Bunga merupakan organ generatif tanaman, hal itu disebabkan,
melalui bunga akan berlanjut regenerasi tanaman baru sehingga tanaman selalu
eksis dari waktu ke waktu. Menurut Ashari (2004) Bunga terbagi menjadi dua
golongan yaitu bunga lengkap (hermaphrodite dan complete flower) dan bunga
tidak lengkap (incomplete flower). Pengertian lengkap atau tidak lengkapnya
bunga ditinjau dari adanya bunga jantan dan bunga betina dalam sekuntum bunga,
atau juga dilihat berdasarkan berfungsi atau tidaknya masing-masing organ
tersebut.
Dalam menyiasati pemberdayaan bunga perlu diketahui
sifat-sifat morfologi bunga, yang diamati bentu dan ukuran serta letak bunga,
warna, bau dan jumlah benag sari serta ada tidaknya madu. Disamping itu, perlu
diperhatikan apakah bunga hermafrodit, uniseksual, berumah satu atau berumah
dua. Ciri morfologi tiap organ yang menyusun bunga pada umumnya telah
beradaptasi terhadap penyerbuknya. (Sutarno dkk,1997).
Pembungaan
Proses pembungaan mengandung sejumlah tahap penting, yang
semuanya harus berhasil dilangsungkan untuk memperoleh hasil akhir yaitu biji.
Proses pembungaan tanaman terutama pada tanaman tahunan adalah sangat kompleks.
Secara fisiologis proses pembungaan ini masih sulit dimengerti, hal ini
disebabkan kurangnya informasi yang tersedia. Dalam perkembangannya, proses
pembungaan ini meliputi beberapa tahap dan semua tahap harus dilalui dengan
baik agar dapat menghasilkan panen tinggi (Ashari,1998).
Menurut
Elisa (2004) tahapan dari pembungaan meliputi :
1. Induksi
bunga (evokasi)
Adalah tahap pertama
dari proses pembungaan, yaitu suatu tahap ketika meristem vegetatif diprogram
untuk mulai berubah menjadi meristem reproduktif.
§ Terjadi
di dalam sel.
§ Dapat
dideteksi secara kimiawi dari peningkatan sintesis asam nukleat dan protein,
yang dibutuhkan dalam pembelahan dan diferensiasi sel.
2. Inisiasi
bunga.
§ Adalah
tahap ketika perubahan morfologis menjadi bentuk kuncup reproduktif mulai dapat
terdeteksi secara makroskopis untuk pertama kalinya.
§ Transisi
dari tunas vegetatif menjadi kuncup reproduktif ini dapat dideteksi dari
perubahan bentuk maupun ukuran kuncup, serta proses-proses selanjutnya yang
mulai membentuk organ-organ reproduktif.
Menurut Ashari
(1998) tanaman keras ternyata mempunyai periode inisiasi dan pembungaan yang
sangat beragam. Pada umumnya periode antara inisiasi dan pembungaan berkaitan
dengan sifat tumbuhnya yang juga dipengaruhi oleh iklim. Kebanyakan tanaman
tropis dan subtropis mempunyai periode inisiasi bunga dan antesis yang sangat
singkat.
3. Perkembangan
kuncup bunga menuju anthesis (bunga mekar)
§ Ditandai
dengan terjadinya diferensiasi bagian-bagian bunga.
§ Pada
tahap ini terjadi proses megasporogenesis dan mikrosporogenesis untuk
penyempurnaan dan pematangan organ-organ reproduksi jantan dan betina.
4. Anthesis
§ Merupakan
tahap ketika terjadi pemekaran bunga.
§ Biasanya
anthesis terjadi bersamaan dengan masaknya organ reproduksi jantan dan betina,
walaupun dalam kenyataannya tidak selalu demikian.
Ada kalanya organ
reproduksi, baik jantan maupun betina, masak sebelum terjadi anthesis, atau
bahkan jauh setelah terjadinya anthesis.
5. Bunga-bunga
bertipe dichogamy mencapai kemasakan organ reproduktif jantan dan betinanya
dalam waktu yang tidak bersamaan.
6. Penyerbukan
dan pembuahan
Tahap ini memberikan
hasil terbentuknya buah muda. Detil dari proses penyerbukan dan pembuahan akan
dijelaskan pada bab tersendiri.
7. Perkembangan
buah muda menuju kemasakan buah dan biji
Tahap ini diawali
dengan pembesaran bakal buah (ovarium), yang diikuti oleh perkembangan cadangan
makanan (endosperm), dan selanjutnya terjadi perkembangan embrio.
Pembesaran buah
merupakan efek dari pembelahan dan pembesaran sel, yang meliputi tiga tahap:
Tahap pertama :
§ Terjadi
peningkatan penebalan pada pericarp oleh adanya pembelahan sel.
Tahap kedua :
§ Terjadi
pembentukan dan pembesaran vesikel berair (juice vesicle); biasanya terjadi
pada buah-buah fleshy
Tahap ketiga :
§ Tahap
pematangan, biasanya terjadi pengkerutan jaringan dan pengerasan endocarp pada
buah-buah dry.
Penyerbukan
Penyerbukan atau polinasi adalah transfer serbuk sari/polen
ke kepala putik (stigma). Kejadian ini merupakan tahap awal dari proses
reproduksi (Ashari,1998). Menurut Elisa (2004) penyerbukan merupakan :
-
pengangkutan serbuk sari (pollen) dari kepala sari
(anthera) ke putik (pistillum).
-
peristiwa jatuhnya serbuk sari (pollen) di atas kepala
putik (stigma).
Bunga merupakan alat reproduksi yang kelak menghasilkan buah
dan biji. Di dalam biji ini terdapat calon tumbuhannya (lembaga). Terjadi buah
dan biji serta calon tumbuhan baru tersebut karena adanya penyerbukan dan
pembuahan. Penyerbukan merupakan jatuhnya serbuk sari pada kepala putik (untuk
golongan tumbuhan berbiji tertutup) atau jatuhnya serbuk sari langsung pada
bakal biji (untuk tumbuhan berbiji telanjang) (Sutarno dkk, 1997).
Menurut Ashari (1998) ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan agar proses polinasi berjalan lancar dengan hasil optimal, antara
lain :
1. Sistem
penyilangan (breeding system) dan variasi jenis kelamin yang menentukan
perlunya penyerbukan silang.
2. Saat
penyebaran serbuk sari, reseptimatis stigma induk bunga, seluruh tanaman/ pohon
yang dikaitkan dengan aktivitas harian serta musiman vektor penyebuk.
3. Vektor
yang berperan dalam penyerbukan.
4. Pengaruh
cuaca terhadap sinkronisasi pembungaan, penyebaran serbuk sari, serta aktivitas
vektor.
Macam
penyerbukan di alam
Menurut
Elisa (2004) penyerbukan dapat dibedakan menjadi :
1. Penyerbukan
tertutup (kleistogami)
2. Terjadi
jika putik diserbuki oleh serbuk sari dari bunga yang sama. Dapat disebabkan
oleh :
§ Putik
dan serbuk sari masak sebelum terjadinya anthesis (bunga mekar)
§ Konstruksi
bunga menghalangi terjadinya penyerbukan silang (dari luar), misalnya pada
bunga dengan kelopak besar dan menutup.
Contoh : familia
Papilionaceae
3. Penyerbukan
terbuka (kasmogami)
Terjadi jika putik
diserbuki oleh serbuk sari dari bunga yang berbeda. Hal ini dapat terjadi jika
putik dan serbuk sari masak setelah terjadinya anthesis (bunga mekar)
Beberapa
tipe penyerbukan terbuka yang mungkin terjadi :
a) Autogamie:
putik diserbuki oleh serbuk sari dari bunga yang sama
b) Geitonogamie:
putik diserbuki oleh serbuk sari dari bunga yang berbeda, dalam pohon yg sama
c) Allogamie
(Silang): putik diserbuki oleh serbuk sari dari tanaman lain yg sejenis
d) Xenogamie
(asing): putik diserbuki oleh serbuk sari dari tanaman lain yg tidak sejenis
Beberapa
tipe bunga yang memungkinkan terjadinya penyerbukan terbuka :
a. Dikogami
Putik dan benang sari masak dalam waktu yang tidak bersamaan.
Putik dan benang sari masak dalam waktu yang tidak bersamaan.
Protandri : benang
sari lebih dahulu masak daripada putik
Protogini : putik lebih dahulu masak daripada benang sari
Herkogami
Protogini : putik lebih dahulu masak daripada benang sari
Herkogami
b. Bunga
yang berbentuk sedemikian rupa hingga penyerbukan sendiri tidak dapat terjadi.
Misal Panili yang memiliki kepala putik yang tertutup selaput (rostellum).
c. Heterostili
Bunga memiliki
tangkai putik (stylus) dan tangkai sari (filamentum) yg tidak sama panjangnya.
-
tangkai putik pendek (microstylus) dan tangkai sari
panjang
-
tangkai putik panjang (macrostylus) dan tangkai sari
pendek
Tanaman yang mempunyai nilai strategis yang sangat penting,
pada umumnya, tidak mempunyai masalah dalam penyerbukan, misalnya tanaman
pangan (Padi, Jagung, Palawija, dan kedelai). Pada umumnya tanaman tersebut
bersifat self fertile, artinya menghasilkan tepung sari yang subur demikian
juga putiknya. Jenis bunga tanaman pangan seperti padi, kedelai da kacang hijau
adalah sempurna, yaitu dalam sekuntum bunga terdapat bunga jantan (stamen) dan
bunga betina (pistil). Hal tersebut memungkinkan terjadinya penyerbukan sendiri
(self pollination). Di sisi lain, sekelompok tanaman yang pada umumnya tanaman
buah-buahan tahunan bersifat self infertile. Ketidaksuburan tepung sari maupun
ketidaknormalan putik menyebabkan permasalahan dalam proses penyerbukan maupun
pembuahannya (Ashari, 2004).
Pada proses penyerbukan, apabila bunga dalam suatu tanaman
memiliki tepung sari yang tidak subur maka bunga tersebut memerlukan tepung
sari lain yang subur. Ada juga tanaman yang mempunyai bunga sempurna,namun
susunan morfologi bunga tidak memungkinkan terjadinya self pollination,
misalnya terpisahnya bunga jantan dan bunga betina (salak dan kurma) atau
halangan fisik lainnya Dengan demikian, jenis tanaman tersebut memerlukan
polinator baik yang alami seperti angin, serangga, atau hewan mamalia maupun
manusia untuk memindahkan tepung sari dari kepala sari ke kepala putiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari,S.
1998, Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
Ashari.
2004, Biologi Reproduksi Tanaman Buah-Buahan Komersial, Bayu Media, Malang,
Jawa Timur.
Elisa,
2004, Pembungaan dan Produksi Buah I, (www.elisa ugm.ac.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar