ABU
BAKAR AS-SIDDIQ Radhiyallahu ‘anhu:
1. Sesungguhnya seorang hamba itu bila
merasa ujub karena suatu perhiasan dunia, niscaya Allah akan murka kepadanya
hingga dia melepaskan perhiasan itu.
2. Semoga aku menjadi pohon yang ditebang
kemudian digunakan.
3. Dia berkata kepada para
sahabat,"Sesungguhnya aku telah mengatur urusan kamu, tetapi aku bukanlah
orang yang paling baik di kalangan kamu maka berilah pertolongan kepadaku.
Kalau aku bertindak lurus maka ikutilah aku tetapi kalau aku menyeleweng maka
betulkan aku!"
UMAR
BIN KHATTAB Radhiyallahu ‘anhu:
1. Jika tidak karena takut dihisab,
sesungguhnya aku akan perintahkan membawa seekor kambing, kemudian dipanggang
untuk kami di depan pembakar roti.
2. Barangsiapa takut kepada Allah
Subhanahu wa ta’la niscaya tidak akan dapat dilihat kemarahannya. Dan barangsiapa
takut pada Allah, tidak sia-sia apa yang dia kehendaki.
3. Wahai Tuhan, janganlah Engkau jadikan
kebinasaan umat Muhammad Salallahu ‘alaihi wasallam di atas tanganku. Wahai
Tuhanku, umurku telah lanjut dan kekuatanku telah lemah. Maka genggamkan (matikan)
aku untukMu bukan untuk manusia.
ALI
BIN ABI THALIB Radhiyallahu ‘anhu :
1. Cukuplah bila aku merasa mulia karena
Engkau sebagai Tuhan bagiku dan cukuplah bila aku bangga bahwa aku menjadi
hamba bagiMu. Engkau bagiku sebagaimana yang aku cintai, maka berilah aku
taufik sebagaimana yang Engkau cintai.
2. Hendaklah kamu lebih memperhatikan
tentang bagaimana amalan itu diterima daripada banyak beramal, karena
sesungguhnya terlalu sedikit amalan yang disertai takwa. Bagaimanakah amalan
itu hendak diterima?
Janganlah seseorang hamba itu mengharap selain kepada Tuhannya dan janganlah dia takut selain kepada dosanya.
Janganlah seseorang hamba itu mengharap selain kepada Tuhannya dan janganlah dia takut selain kepada dosanya.
3. Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak
ada ilmunya dan tidak ada kebaikan ilmu yang tidak difahami dan tidak ada
kebaikan bacaan kalau tidak ada perhatian untuknya.
UMAR
BIN ABDUL AZIZ :
1. Orang yang bertakwa itu dikekang.
2. Sesungguhnya syubhat itu pada yang
halal.
3. Kemaafan yang utama itu adalah ketika
berkuasa.
SUFFIAN
AS THAURI :
1. Tidak ada ketaatan bagi kedua ibu-bapak
pada perkara syubhat.
2. Sesungguhnya seorang lelaki itu
berharta bila dia zuhud di dunia, dan sesungguhnya seorang itu adalah fakir
bila dia gemar pada dunia.
3. Menuntut ilmu lebih utama daripada
shalat sunat.
IMAM
AS-SYAFI’I :
1. Barangsiapa menghendaki akhirat wajib
baginya ikhlas pada ilmu.
2. Tidak ada sesuatu yang lebih indah pada
ulama kecuali dengan kefakiran dan mencukupi dengan apa yang ada serta redha
dengan keduanya.
3. Hendaklah kamu berilmu pengetahuan
sebelum kamu menjadi ketua, sebab sesudah kamu menjadi ketua, tidak ada jalan
lagi bagimu untuk mencari pengetahuan.
Orang yang berakal itu adalah orang yang akalnya dapat mengawal segala sifat-sifat mazmumah (sifat keji). Barangsiapa yang menyukai bila Allah menutupinya dengan kebaikan maka hendaklah dia bersangka baik terhadap manusia.
Orang yang berakal itu adalah orang yang akalnya dapat mengawal segala sifat-sifat mazmumah (sifat keji). Barangsiapa yang menyukai bila Allah menutupinya dengan kebaikan maka hendaklah dia bersangka baik terhadap manusia.
IMAM
MALIK :
1. Ilmu itu bukanlah dengan membanyakkan
riwayat tetapi ilmu itu adalah cahaya yang Allah letakkan dalam hati.
2. Apabila seseorang itu memuji dirinya
maka hilanglah cahayanya.
3. Wajib bagi orang yang menuntut ilmu
untuk memiliki kebesaran, ketenangan dan ketakutan.
IMAM
ABU HANIFAH :
1. Tidak sekalipun aku shalat kecuali aku
doakan untuk guruku Hammad dan juga mereka yang pernah mengajarku serta mereka
yang pernah aku ajar. (murid-muridnya).
2. Aku telah 50 tahun bergaul dengan
manusia. Tidak kudapati seorangpun yang mengampunkan kesalahanku. Tidak ada
yang menghubungi aku ketika aku memutuskan hubungan dengannya. Tidak ada yang
menutup keaibanku dan aku tidak akan merasa aman darinya bila dia murka
kepadaku. Maka yang lebih mereka bimbangkan adalah perkara yang besar-besar.
3. Telah sampai berita kepadaku, bahwa
tidak ada yang lebih mulia daripada seorang alim yang warak.
IMAM
AHMAD :
Jangan kamu mengambil ilmu dari orang yang mengambil benda
dunia di atas ilmunya.
SUFFIAN
BIN UYAINAH :
1. Dua perkara yang susah sekali untuk
mengobatinya yaitu meninggalkan loba (tamak) untuk manusia dan mengikhlaskan
amal untuk Allah.
2. Siapa yang ditambah akalnya maka
kuranglah rezekinya.
3. Zuhud di dunia itu adalah sabar dan
menunggu-nunggu kedatangan mati.
4. Ilmu itu jika tidak memberi manfaat
padamu maka akan memberi mudarat padamu.
5. Orang yang menuntut ilmu tidak akan
dianggap sebagai orang yang berakal hingga dia melihat dirinya lebih hina dari
sekalian manusia.
Surat
dari ibu Aisyah Radhiyallahu ‘anha untuk Khalifah Muawiyah berbunyi sebagai
berikut :
"Aku
dengar Rasulullah Salallahu ‘laihi Wasallam bersabda, "Siapa yang
mengusahakan keridhaan Allah sampai manusia kesal kepadanya, ia akan dibantu
Allah dalam menghadapi manusia. Dan siapa yang tidak menghiraukan Allah agar
disenangi manusia nasibnya akan diserahkan Allah pada manusia." Oleh karena
itu tetaplah hati tuan dalam takut pada Allah karena bila tuan takut pada
Allah, Dia akan membantumu terhadap manusia. Tetapi kalau tuan takut pada
manusia mereka tidak akan dapat menolongmu terhadap Allah sedikit pun."
Khalifah
Umar Ibnu Aziz menasehati gubernur-gubernur di daerah pemerintahannya dengan
perkataan sebagai berikut :
"Kekuasaan
yang ada di tangan saudara-saudara telah memungkinkan kalian untuk menzalimi
rakyat. Bila terasa di hati kalian untuk menzalimi seseorang, ingatlah segera
betapa besarnya kekuasaan Allah atas diri saudara-saudara."
"Ketahuilah bahwa satu kejahatan yang anda timpakan pada rakyat lambat laun akan hilang bekasnya dari mereka tetapi bekasnya akan tetap untuk saudara-saudara dalam daftar dosa. Ketahuilah pula bahwa Allah SWT membela orang teraniaya terhadap yang menzaliminya."
"Ketahuilah bahwa satu kejahatan yang anda timpakan pada rakyat lambat laun akan hilang bekasnya dari mereka tetapi bekasnya akan tetap untuk saudara-saudara dalam daftar dosa. Ketahuilah pula bahwa Allah SWT membela orang teraniaya terhadap yang menzaliminya."
Luqmanul
Hakim menasehati anaknya :
"Wahai
anakku, dampingilah selalu para ulama dan jangan engkau banyak berdebat dengan
mereka agar jangan dibenci oleh mereka." "Ambillah dari dunia sekedar
keperluan dan biayakan (belanjakan) kelebihan hasil usahamu untuk Akhirat.
Dunia jangan ditolak semua agar engkau tidak menjadi parasit(orang yang
menumpang hidup pada orang lain tanpa membalas apa-apa) yang menyusahkan
manusia (orang) lain."
"Berpuasalah
selalu untuk menundukkan nafsumu, tetapi jangan sampai meletihkan badan
sehingga merusak shalatmu karena shalat lebih utama dari puasa."
"Janganlah engkau duduk berteman dengan orang yang bodoh, sombong dan jangan didekati orang yang bermuka dua."
"Janganlah engkau duduk berteman dengan orang yang bodoh, sombong dan jangan didekati orang yang bermuka dua."
Pernah
Allah Subhanahu Wa Ta’la bertanya kepada Nabi Yaaqub ‘alaihisalam :
"Tahukah
kamu kenapa Kupisahkan engkau dengan puteramu Yusuf?" "Tidak, ya Tuhanku,"
jawab Nabi Yaaqub ‘alaihisalam. "Yaitu karena kata-katamu yang mengatakan,
"Aku takut karena dia akan dimakan serigala waktu kamu (saudara-saudara
Yusuf) lalai bermain-main", Kenapa engkau bimbang pada serigala tetapi
tidak menyatakan harapan pada-Ku? Engkau hanya memandang kelalaian
saudara-saudaranya saja tapi engkau tidak memandang perlindungan-Ku terhadapnya
(Yusuf)." Kemudian Allah bertanya lagi pada Nabi Yaaqub ‘laihisalam, "Tahukah
kamu kenapa Yusuf Aku kembalikan padamu?". "Tidak, ya Tuhanku,"
jawab Nabi Yaaqub ‘alaihisalam. "Juga karena kata-katamu, "Semoga
Allah akan mengembalikan semua padaku". Dan karena kata-katamu,
"Pergilah untuk mencari Yusuf dan adiknya dan janganlah kamu berputus
asa."
Kata
Abu Hurairah, Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Yang
paling awal diseru di hari kiamat adalah orang yang hafal Al-Quran dan seorang
yang syahid dalam peperangan serta seorang yang kaya."
Maka
firman Allah kepada yang hafal Al-Quran, "Apakah Aku tidak mengajarmu?
Mengajar Al Quran yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku?". Jawab orang itu,
"Tentu saja ya Tuhanku." Dan firman Allah, "Digunakan untuk apa
ilmu yang kau miliki itu?" Jawabnya, "Aku amalkan dan aku kaji siang
dan malam." Firman Tuhan, "Kamu dusta!" Demikian pula para
malaikat berkata, "Kamu dusta." Firman Tuhan, "Sebenarnya Kamu
hanya ingin menjadi seorang qari maka cukuplah pujian orang-orang itu sebagai
ganjaranmu. Itulah bagianmu." Sekarang giliran orang yang mati di dalam
peperangan dihadapkan kepada Tuhan yang Maha Esa dan Tuhan berfirman, "Apakah
yang engkau telah lakukan di dunia?" Jawabnya, "Saya diperintahkan
ikut perang sabil, kemudian perintah itu saya jalankan sampai saya mati dalam
peperangan itu."
Firman
Allah: "Kamu dusta!" Demikian pula para malaikat berkata, "Kamu
dusta." Firman Allah, "Sebetulnya kamu ingin dipuji sebagai seorang
yang berani (pahlawan). Cukuplah pujian itu sebagai bagianmu." Kemudian
tibalah giliran orang kaya dihadapkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’la.
Firman Allah, "Apakah engkau tidak diberi kekayaan oleh-Ku? Sehingga
engkau tidak memberikan kepada sesiapapun?" Jawab orang kaya, "Tentu
saja ya Tuhan, hamba telah diberi kekayaan olehMu."
Firman
Tuhan,"Dipergunakan untuk apa kekayaan yang Aku berikan padamu itu?"
Jawabnya, "Saya pergunakan untuk bersilaturrahim dan bersedekah."Firman Tuhan, "Kamu berdusta!" Demikian pula para malaikat berkata, "Kamu berdusta." Firman Tuhan, "Sebetulnya kamu ingin dipuji sebagai seorang yang pemurah. Pujian orang-orang itulah sebagai bagian untukmu." "Kemudian Rasulullah menepuk lututku," kata Abu Hurairah dan Rasulullah bersabda, "Ya Abu Hurairah untuk merekalah Api Neraka pertama kali akan dinyalakan."
Jawabnya, "Saya pergunakan untuk bersilaturrahim dan bersedekah."Firman Tuhan, "Kamu berdusta!" Demikian pula para malaikat berkata, "Kamu berdusta." Firman Tuhan, "Sebetulnya kamu ingin dipuji sebagai seorang yang pemurah. Pujian orang-orang itulah sebagai bagian untukmu." "Kemudian Rasulullah menepuk lututku," kata Abu Hurairah dan Rasulullah bersabda, "Ya Abu Hurairah untuk merekalah Api Neraka pertama kali akan dinyalakan."
Dari
Mu’az Bin Jabbal, Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
"Puji
syukur ke hadrat Allah Subhanahu Wa Ta’la yang menghendaki agar makhluk-Nya
menurut kehendak-Nya, wahai Mu’az!" Jawabku, "Ya, Sayidil
Mursalin."
Sabda
Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam, "Sekarang aku akan menceritakan
sesuatu kepadamu yang apabila engkau hafalkan (diambil perhatian) olehmu akan
berguna tetapi kalau engkau lupakan (tidak dipedulikan) olehmu maka kamu tidak
akan mempunyai alasan di hadapan Allah kelak."
"Hai
Mu’az, Allah itu menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dari
bumi. Setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu langit dan tiap-tiap
pintu langit dijaga oleh malaikat penjaga pintu menurut ukuran pintu dan
keagungannya."
"Maka
malaikat yang memelihara amalan si hamba (malaikat hafazah) akan naik ke langit
membawa amal itu ke langit pertama. Penjaga langit pertama akan berkata kepada
malaikat Hafazah,"Saya penjaga tukang mengumpat. Lemparkan kembali amalan
itu ke muka pemiliknya karena saya diperintahkan untuk tidak menerima amalan
tukang mengumpat".
"Esoknya,
naik lagi malaikat Hafazah membawa amalan si hamba. Di langit kedua penjaga
pintunya berkata,"Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya sebab
dia beramal karena mengharapkan keduniaan. Allah memerintahkan supaya amalan
itu ditahan jangan sampai lepas ke langit yang lain."
"Kemudian
naik lagi malaikat Hafazah ke langit ketiga membawa amalan yang sungguh indah.
Penjaga langit ketiga berkata, "Lemparkan kembali amalan itu ke muka
pemiliknya karena dia seorang yang sombong."
Rasulullah
Salallahu ‘Alaihi Wasallam meneruskan sabdanya, "Berikutnya malaikat
Hafazah membawa lagi amalan si hamba ke langit keempat. Lalu penjaga langit itu
berkata,"Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya. Dia seorang yang
ujub. Allah memerintahkan aku menahan amalan si ujub."
Seterusnya amalan si hamba yang lulus ke langit kelima dalam
keadaan bercahaya-cahaya dengan jihad, haji, umrah dan lain-lain. Tetapi di
pintu langit penjaganya berkata,"Itu adalah amalan tukang hasad. Dia
sangat benci pada nikmat yang Allah berikan pada hamba-Nya. Dia tidak redha dengan
kehendak Allah. Sebab itu Allah perintahkan amalannya dilemparkan kembali ke
mukanya. Allah tidak terima amalan pendengki dan hasad."
Di langit keenam, penjaga pintu akan berkata,"Saya
penjaga rahmat. Saya diperintahkan untuk melemparkan kembali amalan yang indah
itu ke muka pemiliknya karena dia tidak pernah mengasihi orang lain. Kalau
orang dapat musibah dia merasa senang. Sebab itu amalan itu jangan melintasi
langit ini."
Malaikat Hafazah naik lagi membawa amalan si hamba yang
dapat lepas hingga ke langit ketujuh. Cahayanya bagaikan kilat, suaranya
bergemuruh. Di antara amalan itu ialah shalat, puasa, sedekah, jihad, warak dan
lain-lain.
Tetapi penjaga pintu langit berkata,"Saya ini penjaga
sum’ah (ingin kemasyhuran). Sesungguhnya si hamba ini ingin termasyhur dalam
kelompoknya dan selalu ingin tinggi di saat berkumpul dengan kawan-kawan yang
sebaya dan ingin mendapat pengaruh dari para pemimpin. Allah memerintahkan
padaku agar amalan itu jangan melintasiku. Tiap-tiap amalan yang tidak bersih
karena Allah maka itulah riya'. Allah tidak akan menerima dan mengabulkan
orang-orang yang riya'."
Kemudian malaikat Hafazah itu naik lagi dengan membawa amal
hamba yakni shalat, puasa, zakat, haji, umrah, akhlak yang baik dan mulia serta
zikir pada Allah. Amalan itu diiringi malaikat ke langit ketujuh hingga
melintasi hijab-hijab dan sampailah ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’la. Semua
malaikat berdiri di hadapan Allah dan semua menyaksikan amalan itu sebagai
amalan soleh yang betul-betul ikhlas untuk Allah.
Tetapi
firman Tuhan,"Hafazah sekalian, pencatat amal hamba-Ku, Aku adalah pemilik
hatinya dan Aku lebih mengetahui apa yang dimaksudkan oleh hamba-Ku ini dengan
amalannya. Dia tidak ikhlas pada-Ku dengan amalannya. Dia menipu orang lain,
menipu kamu (malaikat Hafazah) tetapi tidak bisa menipu Aku. Aku adalah Maha
Mengetahui."
"Aku
melihat segala isi hati dan tidak akan terlindung bagi-Ku apa saja yang
terlindung. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah terjadi adalah sama dengan
pengetahuan-Ku atas apa yang bakal terjadi."
"Pengetahuan-Ku
atas orang yang terdahulu adalah sama dengan Pengetahuan-Ku atas orang-orang
yang datang kemudian. Kalau begitu bagaimana hamba-Ku ini menipu Aku dengan
amalannya ini?"
"Laknat-Ku
tetap padanya."
Dan
ketujuh-tujuh malaikat beserta 3000 malaikat yang mengiringinya pun berkata:
"Ya
Tuhan, dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami sekalian bagi
mereka."
Dan semua yang di langit turut berkata,"Tetaplah laknat Allah kepadanya dan laknat orang yang melaknat."
Dan semua yang di langit turut berkata,"Tetaplah laknat Allah kepadanya dan laknat orang yang melaknat."
Sayidina
Muaz (yang meriwayatkan hadist ini) kemudian menangis terisak-isak dan berkata,
"Ya Rasulullah, bagaimana aku dapat selamat dari apa yang diceritakan
ini?"
Sabda Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam, "Hai Mu’az, ikutilah Nabimu dalam soal keyakinan."
Sabda Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam, "Hai Mu’az, ikutilah Nabimu dalam soal keyakinan."
Muaz bertanya kembali,"Ya, tuan ini Rasulullah Salallahu
‘Alaihi Wasallam sedangkan saya ini hanyalah si Muaz bin Jabal, bagaimana saya
dapat selamat dan bisa lepas dari bahaya tersebut?" Bersabda Rasulullah,
"Ya begitulah, kalau dalam amalanmu ada kelalaian maka tahanlah lidahmu
jangan sampai memburukkan orang lain. Ingatlah dirimu sendiri pun penuh dengan
aib maka janganlah mengangkat diri dan menekan orang lain."
"Jangan
riya' dengan amal supaya amal itu diketahui orang. Jangan termasuk orang yang
mementingkan dunia dengan melupakan akhirat. Kamu jangan berbisik berdua ketika
disebelahmu ada orang lain yang tidak diajak berbisik. Jangan takabur pada
orang lain nanti luput amalanmu dunia dan akhirat dan jangan berkata kasar
dalam suatu majlis dengan maksud supaya orang takut padamu, jangan
mengungkit-ungkit apabila membuat kebaikan, jangan mengoyak perasaan orang lain
dengan mulutmu, karena kelak engkau akan dikoyak-koyak oleh anjing-anjing
neraka jahanam."
Sebagaimana
firman Allah yang bermaksud,"Di neraka itu ada anjing-anjing yang mengoyak
badan manusia."
Muaz
berkata, "Ya Rasulullah, siapa yang tahan menanggung penderitaan semacam
itu?"
Jawab Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam, "Muaz, yang kami ceritakan itu akan mudah bagi mereka yang dimudahkan oleh Allah Salallahu ‘Alaihi Wasallam. Cukuplah untuk menghindari semua itu, kamu menyayangi orang lain sebagaimana kamu mengasihi dirimu sendiri dan benci bila sesuatu yang dibenci olehmu terjadi pada orang lain. Kalau begitu kamu akan selamat dan dirimu pasti akan terhindar dari api neraka."
Jawab Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam, "Muaz, yang kami ceritakan itu akan mudah bagi mereka yang dimudahkan oleh Allah Salallahu ‘Alaihi Wasallam. Cukuplah untuk menghindari semua itu, kamu menyayangi orang lain sebagaimana kamu mengasihi dirimu sendiri dan benci bila sesuatu yang dibenci olehmu terjadi pada orang lain. Kalau begitu kamu akan selamat dan dirimu pasti akan terhindar dari api neraka."
Nabi
Salallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
Allah
Subhanahu Wa Ta’la berfirman,"Sekurang-kurangnya tindakan-Ku terhadap
seorang hamba yang lebih mengutamakan nafsunya dari berbuat taat kepada-Ku
tidak Kuberi padanya kebahagiaan bermunajat kepada-Ku."
Ali
Radhiyallahu ‘anhu berkata :
"Dasar
kekafiran itu dikelilingi oleh empat tiang yaitu kasar hati, buta fikiran,
lalai dan prasangka. Orang berhati kasar akan menghina kebenaran, menunjukan
kejahatan dan mengutuk orang-orang pandai." "Buta hati, lupa
zikrullah dan lalai akan menjauhkan diri dari ketetapan Allah, dan orang yang
syak wasangka akan tertipu oleh angan-angan. Sampai akhirnya ia ditimpa kecewa
dan sesal yang tidak berujung karena diperlihatkan oleh Allah hal-hal yang
selama ini tidak difikirkannya."
Nabi
Salallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
"Sekurang-kurangnya
(hati) mu mesti berisi keyakinan dan keteguhan dalam bersabar. Siapa yang
mendapatkan kedua hal itu, tidak mengapa baginya bila kadang-kadang lalai dalam
mengerjakan shalat sunat di malam hari dan puasa sunat di siang hari."
"Orang-orang
sabar dalam keadaan itu lebih disukai. Aku khawatir sepeninggalku dunia akan
terbuka luas di depanmu, lalu masing-masing bersifat nafsi-nafsi,
engkau-engkau, aku-aku dan kamu tidak kenal lagi penduduk langit. Di waktu itu
siapa yang sabar dan ikhlas akan memenangkan pahala yang selengkapnya."
Firman
Allah : Terjemahannya : Apa yang ada pada kamu akan habis dan apa yang di
sisi Allah akan kekal dan akan Kami beri tambahan pahala pada orang-orang yang
sabar dalam apa yang mereka lakukan. (An Nahl: 96)
Dalam
atsar dari Ibnu Abbas menceritakan ketika Nabi masuk ke suatu perkumpulan kaum
Ansar baginda bertanya :
"Apakah
saudara-saudara telah betul-betul Mukmin?" Umar lalu menjawab, "Benar
ya Rasulullah." Baginda bertanya lagi, "Apakah ciri-ciri iman,
saudara-saudara?"
Hadirin menjawab, "Kami bersyukur atas kesenangan, bersabar atas cobaan dan redha menerima ketentuan Tuhan." Lalu Nabi bersabda, "Memang anda semua Mukmin sejati, demi Tuhan Kaabah."
Hadirin menjawab, "Kami bersyukur atas kesenangan, bersabar atas cobaan dan redha menerima ketentuan Tuhan." Lalu Nabi bersabda, "Memang anda semua Mukmin sejati, demi Tuhan Kaabah."
Termaktub
dalam sepucuk surat Khalifah Umar kepada Abu Musa Al Ashaari,
"Hadapilah
sifat sabar dan ketahuilah bahwa sifat sabar itu dua macam, di mana yang satu
lebih afdol dari yang lain. Sabar dalam musibah adalah sifat baik namun lebih
afdal lagi sabar dalam menghindar larangan Allah Subhanahu Wa Ta’la.
Ketahuilah
bahwa sabar itu berhubungan dengan iman karena kebajikan yang paling utama
adalah takwa dan takwa hanya dapat dicapai dengan sabar."
Nabi
Sulaiman alaihisalam pernah dihukum Allah selama 40 hari
Semasa
baginda dihukum, banyak orang berbuat kasar dengannya. Sebab itu saat Nabi
Sulaiman alaihisalam bebas dan menjadi raja kembali, ada seorang umatnya datang
meminta maaf pada Nabi Sulaiman alaihisalam Nabi Allah itu menjawab,"Aku
tidak mengumpat tentang apa yang telah kamu lakukan dan tidak lupa pula memuji
sikapmu sekarang. Sesungguhnya semua yang telah terjadi itu adalah perintah
dari langit yang mesti terjadi."
13.
Seorang ulama salaf berkata
"Setiap
seorang hamba berbuat dosa, bumi tempat ia berdiri meminta keizinan Tuhan untuk
membenamkannya dan langit yang di atas kepalanya memohon izin untuk gugur
menimpanya."Tetapi Tuhan berfirman pada langit dan bumi itu,
"Tahanlah
bahaya untuk hamba-Ku itu dan beri dia waktu. Mungkin dia bertaubat pada-Ku
lalu Aku ampunkan dan mungkin saja dia menggantikan kerja buruknya dengan
amalan yang baik lalu Aku gantikan dosanya dengan pahala."
Itulah
yang dimaksudkan dengan firman Allah :Terjemahannya : Sesungguhnya Allah
menahan langit dan bumi dari terjatuh dan kalau keduanya terjatuh tiada seorang
pun yang akan bisa menahan selain Dia. (Faathir : 41)
Rasulullah
salallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
"Ya
Tuhanku, karuniakanlah aku dua mata yang berlinang meneteskan air mata sebelum
datang saat di mana mata menetiskan darah dan gigi menjadi bara."
Ummul
Mukminin Sayidatina Aisyah bertanya kepada Nabi salallahu ‘alaihi wasallam :
Wahai
Rasulullah, "Apakah ada umatmu yang nanti dapat masuk syurga tanpa
hisab?"
Jawab baginda,"Ada, yaitu orang yang mengenang dosanya lalu dia menangis."
Jawab baginda,"Ada, yaitu orang yang mengenang dosanya lalu dia menangis."
Yahaya
bin Mu’az Radhiyallahu ‘anhu berkata,
"Malang
sekali nasib keturunan Nabi Adam laihislam Kalau mereka mencemaskan Neraka
seperti mencemaskan kemiskinan tentulah dia akan masuk Syurga."
Diriwayatkan
:
Seorang
Nabi mengeluh kepada Allah bahwa dia telah menderita lapar dan kekurangan
pakaian selama bertahun-tahun dan pakaiannya hanyalah jubah bulu yang kasar.
Lalu Allah mewahyukan kepadanya,"Wahai hamba-Ku, tidakkah engkau senang
hati karena hatimu telah Aku lindungi dari sikap kafir terhadap-Ku hingga
engkau minta pula diberi keduniaan?"
Sebahagian
ulama’ salaf bermunajat seperti ini :
"Ya
Allah, generasi mana yang tidak membuat kedurhakaan padaMu namun Engkau tetap
memberi rezeki kepada mereka. Sesungguhnya Maha Suci Engkau dan Maha Penyantun.
Demi kemuliaanMu, Engkau didurhakai manusia namun Engkau tetap melimpahkan
pemberian dan rezeki, bagaikan Engkau tidak pandai marah pada mereka, wahai
Tuhan kami
Ka`ab Al-Ahbar
berkata :
"Benteng kaum
mukiminin dari godaan setan ada tiga, yaitu mesjid, dzikir kepada Allah dan
membaca Al-qur`an."
- Mesjid menjadi benteng karena disitu terdapat para malaikat dan orang-orang yang beribadah.
- Dzikrullah (menyebut Asma Allah) juga menjadi benteng pertahanan, terutama dengan membaca Hauqalah:
"La haula wala quwwata illa billahil
`aliyil adzim"
"Tiada
daya dan tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan
Maha Agung"
- Membaca Al-Qur`an juga benteng, terutama membaca ayat Kursy (surah Al-Baqarah ayat 255), sebagaimana yang telah nyata mujarabnya.
Ka`ab Al-Ahbar masuk
islam di masa pemerintahan sahabat Umar. Dia adalah seorang ulama tempat
mengadu orang Yahudi (yang beragama islam).
Malik bin Dinar r.a
berkata :
“Agar
anda termasuk kaum mukminin, cegahlah tiga sikap dengan tiga cara: Cegahlah sikap
sombong dengan tawaduk, cegahlah sikap rakus dengan qanaah dan cegahlah sikap
dengki dengan dengan nasihat.â€
Manusia harus menolak
tiga perkara yang dicela dengan tiga perkara yang dipuji, agar disifati oleh
hakikat iman yang sebenarnya seperti orang-orang mukmin.
Sombong ialah memandang dirinya sendiri dengan pandangan mulia dan memandang
orang lain dengan pandangan rendah. Kebalikan sombong adalah tawaduk. Sombong
terjadi akibat kedudukan, sedangkan ujub terjadi akibat keutamaan.
Rakus adalah merasa tidak puas dengan apa adanya. Sedangkan qanaah adalah ridha
atas segala yang ada.
Dengki (hasud) adalah mengharapkan hilangnya kenikmatan orang yang didengkinya,
agar berpindah pada dirinya. Nasihat yaitu, mendorong berbuat kebaikan dan
melarang berbuat kerusakan.
Didalam hadits di
sebutkan:
“Iman
dan dengki tidak akan dapat bersatu didalam rongga seorang hamba.â€
Maksudnya iman dalam
hadits tersebut adalah iman kepada taqdir Allah.
Mu`awiyah berkata :
Aku mampu untuk menjadikan semua orang ridha kepadaku, kecuali orang yang
dengki terhadap nikmatku, sesungguhnya orang yang dengki masih belum merasa
puas, kecuali jika nikmat itu hilang dariku.
Sebagaimana seorang
penyair menyatakan dari bahar Thawil :
Setiao
orang dapat kubuat puas
Tetapi
orang dengki kepadaku
Sulitlah
membuat ia puas
dan
berat mencapai kepuasan itu
Bagaimana
seorang dapat membuat puas
Orang
yang dengki terhadap nikmatnya
Jika
si dengki itu sendiri memang tak pernah puas
Sebelum
nikmat itu hilang dari pemiliknya
Diriwayatkan dari
Rasulullah saw. sesungguhnya beliau pernah bersabda kepada Jundub bin Junadah,
yang bergelar Abu Dzar A-Ghifaari:
“Wahai,
Abu Dzar, pugarlah kapalmu karena lautnya dalam, bawalah bekal sempurna karena
perjalananmu jauh, peringanlah beban karena rintangan-rintangannya berat
sekali, ikhlaskanlah amal karena sesungguhnya Yang Maha Meneliti, Maha
Melihat.â€
Memugar disini dalam arti memperbaiki niat, agar semua perbuatan atau
penghindaran melakukan perbuatan dapat berfungsi ibadah serta mendapat pahala
guna keselamatan dari azab Allah.
Al-Imam Umar bin
Khattab Al-Faruq mengirim surat kepada Abu Musa Al-Asy`ari. Semoga Allah
meridhai mereka berdua. “Barang siapa niatnya tulus, maka Allah mencukupi
keperluannya yang berada antara dia dan orang lain.â€
Salim bin Abdullah
bin Umar Al-Khattab mengirim surat kepada Umar bin Abdul Aziz r.a. : “Ketahuilah
wahai Umar, sesungguhnya pertolongan dari Allah kepada seorang hamba sesuai
dengan kadar niatnya, barangsiapa yang niatnya tulus, maka pertolongan dari
Allah sempurna baginya dan barangsiapa yang niatnya kurang, maka pertolongan
dari Allah pun kurang baginya, sesuai dengan kadar niatnya itu.â€
Perjalanan jauh disini dimaksudkan dengan perjalanan menuju akherat
Beban muatan adalah beban pertanggungjawaban urusan duniawi
Ikhlaskanlah amal karena sesungguhnya Allah swt. Yang Maha Meneliti, meneliti
secara cermat perbuatan baik buruk
Abu Sulaiman
Ad-Darani berkata : “Kebahagiaan tetap bagi orang yang tidak melangkah
satu langkah pun selain kepada Allah swt.â€
Perkataan ini sesuai
dengan sabda Nabi saw. :
“Ikhlaskanlah
perbuatanmu, maka yang sedikit darinya akan mencukupi.â€
Seorang penyair
mengatakan :
“Wajib
bertobat bagi manusia
Namun
meninggalkan dosa-dosa lebih wajib
Sabar
menghadapi musibah adalah berat
Tapi
hilang pahala lebih berat
Perubahan
dalam setiap zaman selalu aneh
Namun
manusia lupa bahwa dirinya aneh
Setiap
yang akan datang dekat
Namun
maut lebih dekat dari itu.â€
Diriwayatkan dari
Anas, bahwa suatu hari Nabi saw. Keluar sambil memegang tangan Abi Dzar seraya
bersabda:
“Wahai
Abu Dzar, apakah kamu telah mengetahui bahwa sesungguhnya dihadapan kita
terbentang suatu jalan dibukit yang sangat rumit, yang tidak akan dapat didaki
selain oleh orang-orang yang meringankan bebannyaâ€
Seorang bertanya: “Wahai Rasulullah, Apakah aku ini tergolong orang-orang
yang meringankan atau memberatkan bebannya?†Beliau
bersabda: “Adakah engkau
punya makanan hari ini?†Dia menjawab: “Ya punya.â€
Rasulullah saw. Bersabda : “Apakah engkau punya makanan untuk esok?†Dia
menjawab: “Ya punya.†Rasulullah saw. Bersabda: “Apakah kamu punya
makanan untuk besok lusa?†Dia menjawab: “Tidak punya.â€
Rasulullah mengatakan: “Andaikan engkau telah punya jatah makanan untuk tiga
hari, maka engkau tergolong orang-orang yang memberatkan bebannya.â€
HADITS-HADITS QUDSI
1. Hadits qudsi pertama
Allah swt. berfirman
:
"Wahai anak
Adam! Aku heran kepada orang yang meyakini akan adanya kematian, namun ia
bergembira. Aku heran kepada orang yang meyakini hisab, namun ia semakin tamak
mengumpulkan harta. Aku heran kepada orang yang meyakini adanya akhIrat, namun
ia bersantai. Aku heran kepada orang meyakini adanya kesirnaan dunia, namun
ia menggantungkan ketenangan kepadanya. Aku heran kepada orang yang pandai
bersilat lidah, namun jiwanya kosong. Aku heran kepada orang yang bersuci
dengan air, namun ia tidak pernah mensucikan hatinya. Aku heran kepada orang
yang sibuk mengurusi aib orang lain, namun ia lupa pada aibnya sendiri. Aku
heran kepada orang yang mengetahui bahwa Allah melihatnya, namun ia
mendurhakai-Nya. Aku heran kepada orang yang percaya bahwa ia akan mati dan
sendiri dalam kuburnya, namun ia tidak senang bergaul atau berbuat baik dengan
sesamanya. Tiada Tuhan selain Aku dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Ku.
2.
Hadits
qudsi kedua
Allah swt. berfirman
:
"Aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Aku, tiada sekutu bagi-Ku, Muhammad
adalah hamba dan Rasul-Ku. Barangsiapa tidak rela terhadap keputusan-Ku, tidak
sabar terhadap bala`-Ku, tidak mensyukuri nikmat-Ku, tidak puas terhadap
pemberian-Ku, maka hendaklah mencari Tuhan selain Aku.
Barangsiapa
sedih atau meratapi hidupnya, seolal-olah ia marah kepada-Ku. Barangsiapa mengeluh
atas satu musibah, berarti ia telah mengeluhkan-Ku. Barangsiapa bertamu pada si
kaya, lalu merendahkan diri karena kekayaannya, maka hilanglah dua pertiga
agamanya. Barangsiapa memukul wajahnya karena musibah kematian, berarti ia
telah mengambil anak panah untuk membunuh-Ku. Barangsiapa mematahkan kayu
diatas kubur, berarti ia telah menghancurkan ka`bah-Ku dengan tangannya.
Barangsiapa makan tanpa memperhatikan darimana ia mendapatkannya, maka Allah
akan memasukkannya ke neraka jahannam, tanpa sedikitpun Allah memperhatikannya.
Barangsiapa tidak ada peningkatan dalam agamanya, berarti ia dalam kerugian dan
bagi orang yang merugi, kematian adalah lebih baik baginya. Barangsiapa
mengamalkan apa yang di ketahuinya, maka Allah akan memberikan apa yang tidak di
ketahuinya. Barangsiapa yang panjang angan-angannya, maka ia tidak akan ikhlas
dalam beramal."
3.
Hadits
qudsi ketiga
Allah swt. berfirman :
"Wahai anak Adam! Jadilah orang
yang qana`ah, maka kamu akan menjadi orang kaya. Tinggalkan hasad, niscaya kamu
akan bahagia. Jauhilah perkara haram, berarti kamu telah membersihkan
agamamu. Barangsiapa tidak menggunjing, hal itu akan melahirkan cinta-Ku
kepadanya. Barangsiapa meninggalkan manusia, ia akan selamat darinya.
Barangsiapa sedikit bicara, maka sempurnalah akalnya. Barangsiapa yang ridha
dengan harta yang sedikit, berarti ia telah percaya dan yakin kepada Allah.
Wahai anak Adam! Mengapa tidak kamu amalkan apa yang kamu ketahui. Mengapa kamu
mencari pengetahuan yang tidak kamu ketahui."
"Wahai anak Adam! kamu telah
berbuat kebajikan di dunia seolah-olah tidak akan mati dan mengumpulkan harta
seolah-olah akan hidup selamanya. Wahai dunia, janganlah engkau memberi kepada
orang yang ambisi kepadamu, tetapi carilah orang yang zuhud. Bermanis-manislah
terhadap orang yang memandangmu."
Menyikapi Ketergelinciran dan
Perselisihan antar Ulama
Sudah menjadi ketetapan yang mapan
bahwasanya tidak ada seorangpun yang selamat dari kesalahan. Salah merupakan
hal yang wajar terjadi pada manusia. Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda
:
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطاَّئِيْنَ التَّوَّابُوْن
“Setiap anak Adam itu banyak bersalah. Dan sebaik-baik
orang yang banyak bersalah adalah orang-orang yang mau bertaubat.”
(HR. At-Tirmidzi no. 2616.
Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihul Jami’ no. 4514 mengatakan: “(Hadits
ini) hasan.”)
Para ulama mereka juga manusia
biasa, bisa salah dan benar. Apabila melihat kesalahan ulama maka nasehatilah
dengan baik dan cara yang santun. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda
:
الدين النصيحة قلنا لمن ؟ قال :
لله ولرسوله وللأئمة المسلمين و عامتهم
Agama itu adalah Nasehat , Kami
bertanya : Untuk Siapa ?, Beliau bersabda : Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya,
para pemimpin umat Islam, dan bagi seluruh kaum muslim” ( HR. Muslim 55 )
Namun dewasa ini ada segelintir
kalangan yang mencari cari kesalahan ulama kemudian dia berhujjah dengan
ketergelinciran tersebut dalam melariskan bid’ah dan kesesatannya !! Wahai
saudaraku, sikap yang demikian pada hakekatnya adlah celaan dan perendahan
kepada ulama, tidaklah orang yang mengerjakannya kecuali dia zindiq !!
Maka sikap yang benar dalam
menyikapi ketergelinciran ulama adalah dengan dua asas berikut ini :
- Tidaklah bersandar dengan kesalahan ulama tersebut dan tidak mengambilnya, karena hal itu jelas menyelisihi syari’at
- Bersikpa adil terhadap ulama yang salah, tidak merendahkan hingga melecehkan dan membuang seluruh perkataannya, cukuplah kesalahannya kita tinggalkan dan kita ambil kebaikannya yang lain
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah
berkata :
Barangsiapa yang mempunyai ilmu
dia akan mengetahui dengan pasti bahwa orang yang mempunyai kemuliaan,
mempunyai peran dan pengaruh dalam islam maka hukumnya seperti ahli islam yang
lain. Kadangkala dia tergelincir dan bersalah, orang yang semacam ini diberi
udzur, bahkan bisa diberi pahala karena ijtihadnya, tidak boleh kesalahannya
diikuti, kedudukannya tidak boleh dilecehkan dihadapan manusia
( i’lamul Muwaqqin 3/295)
Menahan diri terhadap perselisihan
antar ulama
Manusia dengan tabiatnya akan
selalu berselisih, Allahu ta’ala berfirman
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ
Jika Tuhanmu menghendaki, tentu
Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih
pendapat ( QS Huud :118 )
Demikian
pula dengan ulama, perselisihan antar ulama kadang terjadi tidak mustahil. Perselisihan
yang sifatnya kepribadian. Kita ingat perselisihan yang terjadi antara Imam
Bukhari dan Muhammad bin Yahya adz Dzulhi, Ibnu taimiyyah dan Abu Hayyan, Imam
Nasa’i dan gurunya dan lain lain,
Menyikapi
perselisihan semacam ini adalah menhan diri, tidak ikut campur dan tidak
mengobarkan api permusuhan ditengah tengah kaum muslimin. Jangan sampai kita
lupa belajar hanya karena mebicarakan perselisihan mereka. Sebagian ahli ilmu
mengatakan : “ Celaan terhadap teman sebaya tidak dianggap “
Semoga
Allahu ta’ala merahmati Imam as Subki tatkala mengatakan :
“ Sudah
sepantasnya bagimu wahai pencari petunjuk untuk beradab kepada para imam
terdahulu, janganlah kamu menilai perkataan sebagian mereka terhadap sebagian
yang lain kecuali telah datang keterangan yang jelas bagimu. Apabila kamu
bisa memahaminya atau berprasangka baik, lakukanlah, jika tidak, maka tahanlah
dirimu terhadap perselisihan yang terjadi diantara mereka, karena
tidaklah kamu diciptakan untuk mengurusi masalah seperti ini. Sibukkan dirimu
dengan sesuatu yang bermanfaat dan tinggalkanlahn apa yang tidak bermanfaat
bagimu” (thobaqot asy Syafi’iyyah 2/39 )
Ditulis
ulang dari Majalah Al Furqon Tahun 6 edisi 9 Robi’uts Tsani 1428 H hal 49 – 50
Penulis : Al Ustadz Abu Abdillah al atsari
Satu Tanggapan
Bismillah…
Khilafiyyah di kalangan para ulama merupakan hal yang
dimaklumi. Namun demikian, jangan sampai hal tersebut membuat kita terpedaya
oleh syaithan sehingga menjerumuskan kita kedalam perangkapnya yang nyata.
Telah jelas bagi kita firman Allah ‘Azza wa Jalla:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. an-Nisaa’: 59)
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. an-Nisaa’: 59)
Ayat diatas merupakan sejelas-jelasnya hujjah bagi seluruh
kaum muslimin untuk tetap berpegang teguh kepada al-Qur’an dan as-Sunnah
ash-shahihah. Dan barang siapa menyimpang darinya, maka sungguh dia adalah
orang-orang yang merugi.
angan sampai kita tergolong kepada orang-orang yang
dibutakan mata hatinya, sehingga enggan melihat kepada kebenaran. Dan cenderung
bersikap ta’ashshub. Wal ‘iyyadzubillah…
1. Golongan Ulama
a. Ulama yang
mendalami ilmu syariah dan logika, lalu sibuk dengannya. Mereka mengira bahwa
ilmu tersebut mengoreksi dan menjaga anggota badannya dari maksiat, padahal ia
telah menipunya. Mereka menduga bahwa mereka akan mendapatkan tempat disisi
Allah dan telah mencapai ilmu yang sebenarnya, Allah tidak akan menyiksanya,
bahkan Allah akan menerima syafaatnya pada setiap makhluk. Mereka tertipu,
seandainya mereka tahu bahwa ilmu itu ada dua macam :
- Ilmu mu`amalah yaitu ilmu tentang halal haram sera mengetahui akhlaq hati yang tercela dan terpuji
- Ilmu mukasyafah yaitu ilmu tentang Allah dan sifat-sifatnya
Perumpamaan mereka
adalah seperti dokter yang dapat mengobati orang lain, sementara dirinya
sendiri apabila sakit ia tidak dapat mengobati. Apakah obat itu dapat
bermanfaat hanya dengan di ungkapkan? Tentu saja tidak bermanfaat kecuali jika
diminum setelah melalui tindakan prefentif. Mereka lupa terhadap firman Allah :
"Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah
orang-orang yang mengotorinya." (QS. Asy-Syams:9-10).
Allah tidak
mengatakan beruntung orang yang menulis dan mengetahui cara penyajian ilmunya
serta mengajarkannya pada manusia. Tidaklah mereka tahu sabda Nabi Saw :
"Barangsiapa
bertambah ilmunya, tetapi tidak bertambah hidayahnya, maka hal itu hanya akan
menambah jauh dari Allah."
Juga sabdanya :
"Manusia
yang paling berat siksanya pada hari kiamat adalah orang alim yang ilmunya
tidak bermanfaat."
Mereka adalah
orang-orang yang tertipu. Mereka dikuasai oleh cinta dunia, cinta diri dan
mencari kesenangan sesaat serta mengira bahwa ilmunya dapat menyelamatkannya
diakhirat kelak tanpa amal.
1. Golongan Ulama.
b. Mereka yang kuat
ilmu dan amal lahiriahnya. Mereka meninggalkan maksiat lahir tetapi lalai
terhadap maksiat hatinya, sehingga amaliah lahirnya tidak pernah menghapus
sifat-sifat tercelanya, seperti riya`, sombong, hasud terhadap orang lain,
ambisi terhadap kedudukan, berbuat jahat kepada orang lain dan mencari
popularitas.
Mereka lupa terhadap
sabda Nabi Saw :
"Riya`
adalah syirik kecil dan hasud itu dapat membakar kebaikan seperti api memakan
habis kayu bakar."
Cinta kekayaan dan
kehormatan akan menumbuhkan kemunafikan dalam hati, seperti air menumbuhkan
sayuran.
Mereka lupakan firman
Allah :
"Kecuali
orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (QS. Asy-Syu`ara:89).
Orang yang lalai
terhadap hatinya, tidak sah ketaatannya. Ia seperti seorang pasien yang terkena
penyakit kudis. Dokter memerintahkannya memakai salep dan minum obat, tetapi ia
hanya sibuk dengan memberi salep tanpa minum obat. Mungkin hal-hal lahir akan
sembuh, tetapi hal-hal batin tetap menggejala, karena ia tidak minum obat yang
merupakan obat batin baginya. Suatu saat penyakit itu akan kambuh kembali,
bahkan semakin parah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar