DASAR-DASAR
AGRONOMI
BIOTEKNOLOGI DALAM BUDIDAYA PERTANIAN (AGRONOMI)
OLEH
:
NURHARDIANTI
G 111 09 301
A
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
BAB
I
PENDAHULUAN
Pertanian adalah
proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya
tumbuhan dan hewan. Pemanfaatan sumber daya ini
terutama berarti budi daya (bahasa Inggris: cultivation, atau untuk
ternak: raising). Namun demikian, pada sejumlah kasus yang sering
dianggap bagian dari pertanian yang dapat berarti ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan (bukan agroforestri).
Usaha
pertanian memiliki dua ciri penting: (1) selalu melibatkan barang dalam volume
besar dan (2) proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri
khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau
beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu
tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya
budidaya alga, hidroponika) telah dapat mengurangkan ciri-ciri ini tetapi sebagian
besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.
Terkait
dengan pertanian, usaha tani (farming)
adalah sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budi daya (tumbuhan maupun
hewan). Petani adalah sebutan
bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani
tembakau" atau "petani ikan". Khusus untuk pembudidaya hewan
ternak (livestock) disebut sebagai peternak. Ilmuwan serta pihak-pihak
lain yang terlibat dalam perbaikan metode pertanian dan aplikasinya juga
dianggap terlibat dalam pertanian.
Bagian
terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang - bidang di lingkup
pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor
pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat
penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial
masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Sebagian besar mata pencaharian
masyarakat di Indonesia adalah sebagai petani dan perkebunan, sehingga sektor -
sektor ini sangat penting untuk dikembangkan di negara kita. Berdasarkan data BPS tahun
2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar
44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan
domestik bruto.
- Sawah adalah suatu bentuk pertanian yang dilakukan di lahan basah dan memerlukan banyak air baik sawah irigasi, sawah lebak, sawah tadah hujan maupun sawah pasang surut.
- Tegalan adalah suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung pada pengairan air hujan, ditanami tanaman musiman atau tahunan dan terpisah dari lingkungan dalam sekitar rumah. Lahan tegalan tanahnya sulit untuk dibuat pengairan irigasi karena permukaan yang tidak rata. Pada saat musim kemarau lahan tegalan akan kering dan sulit untuk ditubuhi tanaman pertanian.
- Pekarangan
BAB II
PEMBAHASAN
Budi Daya Tanaman dengan
Bioteknologi
Perkembangan teknologi sekarang
sudah semakin pesat. Dengan bioteknologi manusia dapat melakukan
berbagai penemuan yang akan bermanfaat bagi kehidupan. Salah satunya adalah
penemuan kawin silang pada tanaman. Dengan menggunakan bioteknologi tanaman
yang memiliki kualitas rendah dapat dikawinkan dengan tanaman yang memiliki kualitas
unggul. Kelebihan yang dimiliki masing-masing tanaman itu akan berkumpul.
Hasilnya tentu saja tanaman yang berkualitas unggul.
Teknologi yang tidak kalah hebat
adalah teknik cloning. Teknologi ini mampu menghasilkan tanaman
yang berkualitas dalam jumlah banyak. Dengan kata lain, teknologi ini mampu
memperbanyak tanaman yang memiliki kualitas tinggi. Tanaman, seperti pohon
jati, anggrek, dan tanaman buah-buahan yang berkualitas tinggi, dapat
dikembangbiakkan dengan teknologi cloning ini.
Produk
pemuliaan tanaman adalah kultivar dengan ciri-ciri yang khusus dan
bermanfaat bagi penanamnya. Dalam kerangka usaha pertanian (agribisnis),
pemuliaan tanaman merupakan bagian awal/hulu dari mata rantai usaha tani dan
memastikan tersedianya benih atau bahan tanam yang baik dan
bermutu tinggi.
Agronomi merupakan
salah satu cabang ilmu dari
pertanian, yang merupakan ilmu terapan dalam biologi yang mempelajari pengaruh berbagai
aspek biotik dan abiotik terhadap suatu individu atau sekumpulan individu tanaman untuk dimanfaatkan bagi kepentingan manusia. Cakupan aspek botik meliputi individu itu sendiri, individu lain yang
sejenis, atau individu lain yang berbeda jenis. Cakupan aspek abiotik meliputi
semua komponen tidak hidup yang mempengaruhi kehidupan individu yang
dipelajari.
Orang sering
menyamakan agronomi dengan ilmu pertanian (dalam arti sempit: hanya untuk
tanaman). Agronomi lebih khusus mempelajari teknik bercocok tanam atau budidaya
tanaman. Kegiatan pertanian (budidaya tanaman dan ternak) merupakan salah satu
kegiatan yang paling awal dikenal peradaban manusia dan mengubah total bentuk kebudayaan. Para ahli prasejarah umumnya bersepakat bahwa pertanian
pertama kali berkembang sekitar 12.000 tahun yang lalu dari kebudayaan di
daerah "bulan sabit yang subur" di Timur Tengah, yang meliputi daerah lembah Sungai Tigris dan Eufrat terus memanjang ke barat hingga
daerah Suriah dan Yordania sekarang.
Bukti-bukti
yang pertama kali dijumpai menunjukkan adanya budidaya tanaman biji-bijian (serealia, terutama gandum kuna seperti emmer) dan polong-polongan di daerah tersebut. Pada saat itu,
2000 tahun setelah berakhirnya Zaman Es terakhir di era Pleistosen, di dearah ini banyak dijumpai hutan dan padang yang sangat
cocok bagi mulainya pertanian.
Pemuliaan tanaman
merupakan kegiatan untuk mengubah susunan genetik tanaman secara tetap (baka) sehingga
memiliki sifat atau penampilan sesuai dengan tujuan yang diinginkan pelakunya.
Pelaku kegiatan ini disebut pemulia tanaman. Pemuliaan tanaman umumnya
mencakup tindakan penangkaran, persilangan, dan seleksi. Dasar pengetahuan
mengenai perilaku biologi tanaman dan pengalaman dalam budidaya diperlukan dalam kegiatan ini sehingga sering kali dikatakan sebagai
gabungan dari ilmu dan seni.
Tujuan dalam
pemuliaan tanaman secara umum diarahkan pada dua hal: peningkatan kepastian
terhadap hasil yang tinggi dan perbaikan kualitas
produk yang dihasilkan.
Peningkatan kepastian terhadap hasil
biasanya diarahkan pada
- Peningkatan daya hasil,
- Ketahanan terhadap gangguan dari organisme lain atau lingkungan yang kurang mendukung,
- Daya tumbuh tanaman yang kuat, serta
- Kesesuaian terhadap teknologi pertanian yang lain.
Usaha perbaikan kualitas produk
dapat diarahkan pada perbaikan ukuran, warna, kandungan bahan tertentu,
pembuangan sifat-sifat yang tidak disukai, ketahanan simpan, atau keindahan
serta keunikan. Strategi dalam pemuliaan tanaman masa kini adalah dengan
melakukan peningkatan variasi genetik yang diikuti kemudian dengan seleksi pada
keturunannya.
Pertanian
telah dikenal oleh masyarakat yang telah mencapai kebudayaan batu muda (neolitikum), perunggu dan megalitikum. Pertanian mengubah bentuk-bentuk kepercayaan, dari pemujaan
terhadap dewa-dewa perburuan menjadi pemujaan
terhadap dewa-dewa perlambang kesuburan dan ketersediaan pangan.
Teknik
budidaya tanaman lalu meluas ke barat (Eropa dan Afrika Utara, pada saat itu Sahara belum sepenuhnya menjadi gurun) dan ke timur (hingga Asia Timur dan Asia Tenggara). Bukti-bukti di Tiongkok menunjukkan adanya budidaya jewawut (millet) dan padi sejak 6000 tahun sebelum Masehi.
Masyarakat Asia Tenggara telah mengenal budidaya padi sawah paling tidak pada saat 3000 tahun SM dan Jepang serta Korea sejak 1000 tahun SM. Sementara itu,
masyarakat benua Amerika mengembangkan tanaman dan hewan budidaya yang sejak
awal sama sekali berbeda.
Sejak pertanian dimulai 5.000-10.000 tahun yang lalu manusia sudah
mempunyai naluri untuk memilih dan menggunakan benih yang unggul. Mereka
mengetahui bahwa keturunan yang baik akan ditentukan oleh induk yang baik,
karena sifat dari induk (tetua) diwariskan kepada anaknya. Kenyataan inilah
yang mendasari berkembangnya bidang pertanian. Teknologi genetika merupakan
cabang ilmu pertanian yang berkernbang cepat pada abad ini yang mengubah sistem
produksi tanaman, ternak, dan ikan menjadi industri biologi yang lebih baik dan
iebih adaptif terhadap lingkungan tumbuh. Penerapan teknologi genetika dengan
perubahan bentuk menjadi ideal pada tanaman, ternak dan ikan telah meningkatkan
produksi pertanian pada abad ini.
Teknologi genetika memicu terjadinya revolusi hijau (green revolution)
yang berjalan sejak 1960-an. Dengan adanya revolusi hijau ini terjadi
pertambahan produksi pertanian yang berlipat ganda sehingga dapat tercukupi
bahan makanan pokok asal serealia. Untuk dapat mempertahankan keberlanjutan
revolusi hijau, Sumarno dan Suyamto (1998) menganjurkan rumusan
agroekoteknologi yang menekankan pada tindakan bersama antara sistem produksi
dan perawatan sumber daya lahan.
Cabang ilmu
genetika yang memfokuskan pada genetika level sel dan level DNA membuat
terobosan baru pada akhir tahun 1980-an. Ilmu genetika ini menerapkan teknik
perbaikan sifat spesies melalui level DNA dengan cara memasukkan gen eksogenus,
untuk memperoleh sifat-sifat bermanfaat yang tidak terdapat pada spesies
tersebut. Pada akhir abad 20 perkembangan teknologi genetika atau secara umum
disebut bioteknologi mulai berkembang.
Menurut
Moel-jopawiro (2000a) bioteknologi dalam arti luas didefinisikan sebagai
penggunaan proses biologi dari mikroba, tanaman atau hewan untuk menghasilkan
produk yang bermanfaat bagi manusia. Sedangkan rekayasa genetika didefinisikan
dalam arti luas sebagai teknik yang digunakan untuk merubah atau memindahkan
material genetik (gen) dari sel hidup. Definisi yang lebih sempit, seperti yang
digunakan oleh Animal and Plant Health Inspection Service (APHIS) Departemen
Pertanian Amerika, rekayasa genetika modifikasi genetik dari suatu organisme
dengan menggunakan teknologi rekombinan DNA.
Bioteknologi
merupakan bidang ilmu baru di bidang pertanian yang dapat menyelesaikan masalah-masalah
yang tidak dapat diselesaikan dengan cara konvensional. Penggunaan bioteknologi
bukan untuk menggantikan metode konvensional tetapi bersama-sama menghasilkan
keuntungan secara ekonomi. Penggunaan metode konvensional dengan teknologi
tinggi memaksimumkan keberhasilan program perbaikan pertanian. Bioteknologi
harus diintegrasikan ke dalam pendekatan-pendekatan konvensional yang sudah
mapan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bioteknologi
merupakan bidang ilmu baru di bidang pertanian yang dapat menyelesaikan
masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan cara konvensional.
Penggunaan bioteknologi bukan untuk menggantikan metode konvensional tetapi
bersama-sama menghasilkan keuntungan secara ekonomi.
Saran
Saya menyarankan dalam pemilihan
jurusan, diharapkan mahasiswa dapat memilih jurusan yang masing-masing sesuai
dengan minat, dan dapat berinteraksi dengan baik dengan kalangannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Balai
Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor
MM. Sri Setiyati Harjadi. 1984. Pengantar Agronomi. (online) webmaster@lablink.or.id
Rangkuman
Pengetahuan Umum Lengkap.Dra.Dara Puspita.Pustaka Media,Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar