berani dong menerima apapun akibatnya nanti lagian mereka sudah tahu kalo pacarku wana buktinya sudah lebih dari dua tahun kita bersama ngak pernah ada masalah bukan, jika kamu mencintaiku kamu harus mencintaiku apa adanya termasuk kamu juga mencintai keluargaku sebagai bagian dari diriku"
"ih..puitisnya..., aduh" karna merasa diledek untuk kedua kali hanny mencubitku di sasaran yang sama, wah kali ini lebih pedes. memang benar apapun yang terjadi nanti mau ngak mau pasti akan aku hadapi juga kelak Mama, Papa dan seluruh keluargamu menerimaku... mereka sungguh baik.
Siang hari kita sampai juga di Jakarta masih jam 14.00 saat itu, sebelum pergi ke rumahnya kami mampir dulu kesebuah hotel untuk memesan kamar, hotel yang tak begitu bagus namun lumayan. aku tinggal barang-barangku di hotel dan kemudian kami pergi naik becak kerumahnya yang terletak disebuah jalan besar Jakarta timur. aku tahu keluarganya memiliki bisnis bahan bangunan, jadi aku tak perlu kaget gimana bentuknya. sesampainya aku dirumahnya ia memperkenalkan aku pada mama nya karna saat itu hanya ada mamanya yang dirumah untuk jaga toko, mamanya ramah, dan sangat baik, bahkan saat ia melihat aku wana dia bahkan tak mempermasalahkan cukup lama aku berbincang dengan mamanya, dan genap sudah kemudian, saat sore menjelang aku diperkenalkan dengan keluarganya yang lain, dengan papanya, cici sepupu, koko dan seluruh keluarganya. dalam hati aku bersyukur aku tak merasa berada ditempat yang salah dan waktu yang salah, jam sudah menunjukan 17:45 aku berpamitan pada Eve dan semua keluarganya,
aku beralasan capek dan mau istirahat. padahal aku takut ditanya lebih banyak, hal yang tak dapat aku jawab. karna ada sebagian keluarganya yang belum tahu aku wana, aku cuma merasa canggung jika di bedakan.
Eve, mengapa temanmu berbeda denganmu.
Keesokan harinya aku pergi kerumah Eve, saat itu jam 08.05 aku sampai di rumahnya Lumayan juga kalo jalan kaki kerumahnya dari hotel yang aku inapi 15 menit baru sampai. sat itu tokonya belum buka aku mencoba mencari bel pintu, wah sialan, mana nih bel pintunya udah rumah gak ada jendelanya bel pintunya gak ada lagi.
Daripada pusing-pusing aku telp aja ke Hpnya Eve.
"Halo..eve, aku didepan rumahmu nih..."
“oh ya tunggu ya....” lalu pintu toko itu terbuka perlahan, krriit..bunyi pintu dorong yang berderit.
"pagi amat" tanya Eve
"emang napa, aku dah laper ni.?"
"iyah..bentar aku mandi dulu, kamu masuk dulu gih, nanti aku ajakin ke tempat yang asik n favoritku di sini, okay ben?"
Entah kenapa rumahnya sepi saat itu mungkin masih pada tidur tapi mungkin mereka ada dibelakang, rumahnya panjang dan besar di bagian belakang, mungkin mirip rumah temanku waktu SD dulu didepan kecil namun dibelakangnya luas dan lebar bahkan tingkat 4. dimana kalo dilihat dari luar pasti orang heran karna ngak kelihatan kalo tingkat 4. tapi tentang rumah Eve aku belum sempat melihantya keseluruhan.
Setelah beberapa menit aku menunggu Eve keluar dan sudah berpakaian dan memakai helm
”Ben..kamu keluarin motornya dong nih kuncinya...yuk ke garasi" aku dan Eve melangkah menuju garasi yang berada disisi tokonya. aneh dari depan aku tak mengira ini garasi bahkan warnanyapun dan garis pembatas temboknya bahkan beda seperti tidak bergabung dengan tokonya. aneh dan unik, dalam hati aku kagum kenapa di buat kayak gitu. lalu kita pergi berboncengan pergi ke warung yang menjual makanan favoritnya, hari itu aku ingin seperti eve, makan dan minum apa yang eve sukai. wah rame bener. Dan memang rasanya beda, kulihat penjualnya dari riau jarang aku makan masakan riau. Setelah kita kenyang Eve mengajak bermain ketempat temannya yang saat itu juga pulang liburan temannya kuliah di bandung setelah panjang lebar ngobrol aku merasa sepertinya pandangannya terhadapku sedikit sinis dan menyimpan ketidaksukaan, yah memang sebagai cewek keturunan dia bahkan lebih cantik dibandingkan Eve pacarku namun aku tak menilai orang hanya dari kecantikannya. Sebab belum kenal siapa aku dan gimana aku dia
saja sudah melihat aku bagaikan musuh.
Aku memang memaklumi karna banyak masalah terjadi waktu aku kelas 2 dulu atau di tahun 1998 banyak kerusuhan terjadi tapi apa semua itu dilakukan semua orang? mengapa pukul rata, karna itu aku bangga dengan Eve, dia mampu membedakan dan memahami dengan benar persoalan itu. Akhirnya setelah dua hari berada disana aku pulang dengan naik travel sendiri tanpa Eve karena libur masih 12 hari lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar