Jumat, 10 Desember 2010

KATA-KATA HIKMAH DARI ORANG-ORANG SOLEH


*      ABU BAKAR AS-SIDDIQ Radhiyallahu ‘anhu:
1.     Sesungguhnya seorang hamba itu bila merasa ujub karena suatu perhiasan dunia, niscaya Allah akan murka kepadanya hingga dia melepaskan perhiasan itu.
2.    Semoga aku menjadi pohon yang ditebang kemudian digunakan.
3.    Dia berkata kepada para sahabat,"Sesungguhnya aku telah mengatur urusan kamu, tetapi aku bukanlah orang yang paling baik di kalangan kamu maka berilah pertolongan kepadaku. Kalau aku bertindak lurus maka ikutilah aku tetapi kalau aku menyeleweng maka betulkan aku!"
*      UMAR BIN KHATTAB Radhiyallahu ‘anhu:
1.     Jika tidak karena takut dihisab, sesungguhnya aku akan perintahkan membawa seekor kambing, kemudian dipanggang untuk kami di depan pembakar roti.
2.    Barangsiapa takut kepada Allah Subhanahu wa ta’la niscaya tidak akan dapat dilihat kemarahannya. Dan barangsiapa takut pada Allah, tidak sia-sia apa yang dia kehendaki.
3.    Wahai Tuhan, janganlah Engkau jadikan kebinasaan umat Muhammad Salallahu ‘alaihi wasallam di atas tanganku. Wahai Tuhanku, umurku telah lanjut dan kekuatanku telah lemah. Maka genggamkan (matikan) aku untukMu bukan untuk manusia.


*      ALI BIN ABI THALIB Radhiyallahu ‘anhu :
1.     Cukuplah bila aku merasa mulia karena Engkau sebagai Tuhan bagiku dan cukuplah bila aku bangga bahwa aku menjadi hamba bagiMu. Engkau bagiku sebagaimana yang aku cintai, maka berilah aku taufik sebagaimana yang Engkau cintai.
2.    Hendaklah kamu lebih memperhatikan tentang bagaimana amalan itu diterima daripada banyak beramal, karena sesungguhnya terlalu sedikit amalan yang disertai takwa. Bagaimanakah amalan itu hendak diterima?
Janganlah seseorang hamba itu mengharap selain kepada Tuhannya dan janganlah dia takut selain kepada dosanya.
3.    Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada ilmunya dan tidak ada kebaikan ilmu yang tidak difahami dan tidak ada kebaikan bacaan kalau tidak ada perhatian untuknya.
*      UMAR BIN ABDUL AZIZ :
1.     Orang yang bertakwa itu dikekang.
2.    Sesungguhnya syubhat itu pada yang halal.
3.    Kemaafan yang utama itu adalah ketika berkuasa.
*      SUFFIAN AS THAURI :
1.     Tidak ada ketaatan bagi kedua ibu-bapak pada perkara syubhat.
2.    Sesungguhnya seorang lelaki itu berharta bila dia zuhud di dunia, dan sesungguhnya seorang itu adalah fakir bila dia gemar pada dunia.
3.    Menuntut ilmu lebih utama daripada shalat sunat.
*      IMAM AS-SYAFI’I :
1.     Barangsiapa menghendaki akhirat wajib baginya ikhlas pada ilmu.
2.    Tidak ada sesuatu yang lebih indah pada ulama kecuali dengan kefakiran dan mencukupi dengan apa yang ada serta redha dengan keduanya.
3.    Hendaklah kamu berilmu pengetahuan sebelum kamu menjadi ketua, sebab sesudah kamu menjadi ketua, tidak ada jalan lagi bagimu untuk mencari pengetahuan.
Orang yang berakal itu adalah orang yang akalnya dapat mengawal segala sifat-sifat mazmumah (sifat keji). Barangsiapa yang menyukai bila Allah menutupinya dengan kebaikan maka hendaklah dia bersangka baik terhadap manusia.
*      IMAM MALIK :
1.     Ilmu itu bukanlah dengan membanyakkan riwayat tetapi ilmu itu adalah cahaya yang Allah letakkan dalam hati.
2.    Apabila seseorang itu memuji dirinya maka hilanglah cahayanya.
3.    Wajib bagi orang yang menuntut ilmu untuk memiliki kebesaran, ketenangan dan ketakutan.
*      IMAM ABU HANIFAH :
1.     Tidak sekalipun aku shalat kecuali aku doakan untuk guruku Hammad dan juga mereka yang pernah mengajarku serta mereka yang pernah aku ajar. (murid-muridnya).
2.    Aku telah 50 tahun bergaul dengan manusia. Tidak kudapati seorangpun yang mengampunkan kesalahanku. Tidak ada yang menghubungi aku ketika aku memutuskan hubungan dengannya. Tidak ada yang menutup keaibanku dan aku tidak akan merasa aman darinya bila dia murka kepadaku. Maka yang lebih mereka bimbangkan adalah perkara yang besar-besar.
3.    Telah sampai berita kepadaku, bahwa tidak ada yang lebih mulia daripada seorang alim yang warak.
*      IMAM AHMAD :
Jangan kamu mengambil ilmu dari orang yang mengambil benda dunia di atas ilmunya.
*      SUFFIAN BIN UYAINAH :
1.     Dua perkara yang susah sekali untuk mengobatinya yaitu meninggalkan loba (tamak) untuk manusia dan mengikhlaskan amal untuk Allah.
2.    Siapa yang ditambah akalnya maka kuranglah rezekinya.
3.    Zuhud di dunia itu adalah sabar dan menunggu-nunggu kedatangan mati.
4.    Ilmu itu jika tidak memberi manfaat padamu maka akan memberi mudarat padamu.
5.    Orang yang menuntut ilmu tidak akan dianggap sebagai orang yang berakal hingga dia melihat dirinya lebih hina dari sekalian manusia.
*      Surat dari ibu Aisyah Radhiyallahu ‘anha untuk Khalifah Muawiyah berbunyi sebagai berikut :
"Aku dengar Rasulullah Salallahu ‘laihi Wasallam bersabda, "Siapa yang mengusahakan keridhaan Allah sampai manusia kesal kepadanya, ia akan dibantu Allah dalam menghadapi manusia. Dan siapa yang tidak menghiraukan Allah agar disenangi manusia nasibnya akan diserahkan Allah pada manusia." Oleh karena itu tetaplah hati tuan dalam takut pada Allah karena bila tuan takut pada Allah, Dia akan membantumu terhadap manusia. Tetapi kalau tuan takut pada manusia mereka tidak akan dapat menolongmu terhadap Allah sedikit pun."
*      Khalifah Umar Ibnu Aziz menasehati gubernur-gubernur di daerah pemerintahannya dengan perkataan sebagai berikut :
"Kekuasaan yang ada di tangan saudara-saudara telah memungkinkan kalian untuk menzalimi rakyat. Bila terasa di hati kalian untuk menzalimi seseorang, ingatlah segera betapa besarnya kekuasaan Allah atas diri saudara-saudara."
"Ketahuilah bahwa satu kejahatan yang anda timpakan pada rakyat lambat laun akan hilang bekasnya dari mereka tetapi bekasnya akan tetap untuk saudara-saudara dalam daftar dosa. Ketahuilah pula bahwa Allah SWT membela orang teraniaya terhadap yang menzaliminya."
*      Luqmanul Hakim menasehati anaknya :
"Wahai anakku, dampingilah selalu para ulama dan jangan engkau banyak berdebat dengan mereka agar jangan dibenci oleh mereka." "Ambillah dari dunia sekedar keperluan dan biayakan (belanjakan) kelebihan hasil usahamu untuk Akhirat. Dunia jangan ditolak semua agar engkau tidak menjadi parasit(orang yang menumpang hidup pada orang lain tanpa membalas apa-apa) yang menyusahkan manusia (orang) lain."
"Berpuasalah selalu untuk menundukkan nafsumu, tetapi jangan sampai meletihkan badan sehingga merusak shalatmu karena shalat lebih utama dari puasa."
"Janganlah engkau duduk berteman dengan orang yang bodoh, sombong dan jangan didekati orang yang bermuka dua."
*      Pernah Allah Subhanahu Wa Ta’la bertanya kepada Nabi Yaaqub ‘alaihisalam :
"Tahukah kamu kenapa Kupisahkan engkau dengan puteramu Yusuf?" "Tidak, ya Tuhanku," jawab Nabi Yaaqub ‘alaihisalam. "Yaitu karena kata-katamu yang mengatakan, "Aku takut karena dia akan dimakan serigala waktu kamu (saudara-saudara Yusuf) lalai bermain-main", Kenapa engkau bimbang pada serigala tetapi tidak menyatakan harapan pada-Ku? Engkau hanya memandang kelalaian saudara-saudaranya saja tapi engkau tidak memandang perlindungan-Ku terhadapnya (Yusuf)." Kemudian Allah bertanya lagi pada Nabi Yaaqub ‘laihisalam, "Tahukah kamu kenapa Yusuf Aku kembalikan padamu?". "Tidak, ya Tuhanku," jawab Nabi Yaaqub ‘alaihisalam. "Juga karena kata-katamu, "Semoga Allah akan mengembalikan semua padaku". Dan karena kata-katamu, "Pergilah untuk mencari Yusuf dan adiknya dan janganlah kamu berputus asa."
*      Kata Abu Hurairah, Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Yang paling awal diseru di hari kiamat adalah orang yang hafal Al-Quran dan seorang yang syahid dalam peperangan serta seorang yang kaya."
Maka firman Allah kepada yang hafal Al-Quran, "Apakah Aku tidak mengajarmu? Mengajar Al Quran yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku?". Jawab orang itu, "Tentu saja ya Tuhanku." Dan firman Allah, "Digunakan untuk apa ilmu yang kau miliki itu?" Jawabnya, "Aku amalkan dan aku kaji siang dan malam." Firman Tuhan, "Kamu dusta!" Demikian pula para malaikat berkata, "Kamu dusta." Firman Tuhan, "Sebenarnya Kamu hanya ingin menjadi seorang qari maka cukuplah pujian orang-orang itu sebagai ganjaranmu. Itulah bagianmu." Sekarang giliran orang yang mati di dalam peperangan dihadapkan kepada Tuhan yang Maha Esa dan Tuhan berfirman, "Apakah yang engkau telah lakukan di dunia?" Jawabnya, "Saya diperintahkan ikut perang sabil, kemudian perintah itu saya jalankan sampai saya mati dalam peperangan itu."
Firman Allah: "Kamu dusta!" Demikian pula para malaikat berkata, "Kamu dusta." Firman Allah, "Sebetulnya kamu ingin dipuji sebagai seorang yang berani (pahlawan). Cukuplah pujian itu sebagai bagianmu." Kemudian tibalah giliran orang kaya dihadapkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’la. Firman Allah, "Apakah engkau tidak diberi kekayaan oleh-Ku? Sehingga engkau tidak memberikan kepada sesiapapun?" Jawab orang kaya, "Tentu saja ya Tuhan, hamba telah diberi kekayaan olehMu."
Firman Tuhan,"Dipergunakan untuk apa kekayaan yang Aku berikan padamu itu?"
Jawabnya, "Saya pergunakan untuk bersilaturrahim dan bersedekah."Firman Tuhan, "Kamu berdusta!" Demikian pula para malaikat berkata, "Kamu berdusta." Firman Tuhan, "Sebetulnya kamu ingin dipuji sebagai seorang yang pemurah. Pujian orang-orang itulah sebagai bagian untukmu." "Kemudian Rasulullah menepuk lututku," kata Abu Hurairah dan Rasulullah bersabda, "Ya Abu Hurairah untuk merekalah Api Neraka pertama kali akan dinyalakan."
*      Dari Mu’az Bin Jabbal, Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
"Puji syukur ke hadrat Allah Subhanahu Wa Ta’la yang menghendaki agar makhluk-Nya menurut kehendak-Nya, wahai Mu’az!" Jawabku, "Ya, Sayidil Mursalin."
Sabda Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam, "Sekarang aku akan menceritakan sesuatu kepadamu yang apabila engkau hafalkan (diambil perhatian) olehmu akan berguna tetapi kalau engkau lupakan (tidak dipedulikan) olehmu maka kamu tidak akan mempunyai alasan di hadapan Allah kelak."
"Hai Mu’az, Allah itu menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dari bumi. Setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu langit dan tiap-tiap pintu langit dijaga oleh malaikat penjaga pintu menurut ukuran pintu dan keagungannya."
"Maka malaikat yang memelihara amalan si hamba (malaikat hafazah) akan naik ke langit membawa amal itu ke langit pertama. Penjaga langit pertama akan berkata kepada malaikat Hafazah,"Saya penjaga tukang mengumpat. Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya karena saya diperintahkan untuk tidak menerima amalan tukang mengumpat".
"Esoknya, naik lagi malaikat Hafazah membawa amalan si hamba. Di langit kedua penjaga pintunya berkata,"Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya sebab dia beramal karena mengharapkan keduniaan. Allah memerintahkan supaya amalan itu ditahan jangan sampai lepas ke langit yang lain."
"Kemudian naik lagi malaikat Hafazah ke langit ketiga membawa amalan yang sungguh indah. Penjaga langit ketiga berkata, "Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya karena dia seorang yang sombong."
Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam meneruskan sabdanya, "Berikutnya malaikat Hafazah membawa lagi amalan si hamba ke langit keempat. Lalu penjaga langit itu berkata,"Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya. Dia seorang yang ujub. Allah memerintahkan aku menahan amalan si ujub."
Seterusnya amalan si hamba yang lulus ke langit kelima dalam keadaan bercahaya-cahaya dengan jihad, haji, umrah dan lain-lain. Tetapi di pintu langit penjaganya berkata,"Itu adalah amalan tukang hasad. Dia sangat benci pada nikmat yang Allah berikan pada hamba-Nya. Dia tidak redha dengan kehendak Allah. Sebab itu Allah perintahkan amalannya dilemparkan kembali ke mukanya. Allah tidak terima amalan pendengki dan hasad."
Di langit keenam, penjaga pintu akan berkata,"Saya penjaga rahmat. Saya diperintahkan untuk melemparkan kembali amalan yang indah itu ke muka pemiliknya karena dia tidak pernah mengasihi orang lain. Kalau orang dapat musibah dia merasa senang. Sebab itu amalan itu jangan melintasi langit ini."
Malaikat Hafazah naik lagi membawa amalan si hamba yang dapat lepas hingga ke langit ketujuh. Cahayanya bagaikan kilat, suaranya bergemuruh. Di antara amalan itu ialah shalat, puasa, sedekah, jihad, warak dan lain-lain.
Tetapi penjaga pintu langit berkata,"Saya ini penjaga sum’ah (ingin kemasyhuran). Sesungguhnya si hamba ini ingin termasyhur dalam kelompoknya dan selalu ingin tinggi di saat berkumpul dengan kawan-kawan yang sebaya dan ingin mendapat pengaruh dari para pemimpin. Allah memerintahkan padaku agar amalan itu jangan melintasiku. Tiap-tiap amalan yang tidak bersih karena Allah maka itulah riya'. Allah tidak akan menerima dan mengabulkan orang-orang yang riya'."
Kemudian malaikat Hafazah itu naik lagi dengan membawa amal hamba yakni shalat, puasa, zakat, haji, umrah, akhlak yang baik dan mulia serta zikir pada Allah. Amalan itu diiringi malaikat ke langit ketujuh hingga melintasi hijab-hijab dan sampailah ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’la. Semua malaikat berdiri di hadapan Allah dan semua menyaksikan amalan itu sebagai amalan soleh yang betul-betul ikhlas untuk Allah.
Tetapi firman Tuhan,"Hafazah sekalian, pencatat amal hamba-Ku, Aku adalah pemilik hatinya dan Aku lebih mengetahui apa yang dimaksudkan oleh hamba-Ku ini dengan amalannya. Dia tidak ikhlas pada-Ku dengan amalannya. Dia menipu orang lain, menipu kamu (malaikat Hafazah) tetapi tidak bisa menipu Aku. Aku adalah Maha Mengetahui."
"Aku melihat segala isi hati dan tidak akan terlindung bagi-Ku apa saja yang terlindung. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah terjadi adalah sama dengan pengetahuan-Ku atas apa yang bakal terjadi."
"Pengetahuan-Ku atas orang yang terdahulu adalah sama dengan Pengetahuan-Ku atas orang-orang yang datang kemudian. Kalau begitu bagaimana hamba-Ku ini menipu Aku dengan amalannya ini?"
"Laknat-Ku tetap padanya."
Dan ketujuh-tujuh malaikat beserta 3000 malaikat yang mengiringinya pun berkata:
"Ya Tuhan, dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami sekalian bagi mereka."
Dan semua yang di langit turut berkata,"Tetaplah laknat Allah kepadanya dan laknat orang yang melaknat."
Sayidina Muaz (yang meriwayatkan hadist ini) kemudian menangis terisak-isak dan berkata, "Ya Rasulullah, bagaimana aku dapat selamat dari apa yang diceritakan ini?"
Sabda Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam, "Hai Mu’az, ikutilah Nabimu dalam soal keyakinan."
Muaz bertanya kembali,"Ya, tuan ini Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam sedangkan saya ini hanyalah si Muaz bin Jabal, bagaimana saya dapat selamat dan bisa lepas dari bahaya tersebut?" Bersabda Rasulullah, "Ya begitulah, kalau dalam amalanmu ada kelalaian maka tahanlah lidahmu jangan sampai memburukkan orang lain. Ingatlah dirimu sendiri pun penuh dengan aib maka janganlah mengangkat diri dan menekan orang lain."
"Jangan riya' dengan amal supaya amal itu diketahui orang. Jangan termasuk orang yang mementingkan dunia dengan melupakan akhirat. Kamu jangan berbisik berdua ketika disebelahmu ada orang lain yang tidak diajak berbisik. Jangan takabur pada orang lain nanti luput amalanmu dunia dan akhirat dan jangan berkata kasar dalam suatu majlis dengan maksud supaya orang takut padamu, jangan mengungkit-ungkit apabila membuat kebaikan, jangan mengoyak perasaan orang lain dengan mulutmu, karena kelak engkau akan dikoyak-koyak oleh anjing-anjing neraka jahanam."
Sebagaimana firman Allah yang bermaksud,"Di neraka itu ada anjing-anjing yang mengoyak badan manusia."
Muaz berkata, "Ya Rasulullah, siapa yang tahan menanggung penderitaan semacam itu?"
Jawab Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam, "Muaz, yang kami ceritakan itu akan mudah bagi mereka yang dimudahkan oleh Allah Salallahu ‘Alaihi Wasallam. Cukuplah untuk menghindari semua itu, kamu menyayangi orang lain sebagaimana kamu mengasihi dirimu sendiri dan benci bila sesuatu yang dibenci olehmu terjadi pada orang lain. Kalau begitu kamu akan selamat dan dirimu pasti akan terhindar dari api neraka."
*      Nabi Salallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
Allah Subhanahu Wa Ta’la berfirman,"Sekurang-kurangnya tindakan-Ku terhadap seorang hamba yang lebih mengutamakan nafsunya dari berbuat taat kepada-Ku tidak Kuberi padanya kebahagiaan bermunajat kepada-Ku."


*      Ali Radhiyallahu ‘anhu berkata :
"Dasar kekafiran itu dikelilingi oleh empat tiang yaitu kasar hati, buta fikiran, lalai dan prasangka. Orang berhati kasar akan menghina kebenaran, menunjukan kejahatan dan mengutuk orang-orang pandai." "Buta hati, lupa zikrullah dan lalai akan menjauhkan diri dari ketetapan Allah, dan orang yang syak wasangka akan tertipu oleh angan-angan. Sampai akhirnya ia ditimpa kecewa dan sesal yang tidak berujung karena diperlihatkan oleh Allah hal-hal yang selama ini tidak difikirkannya."
*      Nabi Salallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
"Sekurang-kurangnya (hati) mu mesti berisi keyakinan dan keteguhan dalam bersabar. Siapa yang mendapatkan kedua hal itu, tidak mengapa baginya bila kadang-kadang lalai dalam mengerjakan shalat sunat di malam hari dan puasa sunat di siang hari."
"Orang-orang sabar dalam keadaan itu lebih disukai. Aku khawatir sepeninggalku dunia akan terbuka luas di depanmu, lalu masing-masing bersifat nafsi-nafsi, engkau-engkau, aku-aku dan kamu tidak kenal lagi penduduk langit. Di waktu itu siapa yang sabar dan ikhlas akan memenangkan pahala yang selengkapnya."
Firman Allah : Terjemahannya : Apa yang ada pada kamu akan habis dan apa yang di sisi Allah akan kekal dan akan Kami beri tambahan pahala pada orang-orang yang sabar dalam apa yang mereka lakukan. (An Nahl: 96)
*      Dalam atsar dari Ibnu Abbas menceritakan ketika Nabi masuk ke suatu perkumpulan kaum Ansar baginda bertanya :
"Apakah saudara-saudara telah betul-betul Mukmin?" Umar lalu menjawab, "Benar ya Rasulullah." Baginda bertanya lagi, "Apakah ciri-ciri iman, saudara-saudara?"
Hadirin menjawab, "Kami bersyukur atas kesenangan, bersabar atas cobaan dan redha menerima ketentuan Tuhan." Lalu Nabi bersabda, "Memang anda semua Mukmin sejati, demi Tuhan Kaabah."
*      Termaktub dalam sepucuk surat Khalifah Umar kepada Abu Musa Al Ashaari,
"Hadapilah sifat sabar dan ketahuilah bahwa sifat sabar itu dua macam, di mana yang satu lebih afdol dari yang lain. Sabar dalam musibah adalah sifat baik namun lebih afdal lagi sabar dalam menghindar larangan Allah Subhanahu Wa Ta’la.
Ketahuilah bahwa sabar itu berhubungan dengan iman karena kebajikan yang paling utama adalah takwa dan takwa hanya dapat dicapai dengan sabar."
*      Nabi Sulaiman alaihisalam pernah dihukum Allah selama 40 hari
Semasa baginda dihukum, banyak orang berbuat kasar dengannya. Sebab itu saat Nabi Sulaiman alaihisalam bebas dan menjadi raja kembali, ada seorang umatnya datang meminta maaf pada Nabi Sulaiman alaihisalam Nabi Allah itu menjawab,"Aku tidak mengumpat tentang apa yang telah kamu lakukan dan tidak lupa pula memuji sikapmu sekarang. Sesungguhnya semua yang telah terjadi itu adalah perintah dari langit yang mesti terjadi."
*      13. Seorang ulama salaf berkata
"Setiap seorang hamba berbuat dosa, bumi tempat ia berdiri meminta keizinan Tuhan untuk membenamkannya dan langit yang di atas kepalanya memohon izin untuk gugur menimpanya."Tetapi Tuhan berfirman pada langit dan bumi itu,
"Tahanlah bahaya untuk hamba-Ku itu dan beri dia waktu. Mungkin dia bertaubat pada-Ku lalu Aku ampunkan dan mungkin saja dia menggantikan kerja buruknya dengan amalan yang baik lalu Aku gantikan dosanya dengan pahala."
Itulah yang dimaksudkan dengan firman Allah :Terjemahannya : Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi dari terjatuh dan kalau keduanya terjatuh tiada seorang pun yang akan bisa menahan selain Dia. (Faathir : 41)
*      Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
"Ya Tuhanku, karuniakanlah aku dua mata yang berlinang meneteskan air mata sebelum datang saat di mana mata menetiskan darah dan gigi menjadi bara."
Ummul Mukminin Sayidatina Aisyah bertanya kepada Nabi salallahu ‘alaihi wasallam :
Wahai Rasulullah, "Apakah ada umatmu yang nanti dapat masuk syurga tanpa hisab?"
Jawab baginda,"Ada, yaitu orang yang mengenang dosanya lalu dia menangis."
*      Yahaya bin Mu’az Radhiyallahu ‘anhu berkata,
"Malang sekali nasib keturunan Nabi Adam laihislam Kalau mereka mencemaskan Neraka seperti mencemaskan kemiskinan tentulah dia akan masuk Syurga."
Diriwayatkan :
Seorang Nabi mengeluh kepada Allah bahwa dia telah menderita lapar dan kekurangan pakaian selama bertahun-tahun dan pakaiannya hanyalah jubah bulu yang kasar. Lalu Allah mewahyukan kepadanya,"Wahai hamba-Ku, tidakkah engkau senang hati karena hatimu telah Aku lindungi dari sikap kafir terhadap-Ku hingga engkau minta pula diberi keduniaan?"
Sebahagian ulama’ salaf bermunajat seperti ini :
"Ya Allah, generasi mana yang tidak membuat kedurhakaan padaMu namun Engkau tetap memberi rezeki kepada mereka. Sesungguhnya Maha Suci Engkau dan Maha Penyantun. Demi kemuliaanMu, Engkau didurhakai manusia namun Engkau tetap melimpahkan pemberian dan rezeki, bagaikan Engkau tidak pandai marah pada mereka, wahai Tuhan kami
Ka`ab Al-Ahbar berkata :
"Benteng kaum mukiminin dari godaan setan ada tiga, yaitu mesjid, dzikir kepada Allah dan membaca Al-qur`an."
  • Mesjid menjadi benteng karena disitu terdapat para malaikat dan orang-orang yang beribadah.
  • Dzikrullah (menyebut Asma Allah) juga menjadi benteng pertahanan, terutama dengan membaca Hauqalah:
"La haula wala quwwata illa billahil `aliyil adzim"
"Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung"
  • Membaca Al-Qur`an juga benteng, terutama membaca ayat Kursy (surah Al-Baqarah ayat 255), sebagaimana yang telah nyata mujarabnya.
Ka`ab Al-Ahbar masuk islam di masa pemerintahan sahabat Umar. Dia adalah seorang ulama tempat mengadu orang Yahudi (yang beragama islam).










Malik bin Dinar r.a berkata :

“Agar anda termasuk kaum mukminin, cegahlah tiga sikap dengan tiga cara: Cegahlah sikap sombong dengan tawaduk, cegahlah sikap rakus dengan qanaah dan cegahlah sikap dengki dengan dengan nasihat.”

Manusia harus menolak tiga perkara yang dicela dengan tiga perkara yang dipuji, agar disifati oleh hakikat iman yang sebenarnya seperti orang-orang mukmin.

      Sombong ialah memandang dirinya sendiri dengan pandangan mulia dan memandang orang lain dengan pandangan rendah. Kebalikan sombong adalah tawaduk. Sombong terjadi akibat kedudukan, sedangkan ujub terjadi akibat keutamaan.
      Rakus adalah merasa tidak puas dengan apa adanya. Sedangkan qanaah adalah ridha atas segala yang ada.
      Dengki (hasud) adalah mengharapkan hilangnya kenikmatan orang yang didengkinya, agar berpindah pada dirinya. Nasihat yaitu, mendorong berbuat kebaikan dan melarang berbuat kerusakan.

Didalam hadits di sebutkan:

“Iman dan dengki tidak akan dapat bersatu didalam rongga seorang hamba.”

Maksudnya iman dalam hadits tersebut adalah iman kepada taqdir Allah.

Mu`awiyah berkata : Aku mampu untuk menjadikan semua orang ridha kepadaku, kecuali orang yang dengki terhadap nikmatku, sesungguhnya orang yang dengki masih belum merasa puas, kecuali jika nikmat itu hilang dariku.

Sebagaimana seorang penyair menyatakan dari bahar Thawil :

Setiao orang dapat kubuat puas
Tetapi orang dengki kepadaku
Sulitlah membuat ia puas
dan berat mencapai kepuasan itu
Bagaimana seorang dapat membuat puas
Orang yang dengki terhadap nikmatnya
Jika si dengki itu sendiri memang tak pernah puas
Sebelum nikmat itu hilang dari pemiliknya 

Diriwayatkan dari Rasulullah saw. sesungguhnya beliau pernah bersabda kepada Jundub bin Junadah, yang bergelar Abu Dzar A-Ghifaari:

“Wahai, Abu Dzar, pugarlah kapalmu karena lautnya dalam, bawalah bekal sempurna karena perjalananmu jauh, peringanlah beban karena rintangan-rintangannya berat sekali, ikhlaskanlah amal karena sesungguhnya Yang Maha Meneliti, Maha Melihat.”

      Memugar disini dalam arti memperbaiki niat, agar semua perbuatan atau penghindaran melakukan perbuatan dapat berfungsi ibadah serta mendapat pahala guna keselamatan dari azab Allah.

Al-Imam Umar bin Khattab Al-Faruq mengirim surat kepada Abu Musa Al-Asy`ari. Semoga Allah meridhai mereka berdua. “Barang siapa niatnya tulus, maka Allah mencukupi keperluannya yang berada antara dia dan orang lain.”

Salim bin Abdullah bin Umar Al-Khattab mengirim surat kepada Umar bin Abdul Aziz r.a. : “Ketahuilah wahai Umar, sesungguhnya pertolongan dari Allah kepada seorang hamba sesuai dengan kadar niatnya, barangsiapa yang niatnya tulus, maka pertolongan dari Allah sempurna baginya dan barangsiapa yang niatnya kurang, maka pertolongan dari Allah pun kurang baginya, sesuai dengan kadar niatnya itu.”

      Perjalanan jauh disini dimaksudkan dengan perjalanan menuju akherat
      Beban muatan adalah beban pertanggungjawaban urusan duniawi
      Ikhlaskanlah amal karena sesungguhnya Allah swt. Yang Maha Meneliti, meneliti secara cermat perbuatan baik buruk

Abu Sulaiman Ad-Darani berkata : “Kebahagiaan tetap bagi orang yang tidak melangkah satu langkah pun selain kepada Allah swt.”

Perkataan ini sesuai dengan sabda Nabi saw. :

“Ikhlaskanlah perbuatanmu, maka yang sedikit darinya akan mencukupi.”

Seorang penyair mengatakan :

“Wajib bertobat bagi manusia
Namun meninggalkan dosa-dosa lebih wajib
Sabar menghadapi musibah adalah berat
Tapi hilang pahala lebih berat
Perubahan dalam setiap zaman selalu aneh
Namun manusia lupa bahwa dirinya aneh
Setiap yang akan datang dekat
Namun maut lebih dekat dari itu.”

Diriwayatkan dari Anas, bahwa suatu hari Nabi saw. Keluar sambil memegang tangan Abi Dzar seraya bersabda:

“Wahai Abu Dzar, apakah kamu telah mengetahui bahwa sesungguhnya dihadapan kita terbentang suatu jalan dibukit yang sangat rumit, yang tidak akan dapat didaki selain oleh orang-orang yang meringankan bebannya” Seorang bertanya: “Wahai Rasulullah, Apakah aku ini tergolong orang-orang yang meringankan atau memberatkan bebannya?” Beliau bersabda: “Adakah engkau punya makanan hari ini?” Dia menjawab: “Ya punya.” Rasulullah saw. Bersabda : “Apakah engkau punya makanan untuk esok?” Dia menjawab: “Ya punya.” Rasulullah saw. Bersabda: “Apakah kamu punya makanan untuk besok lusa?” Dia menjawab: “Tidak punya.” Rasulullah mengatakan: “Andaikan engkau telah punya jatah makanan untuk tiga hari, maka engkau tergolong orang-orang yang memberatkan bebannya.”

HADITS-HADITS QUDSI
1.     Hadits qudsi pertama
Allah swt. berfirman :

"Wahai anak Adam! Aku heran kepada orang yang meyakini akan adanya kematian, namun ia bergembira. Aku heran kepada orang yang meyakini hisab, namun ia semakin tamak mengumpulkan harta. Aku heran kepada orang yang meyakini adanya akhIrat, namun ia bersantai. Aku heran kepada orang meyakini adanya kesirnaan dunia,  namun ia menggantungkan ketenangan kepadanya. Aku heran kepada orang yang pandai bersilat lidah, namun jiwanya kosong. Aku heran kepada orang yang bersuci dengan air, namun ia tidak pernah mensucikan hatinya. Aku heran kepada orang yang sibuk mengurusi aib orang lain, namun ia lupa pada aibnya sendiri. Aku heran kepada orang yang mengetahui bahwa Allah melihatnya, namun ia mendurhakai-Nya. Aku heran kepada orang yang percaya bahwa ia akan mati dan sendiri dalam kuburnya, namun ia tidak senang bergaul atau berbuat baik dengan sesamanya. Tiada Tuhan selain Aku dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Ku.
2.    Hadits qudsi kedua
Allah swt. berfirman :

"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Aku, tiada sekutu bagi-Ku, Muhammad adalah hamba dan Rasul-Ku. Barangsiapa tidak rela terhadap keputusan-Ku, tidak sabar terhadap bala`-Ku, tidak mensyukuri nikmat-Ku, tidak puas terhadap pemberian-Ku, maka hendaklah mencari Tuhan selain Aku.

Barangsiapa sedih atau meratapi hidupnya, seolal-olah ia marah kepada-Ku. Barangsiapa mengeluh atas satu musibah, berarti ia telah mengeluhkan-Ku. Barangsiapa bertamu pada si kaya, lalu merendahkan diri karena kekayaannya, maka hilanglah dua pertiga agamanya. Barangsiapa memukul wajahnya karena musibah kematian, berarti ia telah mengambil anak panah untuk membunuh-Ku. Barangsiapa mematahkan kayu diatas kubur, berarti ia telah menghancurkan ka`bah-Ku dengan tangannya. Barangsiapa makan tanpa memperhatikan darimana ia mendapatkannya, maka Allah akan memasukkannya ke neraka jahannam, tanpa sedikitpun Allah memperhatikannya. Barangsiapa tidak ada peningkatan dalam agamanya, berarti ia dalam kerugian dan bagi orang yang merugi, kematian adalah lebih baik baginya. Barangsiapa mengamalkan apa yang di ketahuinya, maka Allah akan memberikan apa yang tidak di ketahuinya. Barangsiapa yang panjang angan-angannya, maka ia tidak akan ikhlas dalam beramal."
3.    Hadits qudsi ketiga
Allah swt. berfirman :

"Wahai anak Adam! Jadilah orang yang qana`ah, maka kamu akan menjadi orang kaya. Tinggalkan hasad, niscaya kamu akan bahagia. Jauhilah perkara haram, berarti kamu telah membersihkan agamamu. Barangsiapa tidak menggunjing, hal itu akan melahirkan cinta-Ku kepadanya. Barangsiapa meninggalkan manusia, ia akan selamat darinya. Barangsiapa sedikit bicara, maka sempurnalah akalnya. Barangsiapa yang ridha dengan harta yang sedikit, berarti ia telah percaya dan yakin kepada Allah. Wahai anak Adam! Mengapa tidak kamu amalkan apa yang kamu ketahui. Mengapa kamu mencari pengetahuan yang tidak kamu ketahui."

"Wahai anak Adam! kamu telah berbuat kebajikan di dunia seolah-olah tidak akan mati dan mengumpulkan harta seolah-olah akan hidup selamanya. Wahai dunia, janganlah engkau memberi kepada orang yang ambisi kepadamu, tetapi carilah orang yang zuhud. Bermanis-manislah terhadap orang yang memandangmu."





Menyikapi Ketergelinciran dan Perselisihan antar Ulama
April 6, 2009 oleh adi abdullah
Sudah menjadi ketetapan yang mapan bahwasanya tidak ada seorangpun yang selamat dari kesalahan. Salah merupakan hal yang wajar terjadi pada manusia. Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطاَّئِيْنَ التَّوَّابُوْن
Setiap anak Adam itu banyak bersalah. Dan sebaik-baik orang yang banyak bersalah adalah orang-orang yang mau bertaubat.”
(HR. At-Tirmidzi no. 2616. Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihul Jami’ no. 4514 mengatakan: “(Hadits ini) hasan.”)
Para ulama mereka juga manusia biasa, bisa salah dan benar. Apabila melihat kesalahan ulama maka nasehatilah dengan baik dan cara yang santun. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
الدين النصيحة قلنا لمن ؟ قال : لله ولرسوله وللأئمة المسلمين و عامتهم
Agama itu adalah Nasehat , Kami bertanya : Untuk Siapa ?, Beliau bersabda : Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin umat Islam, dan bagi seluruh kaum muslim” ( HR. Muslim 55 )
Namun dewasa ini ada segelintir kalangan yang mencari cari kesalahan ulama kemudian dia berhujjah dengan ketergelinciran tersebut dalam melariskan bid’ah dan kesesatannya !! Wahai saudaraku, sikap yang demikian pada hakekatnya adlah celaan dan perendahan kepada ulama, tidaklah orang yang mengerjakannya kecuali dia zindiq !!
Maka sikap yang benar dalam menyikapi ketergelinciran ulama adalah dengan dua asas berikut ini :
  1. Tidaklah bersandar dengan kesalahan ulama tersebut dan tidak mengambilnya, karena hal itu jelas menyelisihi syari’at
  2. Bersikpa adil terhadap ulama yang salah, tidak merendahkan hingga melecehkan dan membuang seluruh perkataannya, cukuplah kesalahannya kita tinggalkan dan kita ambil kebaikannya yang lain
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :
Barangsiapa yang mempunyai ilmu dia akan mengetahui dengan pasti bahwa orang yang mempunyai kemuliaan, mempunyai peran dan pengaruh dalam islam maka hukumnya seperti ahli islam yang lain. Kadangkala dia tergelincir dan bersalah, orang yang semacam ini diberi udzur, bahkan bisa diberi pahala karena ijtihadnya, tidak boleh kesalahannya diikuti, kedudukannya tidak boleh dilecehkan dihadapan manusia
( i’lamul Muwaqqin 3/295)
Menahan diri terhadap perselisihan antar ulama
Manusia dengan tabiatnya akan selalu berselisih, Allahu ta’ala berfirman
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ
Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat ( QS Huud :118 )
Demikian pula dengan ulama, perselisihan antar ulama kadang terjadi tidak mustahil. Perselisihan yang sifatnya kepribadian. Kita ingat perselisihan yang terjadi antara Imam Bukhari dan Muhammad bin Yahya adz Dzulhi, Ibnu taimiyyah dan Abu Hayyan, Imam Nasa’i dan gurunya dan lain lain,
Menyikapi perselisihan semacam ini adalah menhan diri, tidak ikut campur dan tidak mengobarkan api permusuhan ditengah tengah kaum muslimin. Jangan sampai kita lupa belajar hanya karena mebicarakan perselisihan mereka. Sebagian ahli ilmu mengatakan : “ Celaan terhadap teman sebaya tidak dianggap “
Semoga Allahu ta’ala merahmati Imam as Subki tatkala mengatakan :
Sudah sepantasnya bagimu wahai pencari petunjuk untuk beradab kepada para imam terdahulu, janganlah kamu menilai perkataan sebagian mereka terhadap sebagian yang lain kecuali telah datang keterangan yang jelas bagimu. Apabila kamu bisa memahaminya atau berprasangka baik, lakukanlah, jika tidak, maka tahanlah dirimu terhadap perselisihan yang terjadi diantara mereka, karena tidaklah kamu diciptakan untuk mengurusi masalah seperti ini. Sibukkan dirimu dengan sesuatu yang bermanfaat dan tinggalkanlahn apa yang tidak bermanfaat bagimu” (thobaqot asy Syafi’iyyah 2/39 )
Ditulis ulang dari Majalah Al Furqon Tahun 6 edisi 9 Robi’uts Tsani 1428 H hal 49 – 50 Penulis : Al Ustadz Abu Abdillah al atsari
Ditulis dalam Adab, Manhaj, Nasehat, Tazkiyatun Nafs | 1 Komentar
Satu Tanggapan
  1. di/pada April 7, 2009 pada 9:46 am | Balas Ibnu Isma'il bin Ibrahim
Bismillah…
Khilafiyyah di kalangan para ulama merupakan hal yang dimaklumi. Namun demikian, jangan sampai hal tersebut membuat kita terpedaya oleh syaithan sehingga menjerumuskan kita kedalam perangkapnya yang nyata.
Telah jelas bagi kita firman Allah ‘Azza wa Jalla:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. an-Nisaa’: 59)
Ayat diatas merupakan sejelas-jelasnya hujjah bagi seluruh kaum muslimin untuk tetap berpegang teguh kepada al-Qur’an dan as-Sunnah ash-shahihah. Dan barang siapa menyimpang darinya, maka sungguh dia adalah orang-orang yang merugi.
angan sampai kita tergolong kepada orang-orang yang dibutakan mata hatinya, sehingga enggan melihat kepada kebenaran. Dan cenderung bersikap ta’ashshub. Wal ‘iyyadzubillah…
1. Golongan Ulama

a. Ulama yang mendalami ilmu syariah dan logika, lalu sibuk dengannya. Mereka mengira bahwa ilmu tersebut mengoreksi dan menjaga anggota badannya dari maksiat, padahal ia telah menipunya. Mereka menduga bahwa mereka akan mendapatkan tempat disisi Allah dan telah mencapai ilmu yang sebenarnya, Allah tidak akan menyiksanya, bahkan Allah akan menerima syafaatnya pada setiap makhluk. Mereka tertipu, seandainya mereka tahu bahwa ilmu itu ada dua macam :
  • Ilmu mu`amalah yaitu ilmu tentang halal haram sera mengetahui akhlaq hati yang tercela dan terpuji
  • Ilmu mukasyafah yaitu ilmu tentang Allah dan sifat-sifatnya
Perumpamaan mereka adalah seperti dokter yang dapat mengobati orang lain, sementara dirinya sendiri apabila sakit ia tidak dapat mengobati. Apakah obat itu dapat bermanfaat hanya dengan di ungkapkan? Tentu saja tidak bermanfaat kecuali jika diminum setelah melalui tindakan prefentif. Mereka lupa terhadap firman Allah :

"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya." (QS. Asy-Syams:9-10).

Allah tidak mengatakan beruntung orang yang menulis dan mengetahui cara penyajian ilmunya serta mengajarkannya pada manusia. Tidaklah mereka tahu sabda Nabi Saw :

"Barangsiapa bertambah ilmunya, tetapi tidak bertambah hidayahnya, maka hal itu hanya akan menambah jauh dari Allah."

Juga sabdanya :

"Manusia yang paling berat siksanya pada hari kiamat adalah orang alim yang ilmunya tidak bermanfaat."

Mereka adalah orang-orang yang tertipu. Mereka dikuasai oleh cinta dunia, cinta diri dan mencari kesenangan sesaat serta mengira bahwa ilmunya dapat menyelamatkannya diakhirat kelak tanpa amal.



1. Golongan Ulama.

b. Mereka yang kuat ilmu dan amal lahiriahnya. Mereka meninggalkan maksiat lahir tetapi lalai terhadap maksiat hatinya, sehingga amaliah lahirnya tidak pernah menghapus sifat-sifat tercelanya, seperti riya`, sombong, hasud terhadap orang lain, ambisi terhadap kedudukan, berbuat jahat kepada orang lain dan mencari popularitas.

Mereka lupa terhadap sabda Nabi Saw :

"Riya` adalah syirik kecil dan hasud itu dapat membakar kebaikan seperti api memakan habis kayu bakar."

Cinta kekayaan dan kehormatan akan menumbuhkan kemunafikan dalam hati, seperti air menumbuhkan sayuran.

Mereka lupakan firman Allah :

"Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (QS. Asy-Syu`ara:89).

Orang yang lalai terhadap hatinya, tidak sah ketaatannya. Ia seperti seorang pasien yang terkena penyakit kudis. Dokter memerintahkannya memakai salep dan minum obat, tetapi ia hanya sibuk dengan memberi salep tanpa minum obat. Mungkin hal-hal lahir akan sembuh, tetapi hal-hal batin tetap menggejala, karena ia tidak minum obat yang merupakan obat batin baginya. Suatu saat penyakit itu akan kambuh kembali, bahkan semakin parah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jumat, 10 Desember 2010

KATA-KATA HIKMAH DARI ORANG-ORANG SOLEH


*      ABU BAKAR AS-SIDDIQ Radhiyallahu ‘anhu:
1.     Sesungguhnya seorang hamba itu bila merasa ujub karena suatu perhiasan dunia, niscaya Allah akan murka kepadanya hingga dia melepaskan perhiasan itu.
2.    Semoga aku menjadi pohon yang ditebang kemudian digunakan.
3.    Dia berkata kepada para sahabat,"Sesungguhnya aku telah mengatur urusan kamu, tetapi aku bukanlah orang yang paling baik di kalangan kamu maka berilah pertolongan kepadaku. Kalau aku bertindak lurus maka ikutilah aku tetapi kalau aku menyeleweng maka betulkan aku!"
*      UMAR BIN KHATTAB Radhiyallahu ‘anhu:
1.     Jika tidak karena takut dihisab, sesungguhnya aku akan perintahkan membawa seekor kambing, kemudian dipanggang untuk kami di depan pembakar roti.
2.    Barangsiapa takut kepada Allah Subhanahu wa ta’la niscaya tidak akan dapat dilihat kemarahannya. Dan barangsiapa takut pada Allah, tidak sia-sia apa yang dia kehendaki.
3.    Wahai Tuhan, janganlah Engkau jadikan kebinasaan umat Muhammad Salallahu ‘alaihi wasallam di atas tanganku. Wahai Tuhanku, umurku telah lanjut dan kekuatanku telah lemah. Maka genggamkan (matikan) aku untukMu bukan untuk manusia.


*      ALI BIN ABI THALIB Radhiyallahu ‘anhu :
1.     Cukuplah bila aku merasa mulia karena Engkau sebagai Tuhan bagiku dan cukuplah bila aku bangga bahwa aku menjadi hamba bagiMu. Engkau bagiku sebagaimana yang aku cintai, maka berilah aku taufik sebagaimana yang Engkau cintai.
2.    Hendaklah kamu lebih memperhatikan tentang bagaimana amalan itu diterima daripada banyak beramal, karena sesungguhnya terlalu sedikit amalan yang disertai takwa. Bagaimanakah amalan itu hendak diterima?
Janganlah seseorang hamba itu mengharap selain kepada Tuhannya dan janganlah dia takut selain kepada dosanya.
3.    Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada ilmunya dan tidak ada kebaikan ilmu yang tidak difahami dan tidak ada kebaikan bacaan kalau tidak ada perhatian untuknya.
*      UMAR BIN ABDUL AZIZ :
1.     Orang yang bertakwa itu dikekang.
2.    Sesungguhnya syubhat itu pada yang halal.
3.    Kemaafan yang utama itu adalah ketika berkuasa.
*      SUFFIAN AS THAURI :
1.     Tidak ada ketaatan bagi kedua ibu-bapak pada perkara syubhat.
2.    Sesungguhnya seorang lelaki itu berharta bila dia zuhud di dunia, dan sesungguhnya seorang itu adalah fakir bila dia gemar pada dunia.
3.    Menuntut ilmu lebih utama daripada shalat sunat.
*      IMAM AS-SYAFI’I :
1.     Barangsiapa menghendaki akhirat wajib baginya ikhlas pada ilmu.
2.    Tidak ada sesuatu yang lebih indah pada ulama kecuali dengan kefakiran dan mencukupi dengan apa yang ada serta redha dengan keduanya.
3.    Hendaklah kamu berilmu pengetahuan sebelum kamu menjadi ketua, sebab sesudah kamu menjadi ketua, tidak ada jalan lagi bagimu untuk mencari pengetahuan.
Orang yang berakal itu adalah orang yang akalnya dapat mengawal segala sifat-sifat mazmumah (sifat keji). Barangsiapa yang menyukai bila Allah menutupinya dengan kebaikan maka hendaklah dia bersangka baik terhadap manusia.
*      IMAM MALIK :
1.     Ilmu itu bukanlah dengan membanyakkan riwayat tetapi ilmu itu adalah cahaya yang Allah letakkan dalam hati.
2.    Apabila seseorang itu memuji dirinya maka hilanglah cahayanya.
3.    Wajib bagi orang yang menuntut ilmu untuk memiliki kebesaran, ketenangan dan ketakutan.
*      IMAM ABU HANIFAH :
1.     Tidak sekalipun aku shalat kecuali aku doakan untuk guruku Hammad dan juga mereka yang pernah mengajarku serta mereka yang pernah aku ajar. (murid-muridnya).
2.    Aku telah 50 tahun bergaul dengan manusia. Tidak kudapati seorangpun yang mengampunkan kesalahanku. Tidak ada yang menghubungi aku ketika aku memutuskan hubungan dengannya. Tidak ada yang menutup keaibanku dan aku tidak akan merasa aman darinya bila dia murka kepadaku. Maka yang lebih mereka bimbangkan adalah perkara yang besar-besar.
3.    Telah sampai berita kepadaku, bahwa tidak ada yang lebih mulia daripada seorang alim yang warak.
*      IMAM AHMAD :
Jangan kamu mengambil ilmu dari orang yang mengambil benda dunia di atas ilmunya.
*      SUFFIAN BIN UYAINAH :
1.     Dua perkara yang susah sekali untuk mengobatinya yaitu meninggalkan loba (tamak) untuk manusia dan mengikhlaskan amal untuk Allah.
2.    Siapa yang ditambah akalnya maka kuranglah rezekinya.
3.    Zuhud di dunia itu adalah sabar dan menunggu-nunggu kedatangan mati.
4.    Ilmu itu jika tidak memberi manfaat padamu maka akan memberi mudarat padamu.
5.    Orang yang menuntut ilmu tidak akan dianggap sebagai orang yang berakal hingga dia melihat dirinya lebih hina dari sekalian manusia.
*      Surat dari ibu Aisyah Radhiyallahu ‘anha untuk Khalifah Muawiyah berbunyi sebagai berikut :
"Aku dengar Rasulullah Salallahu ‘laihi Wasallam bersabda, "Siapa yang mengusahakan keridhaan Allah sampai manusia kesal kepadanya, ia akan dibantu Allah dalam menghadapi manusia. Dan siapa yang tidak menghiraukan Allah agar disenangi manusia nasibnya akan diserahkan Allah pada manusia." Oleh karena itu tetaplah hati tuan dalam takut pada Allah karena bila tuan takut pada Allah, Dia akan membantumu terhadap manusia. Tetapi kalau tuan takut pada manusia mereka tidak akan dapat menolongmu terhadap Allah sedikit pun."
*      Khalifah Umar Ibnu Aziz menasehati gubernur-gubernur di daerah pemerintahannya dengan perkataan sebagai berikut :
"Kekuasaan yang ada di tangan saudara-saudara telah memungkinkan kalian untuk menzalimi rakyat. Bila terasa di hati kalian untuk menzalimi seseorang, ingatlah segera betapa besarnya kekuasaan Allah atas diri saudara-saudara."
"Ketahuilah bahwa satu kejahatan yang anda timpakan pada rakyat lambat laun akan hilang bekasnya dari mereka tetapi bekasnya akan tetap untuk saudara-saudara dalam daftar dosa. Ketahuilah pula bahwa Allah SWT membela orang teraniaya terhadap yang menzaliminya."
*      Luqmanul Hakim menasehati anaknya :
"Wahai anakku, dampingilah selalu para ulama dan jangan engkau banyak berdebat dengan mereka agar jangan dibenci oleh mereka." "Ambillah dari dunia sekedar keperluan dan biayakan (belanjakan) kelebihan hasil usahamu untuk Akhirat. Dunia jangan ditolak semua agar engkau tidak menjadi parasit(orang yang menumpang hidup pada orang lain tanpa membalas apa-apa) yang menyusahkan manusia (orang) lain."
"Berpuasalah selalu untuk menundukkan nafsumu, tetapi jangan sampai meletihkan badan sehingga merusak shalatmu karena shalat lebih utama dari puasa."
"Janganlah engkau duduk berteman dengan orang yang bodoh, sombong dan jangan didekati orang yang bermuka dua."
*      Pernah Allah Subhanahu Wa Ta’la bertanya kepada Nabi Yaaqub ‘alaihisalam :
"Tahukah kamu kenapa Kupisahkan engkau dengan puteramu Yusuf?" "Tidak, ya Tuhanku," jawab Nabi Yaaqub ‘alaihisalam. "Yaitu karena kata-katamu yang mengatakan, "Aku takut karena dia akan dimakan serigala waktu kamu (saudara-saudara Yusuf) lalai bermain-main", Kenapa engkau bimbang pada serigala tetapi tidak menyatakan harapan pada-Ku? Engkau hanya memandang kelalaian saudara-saudaranya saja tapi engkau tidak memandang perlindungan-Ku terhadapnya (Yusuf)." Kemudian Allah bertanya lagi pada Nabi Yaaqub ‘laihisalam, "Tahukah kamu kenapa Yusuf Aku kembalikan padamu?". "Tidak, ya Tuhanku," jawab Nabi Yaaqub ‘alaihisalam. "Juga karena kata-katamu, "Semoga Allah akan mengembalikan semua padaku". Dan karena kata-katamu, "Pergilah untuk mencari Yusuf dan adiknya dan janganlah kamu berputus asa."
*      Kata Abu Hurairah, Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Yang paling awal diseru di hari kiamat adalah orang yang hafal Al-Quran dan seorang yang syahid dalam peperangan serta seorang yang kaya."
Maka firman Allah kepada yang hafal Al-Quran, "Apakah Aku tidak mengajarmu? Mengajar Al Quran yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku?". Jawab orang itu, "Tentu saja ya Tuhanku." Dan firman Allah, "Digunakan untuk apa ilmu yang kau miliki itu?" Jawabnya, "Aku amalkan dan aku kaji siang dan malam." Firman Tuhan, "Kamu dusta!" Demikian pula para malaikat berkata, "Kamu dusta." Firman Tuhan, "Sebenarnya Kamu hanya ingin menjadi seorang qari maka cukuplah pujian orang-orang itu sebagai ganjaranmu. Itulah bagianmu." Sekarang giliran orang yang mati di dalam peperangan dihadapkan kepada Tuhan yang Maha Esa dan Tuhan berfirman, "Apakah yang engkau telah lakukan di dunia?" Jawabnya, "Saya diperintahkan ikut perang sabil, kemudian perintah itu saya jalankan sampai saya mati dalam peperangan itu."
Firman Allah: "Kamu dusta!" Demikian pula para malaikat berkata, "Kamu dusta." Firman Allah, "Sebetulnya kamu ingin dipuji sebagai seorang yang berani (pahlawan). Cukuplah pujian itu sebagai bagianmu." Kemudian tibalah giliran orang kaya dihadapkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’la. Firman Allah, "Apakah engkau tidak diberi kekayaan oleh-Ku? Sehingga engkau tidak memberikan kepada sesiapapun?" Jawab orang kaya, "Tentu saja ya Tuhan, hamba telah diberi kekayaan olehMu."
Firman Tuhan,"Dipergunakan untuk apa kekayaan yang Aku berikan padamu itu?"
Jawabnya, "Saya pergunakan untuk bersilaturrahim dan bersedekah."Firman Tuhan, "Kamu berdusta!" Demikian pula para malaikat berkata, "Kamu berdusta." Firman Tuhan, "Sebetulnya kamu ingin dipuji sebagai seorang yang pemurah. Pujian orang-orang itulah sebagai bagian untukmu." "Kemudian Rasulullah menepuk lututku," kata Abu Hurairah dan Rasulullah bersabda, "Ya Abu Hurairah untuk merekalah Api Neraka pertama kali akan dinyalakan."
*      Dari Mu’az Bin Jabbal, Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
"Puji syukur ke hadrat Allah Subhanahu Wa Ta’la yang menghendaki agar makhluk-Nya menurut kehendak-Nya, wahai Mu’az!" Jawabku, "Ya, Sayidil Mursalin."
Sabda Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam, "Sekarang aku akan menceritakan sesuatu kepadamu yang apabila engkau hafalkan (diambil perhatian) olehmu akan berguna tetapi kalau engkau lupakan (tidak dipedulikan) olehmu maka kamu tidak akan mempunyai alasan di hadapan Allah kelak."
"Hai Mu’az, Allah itu menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dari bumi. Setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu langit dan tiap-tiap pintu langit dijaga oleh malaikat penjaga pintu menurut ukuran pintu dan keagungannya."
"Maka malaikat yang memelihara amalan si hamba (malaikat hafazah) akan naik ke langit membawa amal itu ke langit pertama. Penjaga langit pertama akan berkata kepada malaikat Hafazah,"Saya penjaga tukang mengumpat. Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya karena saya diperintahkan untuk tidak menerima amalan tukang mengumpat".
"Esoknya, naik lagi malaikat Hafazah membawa amalan si hamba. Di langit kedua penjaga pintunya berkata,"Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya sebab dia beramal karena mengharapkan keduniaan. Allah memerintahkan supaya amalan itu ditahan jangan sampai lepas ke langit yang lain."
"Kemudian naik lagi malaikat Hafazah ke langit ketiga membawa amalan yang sungguh indah. Penjaga langit ketiga berkata, "Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya karena dia seorang yang sombong."
Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam meneruskan sabdanya, "Berikutnya malaikat Hafazah membawa lagi amalan si hamba ke langit keempat. Lalu penjaga langit itu berkata,"Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya. Dia seorang yang ujub. Allah memerintahkan aku menahan amalan si ujub."
Seterusnya amalan si hamba yang lulus ke langit kelima dalam keadaan bercahaya-cahaya dengan jihad, haji, umrah dan lain-lain. Tetapi di pintu langit penjaganya berkata,"Itu adalah amalan tukang hasad. Dia sangat benci pada nikmat yang Allah berikan pada hamba-Nya. Dia tidak redha dengan kehendak Allah. Sebab itu Allah perintahkan amalannya dilemparkan kembali ke mukanya. Allah tidak terima amalan pendengki dan hasad."
Di langit keenam, penjaga pintu akan berkata,"Saya penjaga rahmat. Saya diperintahkan untuk melemparkan kembali amalan yang indah itu ke muka pemiliknya karena dia tidak pernah mengasihi orang lain. Kalau orang dapat musibah dia merasa senang. Sebab itu amalan itu jangan melintasi langit ini."
Malaikat Hafazah naik lagi membawa amalan si hamba yang dapat lepas hingga ke langit ketujuh. Cahayanya bagaikan kilat, suaranya bergemuruh. Di antara amalan itu ialah shalat, puasa, sedekah, jihad, warak dan lain-lain.
Tetapi penjaga pintu langit berkata,"Saya ini penjaga sum’ah (ingin kemasyhuran). Sesungguhnya si hamba ini ingin termasyhur dalam kelompoknya dan selalu ingin tinggi di saat berkumpul dengan kawan-kawan yang sebaya dan ingin mendapat pengaruh dari para pemimpin. Allah memerintahkan padaku agar amalan itu jangan melintasiku. Tiap-tiap amalan yang tidak bersih karena Allah maka itulah riya'. Allah tidak akan menerima dan mengabulkan orang-orang yang riya'."
Kemudian malaikat Hafazah itu naik lagi dengan membawa amal hamba yakni shalat, puasa, zakat, haji, umrah, akhlak yang baik dan mulia serta zikir pada Allah. Amalan itu diiringi malaikat ke langit ketujuh hingga melintasi hijab-hijab dan sampailah ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’la. Semua malaikat berdiri di hadapan Allah dan semua menyaksikan amalan itu sebagai amalan soleh yang betul-betul ikhlas untuk Allah.
Tetapi firman Tuhan,"Hafazah sekalian, pencatat amal hamba-Ku, Aku adalah pemilik hatinya dan Aku lebih mengetahui apa yang dimaksudkan oleh hamba-Ku ini dengan amalannya. Dia tidak ikhlas pada-Ku dengan amalannya. Dia menipu orang lain, menipu kamu (malaikat Hafazah) tetapi tidak bisa menipu Aku. Aku adalah Maha Mengetahui."
"Aku melihat segala isi hati dan tidak akan terlindung bagi-Ku apa saja yang terlindung. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah terjadi adalah sama dengan pengetahuan-Ku atas apa yang bakal terjadi."
"Pengetahuan-Ku atas orang yang terdahulu adalah sama dengan Pengetahuan-Ku atas orang-orang yang datang kemudian. Kalau begitu bagaimana hamba-Ku ini menipu Aku dengan amalannya ini?"
"Laknat-Ku tetap padanya."
Dan ketujuh-tujuh malaikat beserta 3000 malaikat yang mengiringinya pun berkata:
"Ya Tuhan, dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami sekalian bagi mereka."
Dan semua yang di langit turut berkata,"Tetaplah laknat Allah kepadanya dan laknat orang yang melaknat."
Sayidina Muaz (yang meriwayatkan hadist ini) kemudian menangis terisak-isak dan berkata, "Ya Rasulullah, bagaimana aku dapat selamat dari apa yang diceritakan ini?"
Sabda Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam, "Hai Mu’az, ikutilah Nabimu dalam soal keyakinan."
Muaz bertanya kembali,"Ya, tuan ini Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam sedangkan saya ini hanyalah si Muaz bin Jabal, bagaimana saya dapat selamat dan bisa lepas dari bahaya tersebut?" Bersabda Rasulullah, "Ya begitulah, kalau dalam amalanmu ada kelalaian maka tahanlah lidahmu jangan sampai memburukkan orang lain. Ingatlah dirimu sendiri pun penuh dengan aib maka janganlah mengangkat diri dan menekan orang lain."
"Jangan riya' dengan amal supaya amal itu diketahui orang. Jangan termasuk orang yang mementingkan dunia dengan melupakan akhirat. Kamu jangan berbisik berdua ketika disebelahmu ada orang lain yang tidak diajak berbisik. Jangan takabur pada orang lain nanti luput amalanmu dunia dan akhirat dan jangan berkata kasar dalam suatu majlis dengan maksud supaya orang takut padamu, jangan mengungkit-ungkit apabila membuat kebaikan, jangan mengoyak perasaan orang lain dengan mulutmu, karena kelak engkau akan dikoyak-koyak oleh anjing-anjing neraka jahanam."
Sebagaimana firman Allah yang bermaksud,"Di neraka itu ada anjing-anjing yang mengoyak badan manusia."
Muaz berkata, "Ya Rasulullah, siapa yang tahan menanggung penderitaan semacam itu?"
Jawab Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam, "Muaz, yang kami ceritakan itu akan mudah bagi mereka yang dimudahkan oleh Allah Salallahu ‘Alaihi Wasallam. Cukuplah untuk menghindari semua itu, kamu menyayangi orang lain sebagaimana kamu mengasihi dirimu sendiri dan benci bila sesuatu yang dibenci olehmu terjadi pada orang lain. Kalau begitu kamu akan selamat dan dirimu pasti akan terhindar dari api neraka."
*      Nabi Salallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
Allah Subhanahu Wa Ta’la berfirman,"Sekurang-kurangnya tindakan-Ku terhadap seorang hamba yang lebih mengutamakan nafsunya dari berbuat taat kepada-Ku tidak Kuberi padanya kebahagiaan bermunajat kepada-Ku."


*      Ali Radhiyallahu ‘anhu berkata :
"Dasar kekafiran itu dikelilingi oleh empat tiang yaitu kasar hati, buta fikiran, lalai dan prasangka. Orang berhati kasar akan menghina kebenaran, menunjukan kejahatan dan mengutuk orang-orang pandai." "Buta hati, lupa zikrullah dan lalai akan menjauhkan diri dari ketetapan Allah, dan orang yang syak wasangka akan tertipu oleh angan-angan. Sampai akhirnya ia ditimpa kecewa dan sesal yang tidak berujung karena diperlihatkan oleh Allah hal-hal yang selama ini tidak difikirkannya."
*      Nabi Salallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
"Sekurang-kurangnya (hati) mu mesti berisi keyakinan dan keteguhan dalam bersabar. Siapa yang mendapatkan kedua hal itu, tidak mengapa baginya bila kadang-kadang lalai dalam mengerjakan shalat sunat di malam hari dan puasa sunat di siang hari."
"Orang-orang sabar dalam keadaan itu lebih disukai. Aku khawatir sepeninggalku dunia akan terbuka luas di depanmu, lalu masing-masing bersifat nafsi-nafsi, engkau-engkau, aku-aku dan kamu tidak kenal lagi penduduk langit. Di waktu itu siapa yang sabar dan ikhlas akan memenangkan pahala yang selengkapnya."
Firman Allah : Terjemahannya : Apa yang ada pada kamu akan habis dan apa yang di sisi Allah akan kekal dan akan Kami beri tambahan pahala pada orang-orang yang sabar dalam apa yang mereka lakukan. (An Nahl: 96)
*      Dalam atsar dari Ibnu Abbas menceritakan ketika Nabi masuk ke suatu perkumpulan kaum Ansar baginda bertanya :
"Apakah saudara-saudara telah betul-betul Mukmin?" Umar lalu menjawab, "Benar ya Rasulullah." Baginda bertanya lagi, "Apakah ciri-ciri iman, saudara-saudara?"
Hadirin menjawab, "Kami bersyukur atas kesenangan, bersabar atas cobaan dan redha menerima ketentuan Tuhan." Lalu Nabi bersabda, "Memang anda semua Mukmin sejati, demi Tuhan Kaabah."
*      Termaktub dalam sepucuk surat Khalifah Umar kepada Abu Musa Al Ashaari,
"Hadapilah sifat sabar dan ketahuilah bahwa sifat sabar itu dua macam, di mana yang satu lebih afdol dari yang lain. Sabar dalam musibah adalah sifat baik namun lebih afdal lagi sabar dalam menghindar larangan Allah Subhanahu Wa Ta’la.
Ketahuilah bahwa sabar itu berhubungan dengan iman karena kebajikan yang paling utama adalah takwa dan takwa hanya dapat dicapai dengan sabar."
*      Nabi Sulaiman alaihisalam pernah dihukum Allah selama 40 hari
Semasa baginda dihukum, banyak orang berbuat kasar dengannya. Sebab itu saat Nabi Sulaiman alaihisalam bebas dan menjadi raja kembali, ada seorang umatnya datang meminta maaf pada Nabi Sulaiman alaihisalam Nabi Allah itu menjawab,"Aku tidak mengumpat tentang apa yang telah kamu lakukan dan tidak lupa pula memuji sikapmu sekarang. Sesungguhnya semua yang telah terjadi itu adalah perintah dari langit yang mesti terjadi."
*      13. Seorang ulama salaf berkata
"Setiap seorang hamba berbuat dosa, bumi tempat ia berdiri meminta keizinan Tuhan untuk membenamkannya dan langit yang di atas kepalanya memohon izin untuk gugur menimpanya."Tetapi Tuhan berfirman pada langit dan bumi itu,
"Tahanlah bahaya untuk hamba-Ku itu dan beri dia waktu. Mungkin dia bertaubat pada-Ku lalu Aku ampunkan dan mungkin saja dia menggantikan kerja buruknya dengan amalan yang baik lalu Aku gantikan dosanya dengan pahala."
Itulah yang dimaksudkan dengan firman Allah :Terjemahannya : Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi dari terjatuh dan kalau keduanya terjatuh tiada seorang pun yang akan bisa menahan selain Dia. (Faathir : 41)
*      Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
"Ya Tuhanku, karuniakanlah aku dua mata yang berlinang meneteskan air mata sebelum datang saat di mana mata menetiskan darah dan gigi menjadi bara."
Ummul Mukminin Sayidatina Aisyah bertanya kepada Nabi salallahu ‘alaihi wasallam :
Wahai Rasulullah, "Apakah ada umatmu yang nanti dapat masuk syurga tanpa hisab?"
Jawab baginda,"Ada, yaitu orang yang mengenang dosanya lalu dia menangis."
*      Yahaya bin Mu’az Radhiyallahu ‘anhu berkata,
"Malang sekali nasib keturunan Nabi Adam laihislam Kalau mereka mencemaskan Neraka seperti mencemaskan kemiskinan tentulah dia akan masuk Syurga."
Diriwayatkan :
Seorang Nabi mengeluh kepada Allah bahwa dia telah menderita lapar dan kekurangan pakaian selama bertahun-tahun dan pakaiannya hanyalah jubah bulu yang kasar. Lalu Allah mewahyukan kepadanya,"Wahai hamba-Ku, tidakkah engkau senang hati karena hatimu telah Aku lindungi dari sikap kafir terhadap-Ku hingga engkau minta pula diberi keduniaan?"
Sebahagian ulama’ salaf bermunajat seperti ini :
"Ya Allah, generasi mana yang tidak membuat kedurhakaan padaMu namun Engkau tetap memberi rezeki kepada mereka. Sesungguhnya Maha Suci Engkau dan Maha Penyantun. Demi kemuliaanMu, Engkau didurhakai manusia namun Engkau tetap melimpahkan pemberian dan rezeki, bagaikan Engkau tidak pandai marah pada mereka, wahai Tuhan kami
Ka`ab Al-Ahbar berkata :
"Benteng kaum mukiminin dari godaan setan ada tiga, yaitu mesjid, dzikir kepada Allah dan membaca Al-qur`an."
  • Mesjid menjadi benteng karena disitu terdapat para malaikat dan orang-orang yang beribadah.
  • Dzikrullah (menyebut Asma Allah) juga menjadi benteng pertahanan, terutama dengan membaca Hauqalah:
"La haula wala quwwata illa billahil `aliyil adzim"
"Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung"
  • Membaca Al-Qur`an juga benteng, terutama membaca ayat Kursy (surah Al-Baqarah ayat 255), sebagaimana yang telah nyata mujarabnya.
Ka`ab Al-Ahbar masuk islam di masa pemerintahan sahabat Umar. Dia adalah seorang ulama tempat mengadu orang Yahudi (yang beragama islam).










Malik bin Dinar r.a berkata :

“Agar anda termasuk kaum mukminin, cegahlah tiga sikap dengan tiga cara: Cegahlah sikap sombong dengan tawaduk, cegahlah sikap rakus dengan qanaah dan cegahlah sikap dengki dengan dengan nasihat.”

Manusia harus menolak tiga perkara yang dicela dengan tiga perkara yang dipuji, agar disifati oleh hakikat iman yang sebenarnya seperti orang-orang mukmin.

      Sombong ialah memandang dirinya sendiri dengan pandangan mulia dan memandang orang lain dengan pandangan rendah. Kebalikan sombong adalah tawaduk. Sombong terjadi akibat kedudukan, sedangkan ujub terjadi akibat keutamaan.
      Rakus adalah merasa tidak puas dengan apa adanya. Sedangkan qanaah adalah ridha atas segala yang ada.
      Dengki (hasud) adalah mengharapkan hilangnya kenikmatan orang yang didengkinya, agar berpindah pada dirinya. Nasihat yaitu, mendorong berbuat kebaikan dan melarang berbuat kerusakan.

Didalam hadits di sebutkan:

“Iman dan dengki tidak akan dapat bersatu didalam rongga seorang hamba.”

Maksudnya iman dalam hadits tersebut adalah iman kepada taqdir Allah.

Mu`awiyah berkata : Aku mampu untuk menjadikan semua orang ridha kepadaku, kecuali orang yang dengki terhadap nikmatku, sesungguhnya orang yang dengki masih belum merasa puas, kecuali jika nikmat itu hilang dariku.

Sebagaimana seorang penyair menyatakan dari bahar Thawil :

Setiao orang dapat kubuat puas
Tetapi orang dengki kepadaku
Sulitlah membuat ia puas
dan berat mencapai kepuasan itu
Bagaimana seorang dapat membuat puas
Orang yang dengki terhadap nikmatnya
Jika si dengki itu sendiri memang tak pernah puas
Sebelum nikmat itu hilang dari pemiliknya 

Diriwayatkan dari Rasulullah saw. sesungguhnya beliau pernah bersabda kepada Jundub bin Junadah, yang bergelar Abu Dzar A-Ghifaari:

“Wahai, Abu Dzar, pugarlah kapalmu karena lautnya dalam, bawalah bekal sempurna karena perjalananmu jauh, peringanlah beban karena rintangan-rintangannya berat sekali, ikhlaskanlah amal karena sesungguhnya Yang Maha Meneliti, Maha Melihat.”

      Memugar disini dalam arti memperbaiki niat, agar semua perbuatan atau penghindaran melakukan perbuatan dapat berfungsi ibadah serta mendapat pahala guna keselamatan dari azab Allah.

Al-Imam Umar bin Khattab Al-Faruq mengirim surat kepada Abu Musa Al-Asy`ari. Semoga Allah meridhai mereka berdua. “Barang siapa niatnya tulus, maka Allah mencukupi keperluannya yang berada antara dia dan orang lain.”

Salim bin Abdullah bin Umar Al-Khattab mengirim surat kepada Umar bin Abdul Aziz r.a. : “Ketahuilah wahai Umar, sesungguhnya pertolongan dari Allah kepada seorang hamba sesuai dengan kadar niatnya, barangsiapa yang niatnya tulus, maka pertolongan dari Allah sempurna baginya dan barangsiapa yang niatnya kurang, maka pertolongan dari Allah pun kurang baginya, sesuai dengan kadar niatnya itu.”

      Perjalanan jauh disini dimaksudkan dengan perjalanan menuju akherat
      Beban muatan adalah beban pertanggungjawaban urusan duniawi
      Ikhlaskanlah amal karena sesungguhnya Allah swt. Yang Maha Meneliti, meneliti secara cermat perbuatan baik buruk

Abu Sulaiman Ad-Darani berkata : “Kebahagiaan tetap bagi orang yang tidak melangkah satu langkah pun selain kepada Allah swt.”

Perkataan ini sesuai dengan sabda Nabi saw. :

“Ikhlaskanlah perbuatanmu, maka yang sedikit darinya akan mencukupi.”

Seorang penyair mengatakan :

“Wajib bertobat bagi manusia
Namun meninggalkan dosa-dosa lebih wajib
Sabar menghadapi musibah adalah berat
Tapi hilang pahala lebih berat
Perubahan dalam setiap zaman selalu aneh
Namun manusia lupa bahwa dirinya aneh
Setiap yang akan datang dekat
Namun maut lebih dekat dari itu.”

Diriwayatkan dari Anas, bahwa suatu hari Nabi saw. Keluar sambil memegang tangan Abi Dzar seraya bersabda:

“Wahai Abu Dzar, apakah kamu telah mengetahui bahwa sesungguhnya dihadapan kita terbentang suatu jalan dibukit yang sangat rumit, yang tidak akan dapat didaki selain oleh orang-orang yang meringankan bebannya” Seorang bertanya: “Wahai Rasulullah, Apakah aku ini tergolong orang-orang yang meringankan atau memberatkan bebannya?” Beliau bersabda: “Adakah engkau punya makanan hari ini?” Dia menjawab: “Ya punya.” Rasulullah saw. Bersabda : “Apakah engkau punya makanan untuk esok?” Dia menjawab: “Ya punya.” Rasulullah saw. Bersabda: “Apakah kamu punya makanan untuk besok lusa?” Dia menjawab: “Tidak punya.” Rasulullah mengatakan: “Andaikan engkau telah punya jatah makanan untuk tiga hari, maka engkau tergolong orang-orang yang memberatkan bebannya.”

HADITS-HADITS QUDSI
1.     Hadits qudsi pertama
Allah swt. berfirman :

"Wahai anak Adam! Aku heran kepada orang yang meyakini akan adanya kematian, namun ia bergembira. Aku heran kepada orang yang meyakini hisab, namun ia semakin tamak mengumpulkan harta. Aku heran kepada orang yang meyakini adanya akhIrat, namun ia bersantai. Aku heran kepada orang meyakini adanya kesirnaan dunia,  namun ia menggantungkan ketenangan kepadanya. Aku heran kepada orang yang pandai bersilat lidah, namun jiwanya kosong. Aku heran kepada orang yang bersuci dengan air, namun ia tidak pernah mensucikan hatinya. Aku heran kepada orang yang sibuk mengurusi aib orang lain, namun ia lupa pada aibnya sendiri. Aku heran kepada orang yang mengetahui bahwa Allah melihatnya, namun ia mendurhakai-Nya. Aku heran kepada orang yang percaya bahwa ia akan mati dan sendiri dalam kuburnya, namun ia tidak senang bergaul atau berbuat baik dengan sesamanya. Tiada Tuhan selain Aku dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Ku.
2.    Hadits qudsi kedua
Allah swt. berfirman :

"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Aku, tiada sekutu bagi-Ku, Muhammad adalah hamba dan Rasul-Ku. Barangsiapa tidak rela terhadap keputusan-Ku, tidak sabar terhadap bala`-Ku, tidak mensyukuri nikmat-Ku, tidak puas terhadap pemberian-Ku, maka hendaklah mencari Tuhan selain Aku.

Barangsiapa sedih atau meratapi hidupnya, seolal-olah ia marah kepada-Ku. Barangsiapa mengeluh atas satu musibah, berarti ia telah mengeluhkan-Ku. Barangsiapa bertamu pada si kaya, lalu merendahkan diri karena kekayaannya, maka hilanglah dua pertiga agamanya. Barangsiapa memukul wajahnya karena musibah kematian, berarti ia telah mengambil anak panah untuk membunuh-Ku. Barangsiapa mematahkan kayu diatas kubur, berarti ia telah menghancurkan ka`bah-Ku dengan tangannya. Barangsiapa makan tanpa memperhatikan darimana ia mendapatkannya, maka Allah akan memasukkannya ke neraka jahannam, tanpa sedikitpun Allah memperhatikannya. Barangsiapa tidak ada peningkatan dalam agamanya, berarti ia dalam kerugian dan bagi orang yang merugi, kematian adalah lebih baik baginya. Barangsiapa mengamalkan apa yang di ketahuinya, maka Allah akan memberikan apa yang tidak di ketahuinya. Barangsiapa yang panjang angan-angannya, maka ia tidak akan ikhlas dalam beramal."
3.    Hadits qudsi ketiga
Allah swt. berfirman :

"Wahai anak Adam! Jadilah orang yang qana`ah, maka kamu akan menjadi orang kaya. Tinggalkan hasad, niscaya kamu akan bahagia. Jauhilah perkara haram, berarti kamu telah membersihkan agamamu. Barangsiapa tidak menggunjing, hal itu akan melahirkan cinta-Ku kepadanya. Barangsiapa meninggalkan manusia, ia akan selamat darinya. Barangsiapa sedikit bicara, maka sempurnalah akalnya. Barangsiapa yang ridha dengan harta yang sedikit, berarti ia telah percaya dan yakin kepada Allah. Wahai anak Adam! Mengapa tidak kamu amalkan apa yang kamu ketahui. Mengapa kamu mencari pengetahuan yang tidak kamu ketahui."

"Wahai anak Adam! kamu telah berbuat kebajikan di dunia seolah-olah tidak akan mati dan mengumpulkan harta seolah-olah akan hidup selamanya. Wahai dunia, janganlah engkau memberi kepada orang yang ambisi kepadamu, tetapi carilah orang yang zuhud. Bermanis-manislah terhadap orang yang memandangmu."





Menyikapi Ketergelinciran dan Perselisihan antar Ulama
April 6, 2009 oleh adi abdullah
Sudah menjadi ketetapan yang mapan bahwasanya tidak ada seorangpun yang selamat dari kesalahan. Salah merupakan hal yang wajar terjadi pada manusia. Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطاَّئِيْنَ التَّوَّابُوْن
Setiap anak Adam itu banyak bersalah. Dan sebaik-baik orang yang banyak bersalah adalah orang-orang yang mau bertaubat.”
(HR. At-Tirmidzi no. 2616. Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihul Jami’ no. 4514 mengatakan: “(Hadits ini) hasan.”)
Para ulama mereka juga manusia biasa, bisa salah dan benar. Apabila melihat kesalahan ulama maka nasehatilah dengan baik dan cara yang santun. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
الدين النصيحة قلنا لمن ؟ قال : لله ولرسوله وللأئمة المسلمين و عامتهم
Agama itu adalah Nasehat , Kami bertanya : Untuk Siapa ?, Beliau bersabda : Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin umat Islam, dan bagi seluruh kaum muslim” ( HR. Muslim 55 )
Namun dewasa ini ada segelintir kalangan yang mencari cari kesalahan ulama kemudian dia berhujjah dengan ketergelinciran tersebut dalam melariskan bid’ah dan kesesatannya !! Wahai saudaraku, sikap yang demikian pada hakekatnya adlah celaan dan perendahan kepada ulama, tidaklah orang yang mengerjakannya kecuali dia zindiq !!
Maka sikap yang benar dalam menyikapi ketergelinciran ulama adalah dengan dua asas berikut ini :
  1. Tidaklah bersandar dengan kesalahan ulama tersebut dan tidak mengambilnya, karena hal itu jelas menyelisihi syari’at
  2. Bersikpa adil terhadap ulama yang salah, tidak merendahkan hingga melecehkan dan membuang seluruh perkataannya, cukuplah kesalahannya kita tinggalkan dan kita ambil kebaikannya yang lain
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :
Barangsiapa yang mempunyai ilmu dia akan mengetahui dengan pasti bahwa orang yang mempunyai kemuliaan, mempunyai peran dan pengaruh dalam islam maka hukumnya seperti ahli islam yang lain. Kadangkala dia tergelincir dan bersalah, orang yang semacam ini diberi udzur, bahkan bisa diberi pahala karena ijtihadnya, tidak boleh kesalahannya diikuti, kedudukannya tidak boleh dilecehkan dihadapan manusia
( i’lamul Muwaqqin 3/295)
Menahan diri terhadap perselisihan antar ulama
Manusia dengan tabiatnya akan selalu berselisih, Allahu ta’ala berfirman
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ
Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat ( QS Huud :118 )
Demikian pula dengan ulama, perselisihan antar ulama kadang terjadi tidak mustahil. Perselisihan yang sifatnya kepribadian. Kita ingat perselisihan yang terjadi antara Imam Bukhari dan Muhammad bin Yahya adz Dzulhi, Ibnu taimiyyah dan Abu Hayyan, Imam Nasa’i dan gurunya dan lain lain,
Menyikapi perselisihan semacam ini adalah menhan diri, tidak ikut campur dan tidak mengobarkan api permusuhan ditengah tengah kaum muslimin. Jangan sampai kita lupa belajar hanya karena mebicarakan perselisihan mereka. Sebagian ahli ilmu mengatakan : “ Celaan terhadap teman sebaya tidak dianggap “
Semoga Allahu ta’ala merahmati Imam as Subki tatkala mengatakan :
Sudah sepantasnya bagimu wahai pencari petunjuk untuk beradab kepada para imam terdahulu, janganlah kamu menilai perkataan sebagian mereka terhadap sebagian yang lain kecuali telah datang keterangan yang jelas bagimu. Apabila kamu bisa memahaminya atau berprasangka baik, lakukanlah, jika tidak, maka tahanlah dirimu terhadap perselisihan yang terjadi diantara mereka, karena tidaklah kamu diciptakan untuk mengurusi masalah seperti ini. Sibukkan dirimu dengan sesuatu yang bermanfaat dan tinggalkanlahn apa yang tidak bermanfaat bagimu” (thobaqot asy Syafi’iyyah 2/39 )
Ditulis ulang dari Majalah Al Furqon Tahun 6 edisi 9 Robi’uts Tsani 1428 H hal 49 – 50 Penulis : Al Ustadz Abu Abdillah al atsari
Ditulis dalam Adab, Manhaj, Nasehat, Tazkiyatun Nafs | 1 Komentar
Satu Tanggapan
  1. di/pada April 7, 2009 pada 9:46 am | Balas Ibnu Isma'il bin Ibrahim
Bismillah…
Khilafiyyah di kalangan para ulama merupakan hal yang dimaklumi. Namun demikian, jangan sampai hal tersebut membuat kita terpedaya oleh syaithan sehingga menjerumuskan kita kedalam perangkapnya yang nyata.
Telah jelas bagi kita firman Allah ‘Azza wa Jalla:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. an-Nisaa’: 59)
Ayat diatas merupakan sejelas-jelasnya hujjah bagi seluruh kaum muslimin untuk tetap berpegang teguh kepada al-Qur’an dan as-Sunnah ash-shahihah. Dan barang siapa menyimpang darinya, maka sungguh dia adalah orang-orang yang merugi.
angan sampai kita tergolong kepada orang-orang yang dibutakan mata hatinya, sehingga enggan melihat kepada kebenaran. Dan cenderung bersikap ta’ashshub. Wal ‘iyyadzubillah…
1. Golongan Ulama

a. Ulama yang mendalami ilmu syariah dan logika, lalu sibuk dengannya. Mereka mengira bahwa ilmu tersebut mengoreksi dan menjaga anggota badannya dari maksiat, padahal ia telah menipunya. Mereka menduga bahwa mereka akan mendapatkan tempat disisi Allah dan telah mencapai ilmu yang sebenarnya, Allah tidak akan menyiksanya, bahkan Allah akan menerima syafaatnya pada setiap makhluk. Mereka tertipu, seandainya mereka tahu bahwa ilmu itu ada dua macam :
  • Ilmu mu`amalah yaitu ilmu tentang halal haram sera mengetahui akhlaq hati yang tercela dan terpuji
  • Ilmu mukasyafah yaitu ilmu tentang Allah dan sifat-sifatnya
Perumpamaan mereka adalah seperti dokter yang dapat mengobati orang lain, sementara dirinya sendiri apabila sakit ia tidak dapat mengobati. Apakah obat itu dapat bermanfaat hanya dengan di ungkapkan? Tentu saja tidak bermanfaat kecuali jika diminum setelah melalui tindakan prefentif. Mereka lupa terhadap firman Allah :

"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya." (QS. Asy-Syams:9-10).

Allah tidak mengatakan beruntung orang yang menulis dan mengetahui cara penyajian ilmunya serta mengajarkannya pada manusia. Tidaklah mereka tahu sabda Nabi Saw :

"Barangsiapa bertambah ilmunya, tetapi tidak bertambah hidayahnya, maka hal itu hanya akan menambah jauh dari Allah."

Juga sabdanya :

"Manusia yang paling berat siksanya pada hari kiamat adalah orang alim yang ilmunya tidak bermanfaat."

Mereka adalah orang-orang yang tertipu. Mereka dikuasai oleh cinta dunia, cinta diri dan mencari kesenangan sesaat serta mengira bahwa ilmunya dapat menyelamatkannya diakhirat kelak tanpa amal.



1. Golongan Ulama.

b. Mereka yang kuat ilmu dan amal lahiriahnya. Mereka meninggalkan maksiat lahir tetapi lalai terhadap maksiat hatinya, sehingga amaliah lahirnya tidak pernah menghapus sifat-sifat tercelanya, seperti riya`, sombong, hasud terhadap orang lain, ambisi terhadap kedudukan, berbuat jahat kepada orang lain dan mencari popularitas.

Mereka lupa terhadap sabda Nabi Saw :

"Riya` adalah syirik kecil dan hasud itu dapat membakar kebaikan seperti api memakan habis kayu bakar."

Cinta kekayaan dan kehormatan akan menumbuhkan kemunafikan dalam hati, seperti air menumbuhkan sayuran.

Mereka lupakan firman Allah :

"Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (QS. Asy-Syu`ara:89).

Orang yang lalai terhadap hatinya, tidak sah ketaatannya. Ia seperti seorang pasien yang terkena penyakit kudis. Dokter memerintahkannya memakai salep dan minum obat, tetapi ia hanya sibuk dengan memberi salep tanpa minum obat. Mungkin hal-hal lahir akan sembuh, tetapi hal-hal batin tetap menggejala, karena ia tidak minum obat yang merupakan obat batin baginya. Suatu saat penyakit itu akan kambuh kembali, bahkan semakin parah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar