Kamis, 09 Desember 2010

PROFIL TANAH

LAPORAN



DASAR-DASAR ILMU TANAH

PENGENALAN PROFIL TANAH

OLEH
NURHARDIANTI
G11109301
KELOMPOK VII
Asisten : DIAN EKAWATY





PROGRAM STUDI AGROTEKNOOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009



I.  PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
            Tanah dapat ditafsirkan dari beberapa sudut pandang. Pengertian tanah dalam arti sempit merupakan terjemahan dari soil, sedangkan pengertian tanah dalam arti luas merupakan terjemahan dari land (lahan).
Dalam pengertian soil dan land ini, maka soil adalah bagian dari land. Sebagai contohnya pengertian tanah pertanian dan lahan pertanian. Tanah pertanian dapat dikatakan sebagai media tumbuh bagi tumbuh-tumbuhan, sedangkan lahan pertanian meliputi tanah (pertanian), air (irigasi dan hujan), udara (iklim/cuaca), tumbuhan (yang dibudidayakan dan yang tidak dibudidayakan), dan batuan induk. Proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor yaitu batuan induk, organisme, iklim, relief, dan waktu.
Ilmuwan melihat tanah tidaklah sama perspektifnya dengan para pengusaha atau para petani. Ilmuwan melihat tanah dalam bentuk tiga dimensi, yaitu dimensi ke dalam, dimensi ke samping dan dimensi ke permukaan. Banyak orang hanya melihat tanah sebagai media tumbuh yang berupa lapisan atas, hanya berupa dimensi permukaan atau satu dimensi saja, dan tidak melihat lebih lanjut tentang apa yang ditemukan di bagian dalam dan kondisi permukaan sekitarnya.
Tanah juga merupakan badan dasar bagi semua kehidupan di bumi. Campuran yang kompleks dan subur penyusun tanah, yang berperan memberi kehidupan, merupakan bidang kajian yang sangat menarik. Tanah terdiri dari beberapa komponen padatan (bahan mineral dan organik) yang tersebar tidak teratur dan berhubungan serta tersusun dalam suatu pola geometri yang sulit untuk dijelaskan. Beberapa bagian dari bahan padatan tersusun dari partikel berbentuk kristal, sedang yang lain berbentuk gel yang tidak teratur, yang mampu menyelimuti partikel berbentuk kristal dan merubah sifat dari bahan padatan berbentuk kristal tersebut.
1.2   Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati profil tanah secara langsung atau horison tanah dan untuk mengetahui sifat – sifat dari tanah serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Adapun kegunaan dari pelaksanaan praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengamati dan mengetahui jenis lapisan tanah dengan melihat ciri-ciri tanah tersebut serta dapat mengetahui komponen penyusunnya.
















II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Profil Tanah
Secara Umum, profil tanah merupakan penampang melintang tanah yang menampakkan lapisan-lapisan tanah (horizon). Profil Tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke batuan induk tanah.
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan cara menggali lubang sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan pengamatan atau penelitian. Untuk keperluan ganesa tanah pada oksisol yang solumnya tebal, profil tanah dibuat dengan ukuran 3-3,5 m. Pada saat ini profil tanah yang lengkap akan menampilkan beberapa lapisan pembentuk tanah (Hardjowigeno, 2003).
Komponen tanah terdiri dari empat  komponen penyusun, yaiut bahan padatan berupa bahan mineral, bahan padatan berupa bahan organik, air dan udara. Bahan tanah tersebut rata-rata 50% bahan padatan (45% bahan mineral dan 5% bahan organik), 25% air dan 25% udara. (Hardjowigeno, 2003)
Lapisan-lapisan tersebut terbentuk akibat pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air dan proses pembentuk tanah. Proses pembentukan horison-horison tersebut akan menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan susunan horison tanah disebut profil tanah atau identifikasi tanah (Hardjowigeno, 2003).
2.2  Tanah Alfisol
Tanah Alfisol di Indonesia secara potensil dapat dimanfaatkan untuk lahan pertanian, namun terdapat beberapa permasalahan seperti rendahnya kandungan bahan organik, fosfor dan kalium.
Alfisols pada umumnya berkembang dari batu kapur, olivin, tufa, dan lahar. Bentuk wilayah beragam dari bergelombang hingga tertoreh, tekstur berkisar antara sedang hingga halus, drainasenya baik. Reaksi tanah berkisar antara masam hingga netral, kapasitas tukar kation dan basa-basanya beragam dari rendah hingga tinggi, bahan organik pada umumnya sedang hingga rendah. Jeluk tanah dangkal hingga dalam. Mempunyai sifat kimia dan fisika yang relatif baik (Munir, 1996).
Alfisols adalah tanah yang tidak mempunyai epipedon plagen dan yang memiliki salah satu dari berikut : 1) horizon argilik, kandik, atau natrik ; 2) fragipan yang mempunyai lapisan liat tipis setebal 1 mm atau lebih di beberapa bagiannya (Soil Survey Staff, 1998).
Alfisol pada umumnya berkembang dari batu kapur, olefin, tufa, san lahar. Bentuk wilayah beragam dari bergelombang hingga tertoreh. Tekstur berkisar antara sedang hingga halus. Drainasenya baik. Reaksi tanah berkisar antara masam hingga netral. Kapasitas tukar kation dan basa-basany beragamdari rendah hingga tinggi. Bahan organik pada umumnya sedang hingga rendah. Jeluk tanah dangkal hingga dalam. Mempunyai sifat kimia dan fisika yang relative baik (Pairunan, 2003).
Alfisol kecil khusus menampung pertukaran kationnya dibandingkan tanah daerah sedang yang mewakili. Hal ini disebabkna oleh sifat hidrat oksida. Mereka umumnya sangat kekurangan basa yang dapat tertukar dengan unsur lebih cepat hilang kesuburannya jika tidak dikerjakajn dengan usaha pencegahan. (Anonim, 2007)
2.3 Proses Terbentuknya
Proses pembentukan tanah menyangkut beberapa hal :
Penambahan bahan-bahan dari tempat lain ke tanah misalnya :
a.    Penambahan air hujan, embun dan lain-lain
b.    Penambahan O2 dan CO2 dari atmosfer
c.    Penambahan N, Cl, S dari atmosfer dan curah hujan
d.    Penambahan bahan organik dari sisa tanaman dan hewan
e.    Bahan endapan
f.     Energi sinar matahari
Alfisols terbentuk dari lapukan batu gamping, batuan plutonik, bahan vulkanik atau batuan sedimen. Penyebarannya terdapat pada “landform” karst, tektonik struktural, atau volkan, yang pada topografi berombak, bergelombang sampai berbukit. Tanah ini mempunyai sifat fisik, morfologi dan kimia tanah relatif cukup baik, mengandung basa-basa Ca, dan Mg, sehingga reaksi tanah biasanya netral (pH antara 6,50-7,50) dan kejenuhan basa >35%.  (Foth,2003).
















III. KEADAAN UMUM LOKASI
3.1 Letak Administrasi
Pengamatan Profil Tanah I yang dilakukan di Eksperimental farm Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Biringkanaya, Makassar, dengan batasan sebagai berikut :
Sebelah Utara             : Berbatasan dengan pemukiman penduduk
Sebelh Selatan            : Peliteknik Negeri Ujung Pandang
Sebelah Barat            : Berbatasan dengan kebun percobaan Ex-Farm Ilmu    Tanah
Sebelh Timur               : Berbatasan dengan Laboratorium Peternakan   
3.2 Iklim
Iklim adalah faktor yang sangat menentukan dalam proses pembentukan tanah. Iklim adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam proses pembentukan tanah. Iklim pada area lahan pengamatan adalah beriklim opis. Suhu dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap intensitas reaksi fisik dalam tanah. Keadaan lokasi adalah C2-C3 dengan curah hujan rata – rata berkisar 800 – 1500 mm.
3.3 Topografi
Topografi merupakan perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk perbedaan bentuk lereng dan kecuraman. Topografi pada lahan tempat pengamatan profil tanah berbentuk datar. Sebagian besar terdiri dari lahan kosong dengan persen kelerengannya adalah 0 %-3 %.

3.4  Vegetasi
Vegetasi merupakan salah satu keadaan umum dari lokasi pengamatan profil tanah. Pada lahan ini, kualitas vegetasinya buruk. Di mana tanaman utama yang tumbuh dan hidup pada lahan tersebut adalah rumput gajah.
3.5  Jenis Tanah
Setelah mengadakan pengambilan sampel di Ex-Farm maka dapat diketahui bahwa jenis tanah tersebut termasuk jenis tanah Alfisol menurut USDA, sedangkan menurut ISSS adalah sebagai mediteran merah kuning (yellowis red).
3.6  Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan pada lokasi pengamatan Profil Tanah dalam digunakan sebagai lahan perkebunan, sedangkan pada Profil Tanah dangkal digunakan sebagai areal persawahan.












IV. BAHAN DAN METODE
4.1 Tempat dan Waktu
Pengamatan profil tanah ini dilaksanakan di kebun Ex-Farm, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan. Pada hari Minggu, 4 Oktober 2009 pukul 08.00 WITA sampai selesai.
4.2  Alat dan Bahan
Alat-alat pengamatan profil tanah berupa: cangkul, buku respon, sekop, cutter, parang, karet gelang, linggis, meteran.
Sedangkan bahan – bahan yang digunakan dalam pengamatan profil tanah ini yakni berupa: Air, kertas label, tanah, dan plastik.
4.3. Prosedur Kerja
1)    Membuat penampang lubang penampang yang besar, supaya orang mudah duduk/berdiri di dalamnya untuk melakukan pemeriksaan.
2)    Mengukur penampang 1,5 m x 1 m sampai bahan induk dan pemeriksaan dipilih disisi lubang penampang agar mendapat sinar matahari, di tempat miring penampang dipilih pada dinding teratas.
3)    Tanah bekas galian tidak ditumpuk di atas sisi penampang pemeriksaan.
4)    Tanah yang  belum mendapatkan gangguan itu biasanya disebut dengan penampang pewakil.
5)    Sebelum memeriksa, terlebih dahulu mengeluarkan air pada penampang jika berair.
6)    Melakukan pengamatan pada saat sinar matahari cukup (tidak terlalu pagi atau sore).
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Hasil dari pengamatan profil tanah yang telah kami lakukan, kami mendapat hasil yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Deskripsi Profil
Lapisan
I
II
III
Kedalaman lapisan
0-23 cm
23-58 cm
58-81 cm
Batasan lapisan
Baur
Baur
Baur
Topografi batas lapisan
Berombak
Berombak
Rata
Warna (munsell)
Cokelat kehitaman
Cokelat kemerahan
Cokelat kemerahan
Tekstur
Berpasir
Liat
Berdebu
Struktur
Kasar
Kasar
Sedang
Konsistensi
Lepas
Lepas
Lepas
Karatan
-
-
-
                                                                      Sumber: Data primer setelah diolah, 2009
5.2 Pembahasan
l  Keadaan Lapisan
            Dalam tiap lapisan memiliki perbedaan masing-masing. Seperti yang terjadi pada daerah pengamatan yang kami lakukan. Lapisan pertama memiliki kedalaman 0 - 23 cm, lapisan II kedalamannya mencapai 23 – 35 cm dan lapisan III mencapai 36 - 43 cm.  Lapisan I lebih dangkal dibandingkan dengan lapisan lain karena masih terjadi kelapukan bahan organik dan mineral dipermukaan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) bahwa tanah muda masih dalam tingkat pelapukan bahan organik dan pencampurannya masih terjadi dipermukaan tanah yang merupakan pelapukan bahan organik.
l  Batas Lapisan
Batasan lapisan pada daerah tanah yang kami amati tersebut memiliki batasan yang sama. Persamaan ini disebabkan oleh banyaknya bahan organik yang mengendap pada tiap lapisan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2007).
l  Topografi
Topografi tiap lapisan juga memiliki perbedaan. Ada yang rata, berombak bahkan tidak teratur. Hal tersebut dapat dilihat pada lokasi pengamatan, dimana lapisan I berombak, lapisan II berombak pula dan lapisan III rata, karena profil tanah dapat dipoengaruhi oleh topografi. Hal ini didukung oleh pendapat Hanafiah (2007) bahwa perbedaan topografi ini disebabkan karena proses pelapukan sisa mikroorganisme yang ada didalam tanah dan permukaan tanah yang pada awalnya dapat diartikan sebagai batasan horison tanah.
l  Warna (Munsell)
Penentuan warna tanah dapat dilihat dengan menggunakan literatur. Pada tanah sawah, warna lapisan I berwarna coklat kehitaman, lapisan II berwarna coklat kemerahan dan lapisan III berwarna coklat kemerahan pula. Warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe yang didapat. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hardjowigeno (2003) bahwa bila tanah kadang-kadang basah dan kadang-kadang kering, maka disamping warna abu-abu (daerah yang tereduksi) didapat pula becak-becak karatan merah atau kuning yaitu di tempat-tempat dimana udara dapat masuk sehingga terjadi oksidasi besi di tempat tersebut.
l  Tekstur
Pada sampel profil tanah ini, lapisan I teksturnya berpasir; karena tanah – tanah yang tersusun tidak kurang dari 70%. Pada lapisan II teksturnya liat; karena tanah yang mengandung sekurang – kurangnya 35% berat liat, dan lapisan III teksturnya liat berdebu. Riset ini sesuai dengan yang pendapat Hardjowigeno. S (1992) bahwa tanah liat mempunyai ciri-ciri yaitu rasa berat, halus, sangat lekat dan dapat dibentuk bola dan mudah digulung. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus (2mm). Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat maka tanah dikelompokkan dalam beberapa kelas tekstur (Hardjowigeno,2003).
l  Struktur
Struktur merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur yang terjadi karena butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain. Pada tanah sawah, struktur pada lapisan I yaitu liat berpasir, lapisan II liat dan lapisan III liat berdebu. Menurut Hardjowigeno (2003), struktur tanah remah umumnya ditemukan di daerah curah hujan tinggi di permukaan horizon bawah tanah yang baik untuk pertumbuhan dan tanaman karena mempunyai tata udara dan unsur-unsur hara yang tersedia dan mudah diolah.

l  Konsistensi
            Pada tanah pengamatan ini, konsistensinya memiliki kesamaaan dari lapisan I, II, dan juga lapisan III. Konsistensi tanah adalah sifat yang melukiskan kekuatan rekat butiran tanah satu dengan lainnya. Profil tanah dalam keadaan kering maka tanah dlukiskan memiliki konsistensi lepas. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003).
·         Karatan
Namun, pada pengamatan kali ini karatan dari tanah tersebut tidak kami ketahui adanya. Adapun penjelasan mengenai karatan yang merupakan bintik-bintik yang terdapat pada tanah. Bintik-bintik tersebut ada yang berwarna hitam, merah dan kuning. Adanya karatan disebabkan oleh kadar air yang tinggi sehingga menimbilkan karatan pada tiap lapisan. Hal itu didukung oleh pendapat Hardjowigeno (2003) bahwa tanah yang memiliki karatan adalah tanah yang memilki kadar air yang cukup tinggi.










VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan profil tanah yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
l  Lapisan 1
Kedalaman lapisan tanah 1 ini sekitar 23 cm yang mempunyai batas lapisan secara umum yaitu baur. Topografi pada lapisan 1 ini berombak dan warnanya cokelat kehitaman yang bertekstur berpasir dimana struktur dari lapisan ini liat berpasir dan konsistensi lapisannya lepas namun karatannya belum diketahui.
l  Lapisan 2
Kedalaman lapisan tanah 2 ini sekitar 15 cm yang mempunyai batas lapisan secara umum yaitu baur. Topografi pada lapisan 2 ini berombak dan warnanya cokelat kemerahan yang bertekstur liat, dimana struktur dari lapisan ini liat dan konsistensi lapisannya lepas namun karatannya belum diketahui.
l  Lapisan 3
Kedalam lapisan tanah 3 ini sekitar 43 cm yang mempunyai batas lapisan secara umum yaitu baur. Topografi pada lapisan 3 ini rata dan warnanya cokelat kemerahan yang bertekstur liat berdebu dimana struktur dari lapisan ini liat berdebu dan konsistensi lapisannya lepas namun karatannya belum diketahui.



l  Faktor – faktor yang mempengaruhi
Adapun sifat – sifat fisik tanah banyak bersangkutan dengan kesesuaian tanah untuk berbagai penggunaan. Kekuatan dan daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air, drainase, penetrasi akar tanaman, tata udara, dan pengikatan unsur hara.
6.2 Saran
            Berdasarkan hasil pengamatan profil tanah, maka diperoleh deskripsi dari pengamatan tanah di atas yang memiliki perbedaan dalam setiap lapisannya. Dan saya selaku penulis sangat berharap saran – saran dari para pembaca sekalian. Terima kasih......


















DAFTAR PUSTAKA
Hardjowigeno. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akapres : Jakarta.
Hakim. 1987. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas, Lampung.
D. Foth, Henry.1994. Dasar – Dasar Ilmu Tanah Edisi keenam. Erlangga :Jakarta.
Beberapa buku ilmu tanah yang diwajibkan pada Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.
Anonim. 2009. http//www.soil-climate.co.id/Tanah/Tekstur Tanah. (Diakses Pada 28 Maret 2009)
Hanafiah, Kemas Ali. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Baja Grafindo : Yogyakarta.
Arifin, Samosir, Solo, S.L.. 1997. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri. Indonesia    Timur.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamis, 09 Desember 2010

PROFIL TANAH

LAPORAN



DASAR-DASAR ILMU TANAH

PENGENALAN PROFIL TANAH

OLEH
NURHARDIANTI
G11109301
KELOMPOK VII
Asisten : DIAN EKAWATY





PROGRAM STUDI AGROTEKNOOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009



I.  PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
            Tanah dapat ditafsirkan dari beberapa sudut pandang. Pengertian tanah dalam arti sempit merupakan terjemahan dari soil, sedangkan pengertian tanah dalam arti luas merupakan terjemahan dari land (lahan).
Dalam pengertian soil dan land ini, maka soil adalah bagian dari land. Sebagai contohnya pengertian tanah pertanian dan lahan pertanian. Tanah pertanian dapat dikatakan sebagai media tumbuh bagi tumbuh-tumbuhan, sedangkan lahan pertanian meliputi tanah (pertanian), air (irigasi dan hujan), udara (iklim/cuaca), tumbuhan (yang dibudidayakan dan yang tidak dibudidayakan), dan batuan induk. Proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor yaitu batuan induk, organisme, iklim, relief, dan waktu.
Ilmuwan melihat tanah tidaklah sama perspektifnya dengan para pengusaha atau para petani. Ilmuwan melihat tanah dalam bentuk tiga dimensi, yaitu dimensi ke dalam, dimensi ke samping dan dimensi ke permukaan. Banyak orang hanya melihat tanah sebagai media tumbuh yang berupa lapisan atas, hanya berupa dimensi permukaan atau satu dimensi saja, dan tidak melihat lebih lanjut tentang apa yang ditemukan di bagian dalam dan kondisi permukaan sekitarnya.
Tanah juga merupakan badan dasar bagi semua kehidupan di bumi. Campuran yang kompleks dan subur penyusun tanah, yang berperan memberi kehidupan, merupakan bidang kajian yang sangat menarik. Tanah terdiri dari beberapa komponen padatan (bahan mineral dan organik) yang tersebar tidak teratur dan berhubungan serta tersusun dalam suatu pola geometri yang sulit untuk dijelaskan. Beberapa bagian dari bahan padatan tersusun dari partikel berbentuk kristal, sedang yang lain berbentuk gel yang tidak teratur, yang mampu menyelimuti partikel berbentuk kristal dan merubah sifat dari bahan padatan berbentuk kristal tersebut.
1.2   Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati profil tanah secara langsung atau horison tanah dan untuk mengetahui sifat – sifat dari tanah serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Adapun kegunaan dari pelaksanaan praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengamati dan mengetahui jenis lapisan tanah dengan melihat ciri-ciri tanah tersebut serta dapat mengetahui komponen penyusunnya.
















II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Profil Tanah
Secara Umum, profil tanah merupakan penampang melintang tanah yang menampakkan lapisan-lapisan tanah (horizon). Profil Tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke batuan induk tanah.
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan cara menggali lubang sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan pengamatan atau penelitian. Untuk keperluan ganesa tanah pada oksisol yang solumnya tebal, profil tanah dibuat dengan ukuran 3-3,5 m. Pada saat ini profil tanah yang lengkap akan menampilkan beberapa lapisan pembentuk tanah (Hardjowigeno, 2003).
Komponen tanah terdiri dari empat  komponen penyusun, yaiut bahan padatan berupa bahan mineral, bahan padatan berupa bahan organik, air dan udara. Bahan tanah tersebut rata-rata 50% bahan padatan (45% bahan mineral dan 5% bahan organik), 25% air dan 25% udara. (Hardjowigeno, 2003)
Lapisan-lapisan tersebut terbentuk akibat pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air dan proses pembentuk tanah. Proses pembentukan horison-horison tersebut akan menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan susunan horison tanah disebut profil tanah atau identifikasi tanah (Hardjowigeno, 2003).
2.2  Tanah Alfisol
Tanah Alfisol di Indonesia secara potensil dapat dimanfaatkan untuk lahan pertanian, namun terdapat beberapa permasalahan seperti rendahnya kandungan bahan organik, fosfor dan kalium.
Alfisols pada umumnya berkembang dari batu kapur, olivin, tufa, dan lahar. Bentuk wilayah beragam dari bergelombang hingga tertoreh, tekstur berkisar antara sedang hingga halus, drainasenya baik. Reaksi tanah berkisar antara masam hingga netral, kapasitas tukar kation dan basa-basanya beragam dari rendah hingga tinggi, bahan organik pada umumnya sedang hingga rendah. Jeluk tanah dangkal hingga dalam. Mempunyai sifat kimia dan fisika yang relatif baik (Munir, 1996).
Alfisols adalah tanah yang tidak mempunyai epipedon plagen dan yang memiliki salah satu dari berikut : 1) horizon argilik, kandik, atau natrik ; 2) fragipan yang mempunyai lapisan liat tipis setebal 1 mm atau lebih di beberapa bagiannya (Soil Survey Staff, 1998).
Alfisol pada umumnya berkembang dari batu kapur, olefin, tufa, san lahar. Bentuk wilayah beragam dari bergelombang hingga tertoreh. Tekstur berkisar antara sedang hingga halus. Drainasenya baik. Reaksi tanah berkisar antara masam hingga netral. Kapasitas tukar kation dan basa-basany beragamdari rendah hingga tinggi. Bahan organik pada umumnya sedang hingga rendah. Jeluk tanah dangkal hingga dalam. Mempunyai sifat kimia dan fisika yang relative baik (Pairunan, 2003).
Alfisol kecil khusus menampung pertukaran kationnya dibandingkan tanah daerah sedang yang mewakili. Hal ini disebabkna oleh sifat hidrat oksida. Mereka umumnya sangat kekurangan basa yang dapat tertukar dengan unsur lebih cepat hilang kesuburannya jika tidak dikerjakajn dengan usaha pencegahan. (Anonim, 2007)
2.3 Proses Terbentuknya
Proses pembentukan tanah menyangkut beberapa hal :
Penambahan bahan-bahan dari tempat lain ke tanah misalnya :
a.    Penambahan air hujan, embun dan lain-lain
b.    Penambahan O2 dan CO2 dari atmosfer
c.    Penambahan N, Cl, S dari atmosfer dan curah hujan
d.    Penambahan bahan organik dari sisa tanaman dan hewan
e.    Bahan endapan
f.     Energi sinar matahari
Alfisols terbentuk dari lapukan batu gamping, batuan plutonik, bahan vulkanik atau batuan sedimen. Penyebarannya terdapat pada “landform” karst, tektonik struktural, atau volkan, yang pada topografi berombak, bergelombang sampai berbukit. Tanah ini mempunyai sifat fisik, morfologi dan kimia tanah relatif cukup baik, mengandung basa-basa Ca, dan Mg, sehingga reaksi tanah biasanya netral (pH antara 6,50-7,50) dan kejenuhan basa >35%.  (Foth,2003).
















III. KEADAAN UMUM LOKASI
3.1 Letak Administrasi
Pengamatan Profil Tanah I yang dilakukan di Eksperimental farm Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Biringkanaya, Makassar, dengan batasan sebagai berikut :
Sebelah Utara             : Berbatasan dengan pemukiman penduduk
Sebelh Selatan            : Peliteknik Negeri Ujung Pandang
Sebelah Barat            : Berbatasan dengan kebun percobaan Ex-Farm Ilmu    Tanah
Sebelh Timur               : Berbatasan dengan Laboratorium Peternakan   
3.2 Iklim
Iklim adalah faktor yang sangat menentukan dalam proses pembentukan tanah. Iklim adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam proses pembentukan tanah. Iklim pada area lahan pengamatan adalah beriklim opis. Suhu dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap intensitas reaksi fisik dalam tanah. Keadaan lokasi adalah C2-C3 dengan curah hujan rata – rata berkisar 800 – 1500 mm.
3.3 Topografi
Topografi merupakan perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk perbedaan bentuk lereng dan kecuraman. Topografi pada lahan tempat pengamatan profil tanah berbentuk datar. Sebagian besar terdiri dari lahan kosong dengan persen kelerengannya adalah 0 %-3 %.

3.4  Vegetasi
Vegetasi merupakan salah satu keadaan umum dari lokasi pengamatan profil tanah. Pada lahan ini, kualitas vegetasinya buruk. Di mana tanaman utama yang tumbuh dan hidup pada lahan tersebut adalah rumput gajah.
3.5  Jenis Tanah
Setelah mengadakan pengambilan sampel di Ex-Farm maka dapat diketahui bahwa jenis tanah tersebut termasuk jenis tanah Alfisol menurut USDA, sedangkan menurut ISSS adalah sebagai mediteran merah kuning (yellowis red).
3.6  Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan pada lokasi pengamatan Profil Tanah dalam digunakan sebagai lahan perkebunan, sedangkan pada Profil Tanah dangkal digunakan sebagai areal persawahan.












IV. BAHAN DAN METODE
4.1 Tempat dan Waktu
Pengamatan profil tanah ini dilaksanakan di kebun Ex-Farm, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan. Pada hari Minggu, 4 Oktober 2009 pukul 08.00 WITA sampai selesai.
4.2  Alat dan Bahan
Alat-alat pengamatan profil tanah berupa: cangkul, buku respon, sekop, cutter, parang, karet gelang, linggis, meteran.
Sedangkan bahan – bahan yang digunakan dalam pengamatan profil tanah ini yakni berupa: Air, kertas label, tanah, dan plastik.
4.3. Prosedur Kerja
1)    Membuat penampang lubang penampang yang besar, supaya orang mudah duduk/berdiri di dalamnya untuk melakukan pemeriksaan.
2)    Mengukur penampang 1,5 m x 1 m sampai bahan induk dan pemeriksaan dipilih disisi lubang penampang agar mendapat sinar matahari, di tempat miring penampang dipilih pada dinding teratas.
3)    Tanah bekas galian tidak ditumpuk di atas sisi penampang pemeriksaan.
4)    Tanah yang  belum mendapatkan gangguan itu biasanya disebut dengan penampang pewakil.
5)    Sebelum memeriksa, terlebih dahulu mengeluarkan air pada penampang jika berair.
6)    Melakukan pengamatan pada saat sinar matahari cukup (tidak terlalu pagi atau sore).
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Hasil dari pengamatan profil tanah yang telah kami lakukan, kami mendapat hasil yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Deskripsi Profil
Lapisan
I
II
III
Kedalaman lapisan
0-23 cm
23-58 cm
58-81 cm
Batasan lapisan
Baur
Baur
Baur
Topografi batas lapisan
Berombak
Berombak
Rata
Warna (munsell)
Cokelat kehitaman
Cokelat kemerahan
Cokelat kemerahan
Tekstur
Berpasir
Liat
Berdebu
Struktur
Kasar
Kasar
Sedang
Konsistensi
Lepas
Lepas
Lepas
Karatan
-
-
-
                                                                      Sumber: Data primer setelah diolah, 2009
5.2 Pembahasan
l  Keadaan Lapisan
            Dalam tiap lapisan memiliki perbedaan masing-masing. Seperti yang terjadi pada daerah pengamatan yang kami lakukan. Lapisan pertama memiliki kedalaman 0 - 23 cm, lapisan II kedalamannya mencapai 23 – 35 cm dan lapisan III mencapai 36 - 43 cm.  Lapisan I lebih dangkal dibandingkan dengan lapisan lain karena masih terjadi kelapukan bahan organik dan mineral dipermukaan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) bahwa tanah muda masih dalam tingkat pelapukan bahan organik dan pencampurannya masih terjadi dipermukaan tanah yang merupakan pelapukan bahan organik.
l  Batas Lapisan
Batasan lapisan pada daerah tanah yang kami amati tersebut memiliki batasan yang sama. Persamaan ini disebabkan oleh banyaknya bahan organik yang mengendap pada tiap lapisan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2007).
l  Topografi
Topografi tiap lapisan juga memiliki perbedaan. Ada yang rata, berombak bahkan tidak teratur. Hal tersebut dapat dilihat pada lokasi pengamatan, dimana lapisan I berombak, lapisan II berombak pula dan lapisan III rata, karena profil tanah dapat dipoengaruhi oleh topografi. Hal ini didukung oleh pendapat Hanafiah (2007) bahwa perbedaan topografi ini disebabkan karena proses pelapukan sisa mikroorganisme yang ada didalam tanah dan permukaan tanah yang pada awalnya dapat diartikan sebagai batasan horison tanah.
l  Warna (Munsell)
Penentuan warna tanah dapat dilihat dengan menggunakan literatur. Pada tanah sawah, warna lapisan I berwarna coklat kehitaman, lapisan II berwarna coklat kemerahan dan lapisan III berwarna coklat kemerahan pula. Warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe yang didapat. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hardjowigeno (2003) bahwa bila tanah kadang-kadang basah dan kadang-kadang kering, maka disamping warna abu-abu (daerah yang tereduksi) didapat pula becak-becak karatan merah atau kuning yaitu di tempat-tempat dimana udara dapat masuk sehingga terjadi oksidasi besi di tempat tersebut.
l  Tekstur
Pada sampel profil tanah ini, lapisan I teksturnya berpasir; karena tanah – tanah yang tersusun tidak kurang dari 70%. Pada lapisan II teksturnya liat; karena tanah yang mengandung sekurang – kurangnya 35% berat liat, dan lapisan III teksturnya liat berdebu. Riset ini sesuai dengan yang pendapat Hardjowigeno. S (1992) bahwa tanah liat mempunyai ciri-ciri yaitu rasa berat, halus, sangat lekat dan dapat dibentuk bola dan mudah digulung. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus (2mm). Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat maka tanah dikelompokkan dalam beberapa kelas tekstur (Hardjowigeno,2003).
l  Struktur
Struktur merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur yang terjadi karena butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain. Pada tanah sawah, struktur pada lapisan I yaitu liat berpasir, lapisan II liat dan lapisan III liat berdebu. Menurut Hardjowigeno (2003), struktur tanah remah umumnya ditemukan di daerah curah hujan tinggi di permukaan horizon bawah tanah yang baik untuk pertumbuhan dan tanaman karena mempunyai tata udara dan unsur-unsur hara yang tersedia dan mudah diolah.

l  Konsistensi
            Pada tanah pengamatan ini, konsistensinya memiliki kesamaaan dari lapisan I, II, dan juga lapisan III. Konsistensi tanah adalah sifat yang melukiskan kekuatan rekat butiran tanah satu dengan lainnya. Profil tanah dalam keadaan kering maka tanah dlukiskan memiliki konsistensi lepas. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003).
·         Karatan
Namun, pada pengamatan kali ini karatan dari tanah tersebut tidak kami ketahui adanya. Adapun penjelasan mengenai karatan yang merupakan bintik-bintik yang terdapat pada tanah. Bintik-bintik tersebut ada yang berwarna hitam, merah dan kuning. Adanya karatan disebabkan oleh kadar air yang tinggi sehingga menimbilkan karatan pada tiap lapisan. Hal itu didukung oleh pendapat Hardjowigeno (2003) bahwa tanah yang memiliki karatan adalah tanah yang memilki kadar air yang cukup tinggi.










VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan profil tanah yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
l  Lapisan 1
Kedalaman lapisan tanah 1 ini sekitar 23 cm yang mempunyai batas lapisan secara umum yaitu baur. Topografi pada lapisan 1 ini berombak dan warnanya cokelat kehitaman yang bertekstur berpasir dimana struktur dari lapisan ini liat berpasir dan konsistensi lapisannya lepas namun karatannya belum diketahui.
l  Lapisan 2
Kedalaman lapisan tanah 2 ini sekitar 15 cm yang mempunyai batas lapisan secara umum yaitu baur. Topografi pada lapisan 2 ini berombak dan warnanya cokelat kemerahan yang bertekstur liat, dimana struktur dari lapisan ini liat dan konsistensi lapisannya lepas namun karatannya belum diketahui.
l  Lapisan 3
Kedalam lapisan tanah 3 ini sekitar 43 cm yang mempunyai batas lapisan secara umum yaitu baur. Topografi pada lapisan 3 ini rata dan warnanya cokelat kemerahan yang bertekstur liat berdebu dimana struktur dari lapisan ini liat berdebu dan konsistensi lapisannya lepas namun karatannya belum diketahui.



l  Faktor – faktor yang mempengaruhi
Adapun sifat – sifat fisik tanah banyak bersangkutan dengan kesesuaian tanah untuk berbagai penggunaan. Kekuatan dan daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air, drainase, penetrasi akar tanaman, tata udara, dan pengikatan unsur hara.
6.2 Saran
            Berdasarkan hasil pengamatan profil tanah, maka diperoleh deskripsi dari pengamatan tanah di atas yang memiliki perbedaan dalam setiap lapisannya. Dan saya selaku penulis sangat berharap saran – saran dari para pembaca sekalian. Terima kasih......


















DAFTAR PUSTAKA
Hardjowigeno. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akapres : Jakarta.
Hakim. 1987. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas, Lampung.
D. Foth, Henry.1994. Dasar – Dasar Ilmu Tanah Edisi keenam. Erlangga :Jakarta.
Beberapa buku ilmu tanah yang diwajibkan pada Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.
Anonim. 2009. http//www.soil-climate.co.id/Tanah/Tekstur Tanah. (Diakses Pada 28 Maret 2009)
Hanafiah, Kemas Ali. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Baja Grafindo : Yogyakarta.
Arifin, Samosir, Solo, S.L.. 1997. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri. Indonesia    Timur.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar