LAPORAN
DASAR-DASAR ILMU TANAH
“PENGENALAN PROFIL TANAH”
OLEH
NURHARDIANTI
G11109301
NURHARDIANTI
G11109301
KELOMPOK VII
Asisten : DIAN EKAWATY
Asisten : DIAN EKAWATY
PROGRAM STUDI AGROTEKNOOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah
dapat ditafsirkan dari beberapa sudut pandang. Pengertian tanah dalam arti
sempit merupakan terjemahan dari soil, sedangkan pengertian tanah dalam arti
luas merupakan terjemahan dari land (lahan).
Dalam pengertian soil dan land ini, maka soil
adalah bagian dari land. Sebagai contohnya pengertian tanah pertanian dan lahan
pertanian. Tanah pertanian dapat dikatakan sebagai media tumbuh bagi
tumbuh-tumbuhan, sedangkan lahan pertanian meliputi tanah (pertanian), air
(irigasi dan hujan), udara (iklim/cuaca), tumbuhan (yang dibudidayakan dan yang
tidak dibudidayakan), dan batuan induk. Proses pembentukan tanah dipengaruhi
oleh 5 (lima) faktor yaitu batuan induk, organisme, iklim, relief, dan waktu.
Ilmuwan
melihat tanah tidaklah sama perspektifnya dengan para pengusaha atau para
petani. Ilmuwan melihat tanah dalam bentuk tiga dimensi, yaitu dimensi ke
dalam, dimensi ke samping dan dimensi ke permukaan. Banyak orang hanya melihat
tanah sebagai media tumbuh yang berupa lapisan atas, hanya berupa dimensi
permukaan atau satu dimensi saja, dan tidak melihat lebih lanjut tentang apa
yang ditemukan di bagian dalam dan kondisi permukaan sekitarnya.
Tanah juga merupakan badan dasar bagi semua
kehidupan di bumi. Campuran yang kompleks dan subur penyusun tanah, yang
berperan memberi kehidupan, merupakan bidang kajian yang sangat menarik. Tanah
terdiri dari beberapa komponen padatan (bahan mineral dan organik) yang
tersebar tidak teratur dan berhubungan serta tersusun dalam suatu pola geometri
yang sulit untuk dijelaskan. Beberapa bagian dari bahan padatan tersusun dari
partikel berbentuk kristal, sedang yang lain berbentuk gel yang tidak teratur,
yang mampu menyelimuti partikel berbentuk kristal dan merubah sifat dari bahan
padatan berbentuk kristal tersebut.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengamati profil tanah secara langsung atau horison tanah dan untuk mengetahui
sifat – sifat dari tanah serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Adapun kegunaan dari pelaksanaan praktikum
ini adalah agar praktikan dapat mengamati dan mengetahui jenis lapisan tanah
dengan melihat ciri-ciri tanah tersebut serta dapat mengetahui komponen
penyusunnya.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Tanah
Secara Umum, profil tanah merupakan penampang
melintang tanah yang menampakkan lapisan-lapisan tanah (horizon). Profil Tanah
adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke batuan induk
tanah.
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang
pada tubuh tanah, dibuat dengan cara menggali lubang sesuai dengan keadaan
tanah dan keperluan pengamatan atau penelitian. Untuk keperluan ganesa tanah
pada oksisol yang solumnya tebal, profil tanah dibuat dengan ukuran 3-3,5 m.
Pada saat ini profil tanah yang lengkap akan menampilkan beberapa lapisan
pembentuk tanah (Hardjowigeno, 2003).
Komponen tanah terdiri dari empat komponen penyusun, yaiut bahan padatan berupa
bahan mineral, bahan padatan berupa bahan organik, air dan udara. Bahan tanah
tersebut rata-rata 50% bahan padatan (45% bahan mineral dan 5% bahan organik),
25% air dan 25% udara. (Hardjowigeno, 2003)
Lapisan-lapisan tersebut terbentuk akibat
pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air dan proses pembentuk tanah.
Proses pembentukan horison-horison tersebut akan menghasilkan benda alam baru
yang disebut tanah. Penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan susunan
horison tanah disebut profil tanah atau identifikasi tanah (Hardjowigeno,
2003).
2.2 Tanah Alfisol
Tanah Alfisol di Indonesia secara potensil
dapat dimanfaatkan untuk lahan pertanian, namun terdapat beberapa permasalahan
seperti rendahnya kandungan bahan organik, fosfor dan kalium.
Alfisols pada umumnya berkembang dari batu
kapur, olivin, tufa, dan lahar. Bentuk wilayah beragam dari bergelombang hingga
tertoreh, tekstur berkisar antara sedang hingga halus, drainasenya baik. Reaksi
tanah berkisar antara masam hingga netral, kapasitas tukar kation dan
basa-basanya beragam dari rendah hingga tinggi, bahan organik pada umumnya
sedang hingga rendah. Jeluk tanah dangkal hingga dalam. Mempunyai sifat kimia
dan fisika yang relatif baik (Munir, 1996).
Alfisols adalah tanah yang tidak mempunyai
epipedon plagen dan yang memiliki salah satu dari berikut : 1) horizon argilik,
kandik, atau natrik ; 2) fragipan yang mempunyai lapisan liat tipis setebal 1
mm atau lebih di beberapa bagiannya (Soil Survey Staff, 1998).
Alfisol pada umumnya berkembang dari batu
kapur, olefin, tufa, san lahar. Bentuk wilayah beragam dari bergelombang hingga
tertoreh. Tekstur berkisar antara sedang hingga halus. Drainasenya baik. Reaksi
tanah berkisar antara masam hingga netral. Kapasitas tukar kation dan
basa-basany beragamdari rendah hingga tinggi. Bahan organik pada umumnya sedang
hingga rendah. Jeluk tanah dangkal hingga dalam. Mempunyai sifat kimia dan
fisika yang relative baik (Pairunan, 2003).
Alfisol kecil khusus menampung pertukaran
kationnya dibandingkan tanah daerah sedang yang mewakili. Hal ini disebabkna
oleh sifat hidrat oksida. Mereka umumnya sangat kekurangan basa yang dapat
tertukar dengan unsur lebih cepat hilang kesuburannya jika tidak dikerjakajn
dengan usaha pencegahan. (Anonim, 2007)
2.3
Proses Terbentuknya
Proses pembentukan tanah
menyangkut beberapa hal :
Penambahan bahan-bahan dari tempat lain ke
tanah misalnya :
a. Penambahan
air hujan, embun dan lain-lain
b. Penambahan
O2 dan CO2 dari atmosfer
c. Penambahan
N, Cl, S dari atmosfer dan curah hujan
d. Penambahan
bahan organik dari sisa tanaman dan hewan
e. Bahan
endapan
f. Energi
sinar matahari
Alfisols terbentuk dari lapukan batu gamping,
batuan plutonik, bahan vulkanik atau batuan sedimen. Penyebarannya terdapat
pada “landform” karst, tektonik struktural, atau volkan, yang pada topografi
berombak, bergelombang sampai berbukit. Tanah ini mempunyai sifat fisik,
morfologi dan kimia tanah relatif cukup baik, mengandung basa-basa Ca, dan Mg,
sehingga reaksi tanah biasanya netral (pH antara 6,50-7,50) dan kejenuhan basa
>35%. (Foth,2003).
III.
KEADAAN UMUM LOKASI
3.1
Letak Administrasi
Pengamatan Profil Tanah I yang dilakukan di
Eksperimental farm Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Kelurahan
Tamalanrea, Kecamatan Biringkanaya, Makassar, dengan batasan sebagai berikut :
Sebelah Utara :
Berbatasan dengan pemukiman penduduk
Sebelh Selatan :
Peliteknik Negeri Ujung Pandang
Sebelah Barat
: Berbatasan dengan kebun percobaan Ex-Farm Ilmu Tanah
Sebelh Timur :
Berbatasan dengan Laboratorium Peternakan
3.2
Iklim
Iklim adalah faktor yang sangat menentukan
dalam proses pembentukan tanah. Iklim adalah salah satu faktor yang sangat
penting dalam proses pembentukan tanah. Iklim pada area lahan pengamatan adalah
beriklim opis. Suhu dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap intensitas
reaksi fisik dalam tanah. Keadaan lokasi adalah C2-C3 dengan curah hujan rata –
rata berkisar 800 – 1500 mm.
3.3
Topografi
Topografi merupakan perbedaan tinggi atau
bentuk wilayah suatu daerah, termasuk perbedaan bentuk lereng dan kecuraman.
Topografi pada lahan tempat pengamatan profil tanah berbentuk datar. Sebagian
besar terdiri dari lahan kosong dengan persen kelerengannya adalah 0 %-3 %.
3.4 Vegetasi
Vegetasi merupakan salah satu keadaan umum
dari lokasi pengamatan profil tanah. Pada lahan ini, kualitas vegetasinya
buruk. Di mana tanaman utama yang tumbuh dan hidup pada lahan tersebut adalah
rumput gajah.
3.5 Jenis Tanah
Setelah
mengadakan pengambilan sampel di Ex-Farm maka dapat diketahui bahwa jenis tanah
tersebut termasuk jenis tanah Alfisol menurut USDA, sedangkan menurut ISSS
adalah sebagai mediteran merah kuning (yellowis red).
3.6 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan pada lokasi pengamatan
Profil Tanah dalam digunakan sebagai lahan perkebunan, sedangkan pada Profil
Tanah dangkal digunakan sebagai areal persawahan.
IV.
BAHAN DAN METODE
4.1
Tempat dan Waktu
Pengamatan profil tanah ini dilaksanakan di
kebun Ex-Farm, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi
Selatan. Pada hari Minggu, 4 Oktober 2009 pukul 08.00 WITA sampai selesai.
4.2 Alat dan Bahan
Alat-alat pengamatan profil tanah berupa:
cangkul, buku respon, sekop, cutter, parang, karet gelang, linggis, meteran.
Sedangkan bahan – bahan yang digunakan dalam
pengamatan profil tanah ini yakni berupa: Air, kertas label, tanah, dan
plastik.
4.3.
Prosedur Kerja
1) Membuat
penampang lubang penampang yang besar, supaya orang mudah duduk/berdiri di
dalamnya untuk melakukan pemeriksaan.
2) Mengukur
penampang 1,5 m x 1 m sampai bahan induk dan pemeriksaan dipilih disisi lubang
penampang agar mendapat sinar matahari, di tempat miring penampang dipilih pada
dinding teratas.
3) Tanah
bekas galian tidak ditumpuk di atas sisi penampang pemeriksaan.
4) Tanah
yang belum mendapatkan gangguan itu
biasanya disebut dengan penampang pewakil.
5) Sebelum
memeriksa, terlebih dahulu mengeluarkan air pada penampang jika berair.
6) Melakukan
pengamatan pada saat sinar matahari cukup (tidak terlalu pagi atau sore).
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil
Hasil dari pengamatan profil tanah yang telah
kami lakukan, kami mendapat hasil yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Deskripsi
Profil
Lapisan
|
I
|
II
|
III
|
Kedalaman
lapisan
|
0-23 cm
|
23-58 cm
|
58-81 cm
|
Batasan lapisan
|
Baur
|
Baur
|
Baur
|
Topografi
batas lapisan
|
Berombak
|
Berombak
|
Rata
|
Warna
(munsell)
|
Cokelat kehitaman
|
Cokelat kemerahan
|
Cokelat kemerahan
|
Tekstur
|
Berpasir
|
Liat
|
Berdebu
|
Struktur
|
Kasar
|
Kasar
|
Sedang
|
Konsistensi
|
Lepas
|
Lepas
|
Lepas
|
Karatan
|
-
|
-
|
-
|
Sumber: Data primer setelah diolah,
2009
5.2
Pembahasan
l
Keadaan Lapisan
Dalam tiap lapisan memiliki
perbedaan masing-masing. Seperti yang terjadi pada daerah pengamatan yang kami
lakukan. Lapisan pertama memiliki kedalaman 0 - 23 cm, lapisan II kedalamannya
mencapai 23 – 35 cm dan lapisan III mencapai 36 - 43 cm. Lapisan I lebih dangkal dibandingkan dengan
lapisan lain karena masih terjadi kelapukan bahan organik dan mineral
dipermukaan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) bahwa
tanah muda masih dalam tingkat pelapukan bahan organik dan pencampurannya masih
terjadi dipermukaan tanah yang merupakan pelapukan bahan organik.
l
Batas Lapisan
Batasan lapisan pada daerah tanah yang kami
amati tersebut memiliki batasan yang sama. Persamaan ini disebabkan oleh
banyaknya bahan organik yang mengendap pada tiap lapisan tanah. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hanafiah (2007).
l
Topografi
Topografi tiap lapisan juga memiliki
perbedaan. Ada yang rata, berombak bahkan tidak teratur. Hal tersebut dapat
dilihat pada lokasi pengamatan, dimana lapisan I berombak, lapisan II berombak
pula dan lapisan III rata, karena profil tanah dapat dipoengaruhi oleh
topografi. Hal ini didukung oleh pendapat Hanafiah (2007) bahwa perbedaan
topografi ini disebabkan karena proses pelapukan sisa mikroorganisme yang ada
didalam tanah dan permukaan tanah yang pada awalnya dapat diartikan sebagai
batasan horison tanah.
l
Warna (Munsell)
Penentuan warna tanah dapat dilihat dengan
menggunakan literatur. Pada tanah sawah, warna lapisan I berwarna coklat
kehitaman, lapisan II berwarna coklat kemerahan dan lapisan III berwarna coklat
kemerahan pula. Warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya
senyawa Fe yang didapat. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Hardjowigeno (2003) bahwa bila tanah kadang-kadang basah dan kadang-kadang
kering, maka disamping warna abu-abu (daerah yang tereduksi) didapat pula
becak-becak karatan merah atau kuning yaitu di tempat-tempat dimana udara dapat
masuk sehingga terjadi oksidasi besi di tempat tersebut.
l
Tekstur
Pada sampel profil tanah ini, lapisan I
teksturnya berpasir; karena tanah – tanah yang tersusun tidak kurang dari 70%.
Pada lapisan II teksturnya liat; karena tanah yang mengandung sekurang –
kurangnya 35% berat liat, dan lapisan III teksturnya liat berdebu. Riset ini
sesuai dengan yang pendapat Hardjowigeno. S (1992) bahwa tanah liat mempunyai
ciri-ciri yaitu rasa berat, halus, sangat lekat dan dapat dibentuk bola dan
mudah digulung. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi
tanah halus (2mm). Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir,
debu dan liat maka tanah dikelompokkan dalam beberapa kelas tekstur
(Hardjowigeno,2003).
l
Struktur
Struktur merupakan gumpalan kecil dari
butir-butir tanah. Gumpalan struktur yang terjadi karena butir pasir, debu dan
liat terikat satu sama lain. Pada tanah sawah, struktur pada lapisan I yaitu
liat berpasir, lapisan II liat dan lapisan III liat berdebu. Menurut
Hardjowigeno (2003), struktur tanah remah umumnya ditemukan di daerah curah
hujan tinggi di permukaan horizon bawah tanah yang baik untuk pertumbuhan dan
tanaman karena mempunyai tata udara dan unsur-unsur hara yang tersedia dan
mudah diolah.
l
Konsistensi
Pada tanah pengamatan ini, konsistensinya
memiliki kesamaaan dari lapisan I, II, dan juga lapisan III. Konsistensi tanah
adalah sifat yang melukiskan kekuatan rekat butiran tanah satu dengan lainnya.
Profil tanah dalam keadaan kering maka tanah dlukiskan memiliki konsistensi
lepas. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003).
·
Karatan
Namun, pada pengamatan kali ini karatan dari
tanah tersebut tidak kami ketahui adanya. Adapun penjelasan mengenai karatan
yang merupakan bintik-bintik yang terdapat pada tanah. Bintik-bintik tersebut
ada yang berwarna hitam, merah dan kuning. Adanya karatan disebabkan oleh kadar
air yang tinggi sehingga menimbilkan karatan pada tiap lapisan. Hal itu
didukung oleh pendapat Hardjowigeno (2003) bahwa tanah yang memiliki karatan
adalah tanah yang memilki kadar air yang cukup tinggi.
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan profil tanah
yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
l Lapisan 1
Kedalaman lapisan tanah 1 ini sekitar 23 cm
yang mempunyai batas lapisan secara umum yaitu baur. Topografi pada lapisan 1
ini berombak dan warnanya cokelat kehitaman yang bertekstur berpasir dimana
struktur dari lapisan ini liat berpasir dan konsistensi lapisannya lepas namun
karatannya belum diketahui.
l Lapisan 2
Kedalaman lapisan tanah 2 ini sekitar 15 cm
yang mempunyai batas lapisan secara umum yaitu baur. Topografi pada lapisan 2
ini berombak dan warnanya cokelat kemerahan yang bertekstur liat, dimana
struktur dari lapisan ini liat dan konsistensi lapisannya lepas namun
karatannya belum diketahui.
l Lapisan 3
Kedalam lapisan tanah 3 ini sekitar 43 cm
yang mempunyai batas lapisan secara umum yaitu baur. Topografi pada lapisan 3
ini rata dan warnanya cokelat kemerahan yang bertekstur liat berdebu dimana
struktur dari lapisan ini liat berdebu dan konsistensi lapisannya lepas namun
karatannya belum diketahui.
l Faktor – faktor yang mempengaruhi
Adapun sifat – sifat fisik tanah banyak
bersangkutan dengan kesesuaian tanah untuk berbagai penggunaan. Kekuatan dan
daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air, drainase, penetrasi akar tanaman,
tata udara, dan pengikatan unsur hara.
6.2
Saran
Berdasarkan hasil pengamatan profil
tanah, maka diperoleh deskripsi dari pengamatan tanah di atas yang memiliki
perbedaan dalam setiap lapisannya. Dan saya selaku penulis sangat berharap
saran – saran dari para pembaca sekalian. Terima kasih......
DAFTAR
PUSTAKA
Hardjowigeno. 2003.
Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akapres : Jakarta.
Hakim. 1987. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Universitas, Lampung.
D. Foth, Henry.1994. Dasar –
Dasar Ilmu Tanah Edisi keenam. Erlangga :Jakarta.
Beberapa buku ilmu tanah
yang diwajibkan pada Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.
Anonim.
2009. http//www.soil-climate.co.id/Tanah/Tekstur Tanah. (Diakses Pada 28
Maret 2009)
Hanafiah, Kemas Ali. 2007.
Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Baja Grafindo : Yogyakarta.
Arifin, Samosir, Solo, S.L..
1997. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri. Indonesia Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar